Dreiundzwanzig

5.9K 829 275
                                        

Lisa sedaritadi mengigiti kuku jari tangannya, ia sama sekali tak dapat fokus dengan penjelasan Choi ssaem di depan kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa sedaritadi mengigiti kuku jari tangannya, ia sama sekali tak dapat fokus dengan penjelasan Choi ssaem di depan kelas. Ia sedaritadi menunggu Choi ssaem menyinggung mengenai hasil ujian matematika kelasnya minggu lalu tetapi guru muda itu sama sekali belum mengatakan apapun soal ujian bahkan hingga bel pertanda istirahat berbunyi Choi ssaem hanya menghentikan penjelasannya dan kembali duduk di meja guru.

"Baiklah, pertemuan kit-"

"Ssaem," ucap Lisa memotong perkataan Choi ssaem, seluruh atensi terjatuh padanya tapi demi apapun Lisa sudah tak tahan lagi ingin mengetahui hasil ujiannya, "Soal ujian kemarin?" lanjutnya yang mengundang decakkan dari teman-teman sekelasnya.

"Tak sabar melihat angka nol lagi yah" celetuk Eunha yang mendapatkan gelak tawa dari teman sekelas Lisa yang lain.

Choi ssaem memukul meja sekali membuat kelas kembali hening, "Terima kasih banyak Lisa, saya hampir lupa soal ujian kemarin. Baiklah, saya akan panggilkan namanya satu-satu yah" ucap Choi ssaem sambil mengambil tumpukan kertas dari dalam tasnya.

Choi ssaem pun mulai menyebutkan nama-nama anak didiknya beserta nilai mereka. Lisa mengigit bibir merasakan detak jantungnya yang bekerja secara anomali. Ia menyatukan kedua tangannya berdoa dalam hati semoga Tuhan mau berbaik hati memberikan keajaiban pada nilai Lisa.

"Kim Lisa," ucap Choi ssaem

"Iya, ssaem" Lisa dengan segera bangkit dan berjalan kehadapan gurunya itu.

"Selamat, kau mendapatkan nilai 80!" ucap Choi ssaem sambil menyerahkan kertas ujian Lisa.

Rahang Lisa jatuh ke bawah, dengan tangan bergetar ia menggapai kertas ujiannya. Kelasnya bahkan kembali ribut mereka semua terdengar tak percaya seorang Kim Lisa yang bodoh bisa mendapatkan nilai 80 dalam pelajaran matematika pula. Lisa rasanya ingin menangis kala dengan mata kepalanya sendiri ia melihat angka 80 yang tercetak besar di kotak nilainya. Usahanya selama ini belajar mati-matian bahkan sampai terserang demam ternyata membuahkan hasil.

Ia benar-benar tak sabar menunjukan nilainya pada kakaknya juga pada sang ayah. Di kepalanya sudah terbayang wajah bangga Namjoon yang biasanya hanya di tunjukan untuk Rose juga sebuah elusan lembut di kepala. Ia lebih merasa senang lagi karena berarti ia dapat mengantongi izin sang ayah untuk mengikuti kompetisi dance dengan nilainya itu.

Lisa pun kembali ke tempat duduknya sementara Choi ssaem kembali menyebutkan nama-nama siswanya yang lain sampai akhir, "Baiklah, nikmatilah istirahat kalian. Saya akan masuk terlambat tapi pastikan ketika saya kembali ke Kelas kalian semua sudah ada disini" ucap Choi ssaem setelah ia mengumumkan nama terakhir, ia pun pergi keluar kelas diikuti oleh hampir setengah populasi di kelas Lisa yang sudah merasakan cacing-cacing dalam perut mereka tengah melakukan demo.

"Sudah aku duga kau tak akan ke Kantin"

Lisa mendongak menemukan sosok Rosé berada di hadapannya dengan sebuah senyum manis yang tersungging di bibirnya. Kakaknya itu menyodorkan sebuah kue red velvet juga susu coklat, "Ini makanlah"

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang