"Aku pulang"
Rosé terdiam di ambang pintu, merasakan hatinya yang kembali merasa begitu hampa. Biasanya setiap pulang sekolah sang adik selalu menyapanya, memeluknya erat dan memanggil namanya dengan manja. Namun sekarang hanya hening yang menyambut kedatanganya, tak ada suara bising sang adik pun presensinya yang selalu mengemaskan. Ini sudah hari ke-lima belas Lisa dinyatakan hilang, lima belas hari yang rasanya seperti neraka bagi Rose.
Ia sangat merindukan sosok adiknya. Ia tak pernah selama ini berpisah dari Lisa dan itu sungguh sangat menyiksanya. Bayangkan saja sejak lahir ia selalu bersama dengan Lisa lalu sekarang sosok sang adik menghilang begitu saja membuatnya frustrasi bukan main. Setiap malam yang ia lakukan hanyalah menangis dan menangis berharap dengan begitu sosok sang adik akan tiba-tiba datang kehadapannya, merengkuhnya dan menenangkannya. Namun, sampai mentari kembali terbit pun sosok yang di harapkan tak pernah ada.
"Oh, nona Rosé? Anda sudah pulang. Ingin makan siang dulu?"
Rosé tersentak kala suara seorang maid memasuki gendang telinganya, Ia tersenyum, mengelengkan kepalanya pelan, "Tidak, aku ingin langsung pergi ke atas saja Bi" ucap Rosé sebelum melangkah memasuki rumahnya dan langsung berjalan menaiki anak-anak tangga.
Bukannya pergi ke kamarnya, Rosé malah berbelok menuju kamar Lisa yang selama lima belas hari ini kosong tak berpenghuni. Ia membuka pintu secara perlahan, lantas menjatuhkan bokongnya di kursi belajar sang adik. Tangannya terulur untuk menyentuh berbagai buku-buku pelajaran yang tertata rapih juga beberapa novel romansa yang kerap di baca oleh Lisa.
Lalu atensinya terjatuh pada sebuah buku bersampul biru laut, ia pun mengambil buku tersebut mengusap gambar paus besar yang terdapat di depan buku tersebut dengan tulisan my diary berwarna emas. Rasa penasaran mulai melingkupinya, ia jelas tahu bahwa membuka buku harian seseorang itu adalah salah namun ia sangat ingin tahu sebenarnya apa yang selama ini Lisa rasakan. Menarik napas dalam, Rosé pun membuka buku tersebut secara perlahan dan mulai membacanya.
Aku lagi-lagi mengecewakan ayah,
Aku mendapatkan nilai buruk lagi yang membuat ayah sangat kesal padaku. Aku sendiri pun kesal pada diriku yang sangat payah yang hanya bisa mengecewakan ayah. Aku ingin seperti eonnie yang selalu bisa membanggakan ayah. Rasanya aku sangat ingin marah pada Tuhan, kenapa ia harus melahirkan kami kembar jika tak memberikan kemampuan yang sama?. Eonnie sangatlah sempurna sementara aku begitu cacat. Sehari saja, bolehkah aku bertukar kehidupan dengan eonnie?.
KAMU SEDANG MEMBACA
D I V E R G E N T
FanfictionTerlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...