Neunundzwanzig

5.8K 784 185
                                    

!Warming!
Long chapter hati-hati bosan

"Kau, akan pulang ke Rumahkan Lisa-ya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau, akan pulang ke Rumahkan Lisa-ya?"

Lisa tersenyum sambil mengambil tas besar miliknya yang disodorkan oleh Jennie, "Iya, aku akan pulang"

"Ke Rumah kan?" tanya Jennie lagi.

"Eonnie, bibi Kim dan Paman Kim mana?. Aku ingin berpamitan, aku sudah merepotkan mereka"

"Eish, tak ada yang merasa di repotkan Lisa-ya. Lagipula ayah dan ibu sedang pergi, nenek mendadak sakit di Daegu jadi subuh-subuh sekali mereka sudah berangkat"

"Ah, begitu yah, kalau begitu bisa tolong sampaikan rasa terima kasihku pada mereka?"

"Tentu saja, nanti akan aku sampaikan. Sudah sana cepat pergi sebelum Rose pergi ke Sekolah, dia pasti akan sangat terkejut ketika kau pulang"

Lisa kembali tersenyum, gadis itu sudah berbalik hendak melangkahkan kakinya menjauhi Jennie namun dengan cepat gadis itu berbalik dan memeluk Jennie dengan erat, "Terima kasih, terima kasih banyak" lirihnya pelan

Jennie jelas bingung namun gadis itu tetap membalas pelukan dari Lisa, "Hei, tak perlu berterima kasih, kau itu sudah ku anggap seperti adik sendiri Lisa-ya"

Lisa melepaskan pelukannya, mengusap kasar matanya yang memanas, "Jennie eonnie, selamat tinggal. Sampaikan salamku pada Mina eonnie yah, aku pergi" ucap Lisa benar-benar melengang meninggalkan Jennie yang mengernyit kebingungan.

"Selamat tinggal?, kita kan akan bertemu lagi nanti" gumamnya pelan lalu ia pun masuk ke dalam rumahnya kembali.

Nyatanya, Lisa sama sekali tak kembali ke Rumahnya. Gadis itu malah termenung di salah satu kursi yang berada di Sungai Han dengan segelas americano panas. Gadis itu memandang hampa pada beberapa anak kecil yang tengah bermain dengan ibu mereka. Kakaknya juga pasti bisa sebahagia anak-anak lainnya jika Lisa tak lahir ke muka bumi ini. Menghela napas lalu kembali meneyeruput pelan americanonya, rasa hampa itu kembali hadir ke hati Lisa. Hidupnya selayaknya americano terasa begitu getir serta pahit, apa gunanya ia hidup jika begini bukan?.

Sejak awal kelahirannya saja sudah tak diharapkan oleh sang ayah, lalu mengapa Tuhan masih membiarkannya hidup sampai detik ini?. Apa Tuhan berniat menghukumnya di dunia karena telah membunuh sang mama? Jika memang benar, sungguh Lisa tak sanggup terus menerus di hukum seperti ini. Paman Seokjin selalu bilang padanya untuk tetap sabar dan menunggu hingga kehidupannya berubah manis, tapi sampai kapan?. Ia juga manusia yang memiliki batasan, Lisa tak bisa terus menerus menahan dirinya untuk tetap sabar menghadapi segala ujian dari Tuhan. Ia juga lelah, lelah dengan dirinya sendiri juga kehidupannya yang menyedihkan.

Menegak hingga tandas americanonya, Lisa pun bangkit berdiri dan berjalan menuju jembatan yang berada di atas Sungai Han. Ia memandang pada air tenang di bawah sana, sepintas ada rasa ragu di dalam dirinya. Haruskah ia menghilang?. Lisa mengigit bibir bawahnya kelewat kencang sampai-sampai ia merasakan rasa besi memenuhi mulutnya. Apa gunanya ia tetap berdarah jika jiwanya saja telah mati?. Memejamkan mata, Lisa membiarkan angina kencang menerpa dirinya.

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang