Terlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras
Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata
Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama
Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Angin menerbangkan anak-anak rambut milik Lisa, gadis itu tengah memandang sebuah pusaran dengan nama "Kim Jisoo". Gadis itu tersenyum kala merasakan seseorang yang merangkul erat bahunya, matanya menoleh menemukan sosok Rosè yang juga tengah tersenyum padanya. Keduanya pun mulai membersihkan makam sang mamah tercinta lalu setelahnya memberikan sebuket bunga lily yang nampak begitu segar.
"Mama, Lisa berhasil." Setelah hening cukup lama Lisa pun membuka mulutnya, matanya nampak berkaca-kaca namun ia tak mau menangis di hadapan sang mamah, "Lisa, mendapatkan juara satu di lomba dance se-asia, mah, bisa mama percaya itu?. Lisa bisa membungkam mulut orang-orang yang menganggap Lisa payah mah" lanjutnya sambil merogoh sebuah mendali berwarna emas dari dalam kantung celananya.
"Ma, mama juga banggakan pada Lisa?" sahutnya yang hanya di balas oleh angin.
Rosè yang memandang sang adik pun mulai mengusap-usap punggung sang adik, "Jangan sedih, nanti mama juga ikut sedih disana" ucapnya yang di balas anggukan singkat dari Lisa
"Ma," kali ini suara Rosè yang keluar, sebelah tangannya yang bebas mengusap-usap lembut nissan sang mamah, "Hari ini, untuk pertama kalinya aku, Lisa juga ayah akan piknik ke Pantai. Sayang sekali mama tak bisa ikut, tetapi kami akan tetap bersenang-senang ma. Mama kami akan selalu merindukan mama, berisitirahatlah dengan tenang"
"Anak-anak, sudah?" Baik Lisa maupun Rosè sama-sama menoleh menatap pada sosok Namjoon yang tersenyum lembut pada keduanya.
Rosè pun membantu Lisa untuk bangkit berdiri, "Sudah, ayah" ucap Rosè sambil tersenyum.
"Ayah, tak ingin berbicara sebentar dengan mama?" tanya Lisa, "Kami akan menunggu di mobil, ayah pasti memerlukan waktu berdua dengan mama. Ayo eonnie" lanjut Lisa sambil mengengam tangan sang kakak dan menariknya menjauhi Namjoon juga pusaran sang mama.
Namjoon menghela napasnya pelan, berdiri di depan pusaran Jisoo selalu terasa begitu sulit bagi dirinya. Namun, pria itu tetap memberanikan diri untuk mendekati pusaran sang istri dan mensejajarkan posisinya. Tangannya mengusap lembut nissan Jisoo seolah-olah ia tengah mengelus rambut panjang sang istri yang selalu berbau strawberry.
"Hei, Soo-ya, aku datang berkunjung. Semuanya sudah benar-benar berubah saat ini, aku sudah dapat menerima Lisa apa adanya tanpa ada bayang-bayang kemarahan atas kematianmu. Aku sudah belajar untuk menjadi ayah yang baik untuk si kembar. Kau benar, anak-anaklah yang menjadi sumber kekuatanku. Aku benar-benar berterima kasih padamu karena sudah melahirkan permata kita Jisoo-ya"
"Seandainya," suara Namjoon mendadak tercekat, pria itu mengusap kasar matanya yang mendadak panas, "Seandainya kau ada disini, kau juga pasti akan senang karena bisa melihat pertumbuhan putri-putri kita."
"Jisoo-ya, hingga waktuku tiba, aku mohon jangan bosan untuk menungguku yah. Kau akan menyambutku kan jika aku datang kesana? Aku mungkin akan memiliki rambut berwarna putih, keriput dan tubuh yang bungkuk tapi kau akan menerimaku kan? Awas saja kalau nanti kau malah tertawa ketika melihatku. Sampai nanti Jisoo-ya, aku mencintaimu, selamanya" ucap Namjoon sambil mengecup nissan sang istri sebelum bangkit berdiri dan meninggalkan pusaran Jisoo.