Terlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras
Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata
Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama
Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mata cantik Lisa perlahan terbuka, ia mengerjap-ngerjap sebentar dan menguap lebar. Telinga gadis itu sayup-sayup dapat mendengar lagu ulang tahun yang mampu mengusik ia dari tidurnya. Ia pun melirik ke arah kalendernya dan menemukan sebuah tanggal yang ia lingkari dengan spidol biru dan bertuliskan our birthday.
Lisa menepuk jidatnya, semalaman memikirkan koreografi untuk lombanya ia sampai lupa mengenai ulang tahunnya dan juga sang kakak. Dengan terburu-buru ia menyibakkan selimutnya, lalu menarik lacinya dan mengambil kotak berwarna biru yang berada di dalamnya. Ia pun berjalan keluar dari kamar, mengintip ke dalam kamar Rosé yang terlihat penuh sesak dengan para maid yang mengenakan topi ulangtahun juga sang ayah yang memeluk erat Rosé. Bibir Lisa membentuk kurva—tersenyum begitu tulus–, ia merasa bahagia melihat Rosé yang juga tengah sangat bahagia.
Ia lalu memasuki kamar sang kakak, menaruh hadiahnya di atas meja belajar. Ia pun berjalan keluar tanpa ada satu orang pun yang menyadari kehadirannya. Iatakapa-apa, sungguh. Ini merupakan hal biasa bagi dirinya. Setiap tahun ia akan merayakan ulang tahunnya sendirian, semua orang di rumah terlalu sibuk merayakan ulang tahun Rosé.
Hari yang bagi sebagian orang menjadi hari yang sangat spesial bagi Lisa hanyalah hari yang membuktikan seberapa tak berharganya dirinya. Ayahnya bahkan tak pernah membelikannya hadiah bahkan sekedar mengucapkan kata 'selamat ulang tahun' pun tak pernah. Biasanya, ia hanya akan mendapatkan ucapan ulang tahun serta sebuah kado dari kakaknya ke esokan harinya karena sang ayah kerap mengajak Rosé makan malam di luar, meninggalkan Lisa seorang diri di rumah.
Lisa menundukkan kepalanya, menghapus air mata yang mendadak keluar tanpa bisa ia cegah. Mengenang masa lalu memang selalu buruk. Ia tak boleh cengeng di hari ulang tahunnya sendiri. Ia dengan cepat menghapus air matanya dan tersenyum lirih, "Selamat ulang tahun, Lisa" gumamnya hendak membuka pintu kamarnya.
"Hei, Lili," tangannya mengantung di udara, Lisa menoleh menemukan sang paman yang tengah tersenyum cerah dengan sebuket bunga besar. Ah, benar, ia melupakan seseorang yang dapat selalu membuat hari ulang tahunnya berubah menjadi sedikit lebih baik. Seseorang yang setidaknya mampu membuat Lisa merasa berharga meski hanya sedikit.