Fünf

5.8K 749 38
                                    

Lisa berjalan lesu menuruni anak-anak tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa berjalan lesu menuruni anak-anak tangga. Dari semalam otaknya tak henti-hentinya memikirkan masalah lembaran organisasi atau eskul yang harus ia kumpulkan pada sang paman. Ia sudah berulang-ulang kali membaca lembaran tersebut namun sama sekali tak ada yang membuatnya tertarik. 

Ia bahkan masih mencoba membujuk pamannya dengan cara menelpon dan membanjiri kotak pesannya. Namun, pamannya masih teguh pada pendiriannya. Pria itu bahkan mengancam akan memberitahukan pada ayah. Huh, dasar pria kurang belaian menyebalkan.

"Pagi Ayah" sapa Lisa sambil menarik kursi, tak perlu menebak apa balasan sang ayah. Selalu sama. Pria itu akan mengalihkan sejenak atensinya dari layar tabletnya dan menganggukan kapalanya.

"Ah, hampir lupa!" pekik Rosè tiba-tiba. Gadis itu lantas mengambil tasnya dan mengambil selembaran dari dalam sana, "Ayah, kertas ini harus ayah tanda tangani" lanjutnya sambil menyodorkan selembaran itu pada sang Ayah.

Namjoon menaruh tabletnya, pria itu lantas mengambil selembaran yang di berikan putri sulungnya, "Kau ingin mengikuti OSIS dan klub sains juga sastra inggris, Rosè?" tanyanya memastikan.

"Iya ayah, aku sangat ingin mencoba berorganisasi. Ayah setujukan dengan pilihanku?"

Namjoon tersenyum tangannya mengambil pulpen yang terselip di saku bajunya dan membubuhkan tanda tangannya di kertas tersebut sebelum memberikannya kembali pada Rosè, "Tentu saja ayah setuju, itu dapat menambah pengetahuan serta prestasimu di Sekolah"

"Lisa-ya, kau bagaimana?" tanya Rosè sesaat setelah ia menaruh kembali selembaran itu ke dalam tasnya.

Lisa terkejut dan langsung menunjuk dirinya sendiri, "Aku?"

"Tentu saja kau. Apa eskul yang kau pilih?"

Lisa mengaduk-aduk serealnya. Matanya kembali melirik Rosè yang nampak antusias menunggu jawabannya lalu beralih kepada sang ayah yang juga tengah memperhatikannya. Sial. Ia tak mungkin berbohong, ayah paling tidak menyukai itu tetapi kalau ia berkata jujur ayah pasti akan kembali kecewa padanya.

"Kenapa diam saja?" desak Rose yang sepertinya sudah tak sabar mendengar jawaban dari Lisa. Sebenarnya gadis itu sedikit banyak berharap bahwa Lisa akan memilih salah satu hal yang sama dengan dirinya sehingga ia dapat menghabiskan waktu lebih banyak dengan adiknya itu di sekolah. Berpura-pura sebagai orang asing itu agak menyedihkan, mereka mungkin dapat berpura-pura menjadi teman dekat bukan?.

"Tak ada yang membuatku tertarik eonnie. Aku belum memutuskan apapun" ucap Lisa

Bahu Rosè melorot turun, "Ah, begitu yah"

"Paman Seokjin bilang pada ayah kalau kau tak mengumpulkan selembaran itu rapotmu akan di tahan oleh pihak sekolah. Jadi, ayah harap kau menentukan organisasi atau eskul yang dapat membantu bidang akademismu seperti Rosè. Kau mungkin bisa mencoba klub sains" ucap Namjoon, "Jangan sampai memilih hal konyol yang tak dapat membantu nilai-nilaimu, Lisa" lanjutnya.

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang