Terlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras
Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata
Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama
Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rosé terbangun dalam keadaan pening bukan main, semalam suntuk menangis bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Rosé terdiam di kasurnya memeluk boneka berbentuk kepala tupainya erat. Bagaimanakeadaanadiknyasaatini?. Semalam, Rosé sama sekali tak sempat mengecek keadaan Lisa. Bagaimana ia mampu untuk menghibur adiknya jika ia sendiri tengah kacau balau setelah mendengar pengakuan sang ayah semalam.
Bohong jika Rosé tak merasa sedih, bohong jika ia tak merasa kecewa. Selama ini Rosé dan Lisa tak pernah mengetahui alasan sang mama meninggalkan mereka. Namjoon selalu mengatakan bahwa mama telah bahagia di tempatnya yang baru dan itu adalah hal yang penting. Tetapi, mengapa ayahnya harus tega menyalahkan Lisa atas kematian sang mama?. Lisa hanya bayi saat itu, ia tak mengerti apapun juga tak ingin menjadi penyebab sang mama meninggal dunia.
Rosé pun mengusap wajahnya kasar lantas menyibak selimut yang menutupi setengah kakinya. Ia pun berjalan menuju kamar Lisa, membuka pintu sang adik dan yang ia dapati hanyalah kekosongan disana. Kasur Lisa nampak rapih seolah tak ada yang tidur di atasnya semalam, tak ada bunyi dari kamar mandi yang menandakan bahwa sang adik sedang ada di dalam sana pun tas besar yang biasanya di gunakan Lisa untuk berpergian keluar negri tak ada di atas lemari. Jantung Rose langsung berdebum tak nyaman, gadis itu langsung berjalan ke lemari dan tak menemukan satupun baju Lisa disana. Melihat itu semua otak cerdasnya dapat langsung menyimpulkan bahwa Lisa melarikan diri dari rumah.
Dengan segera Rosé berlari keluar, menuruni tangga bahkan sampai menabrak beberapa maid. Air mata sudah leleh menuruni pipinya, perasaan gusar serta bersalah melingkupi hatinya. Seharusnyasemalamiamenemani Lisa, seharusnyaia ada disisi sang adik, seharusnya, seharusnya.
"Ayah!" ucap Rosé sambil membuka pintu kamar sang ayah, indra penciumannya langsung disambut bau alkohol yang menyeruak, botol soju tergeletak dimana-mana juga sosok sang ayah dengan mata memerah memandang kosong padanya. Sejenak Rosé hanya mampu terdiam di tempatnya merasa benar-benar terkejut melihat sang ayah yang nampak begitu kacau.
"Ay-yah" ucapnya parau, mengusap air matanya kasar meskipun cairan bening itu tetap turun juga, "Lisa" lanjutnya yang langsung membuat Namjoon bangkit meski terhuyung.
"Lisa kabur dari rumah" lanjutnya
Namjoon masih tak bergeming, sesekon kemudian sebuah tawa sumbang keluar dari bibirnya, "Lisa tak akan berani kabur dari Rumah Rosé-ya, Lisa tak akan pergi kemana-mana" sahut Namjoon dengan suaranya yang serak.
"Tidak ayah!, Lisa benar-benar pergi dari rumah" bentak Rosé kalap, sungguh di saat seperti ini mengapa ayahnnya bersikap tak bisa diandalkan seperti ini?.
Namjoon mencoba mencari celah kebohongan dari wajah anak sulungnya yang terlihat begitu pias juga menyedihkan dengan lelehan air mata. Lalu, dengan segera Namjoon berlari menuju kamar Lisa dan memastikan bahwa anak bungsunya berada di dalam sana.