Dreißig

5.8K 743 87
                                    

"Aku pulang" sahut Rosè sesaat setelah ia membuka pintu, ia menghela napasnya pelan kala lagi-lagi hening yang menyambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pulang" sahut Rosè sesaat setelah ia membuka pintu, ia menghela napasnya pelan kala lagi-lagi hening yang menyambutnya.

Ia sudah tak sanggup lagi menahan rasa rindu yang begitu membeludak dalam hatinya. Di kepalanya mendadak terputar memori-memori tentang dirinya yang mengacuhkan presensi sang adik jika berada di luar rumah. Sungguh demi apapun Rosè merasa begitu menyesal mengapa saat itu ia harus merasa malu hanya karena kekurang sang adik?. Jika tahu presensi itu akan menghilang selama ini dari sisinya ia akan menghabiskan banyak waktu dengan sang adik, membagi berjuta kenangan indah daripada kenangan pahit. Ia bahkan akan dengan bangga mengatakan pada dunia bahwa Kim Lisa adalah adik kembarnya bukannya malah mengacuhkan presensi sang adik.

Ia sudah tak dapat membendung lagi tangisnya, perlahan tubuh itu merosot jatuh bertemu dengan dinginnya ubin lantai. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya, "Lisa-ya tolong kembaliah, eonnie merindukanmu. Tolong maafkan eonniemu yang bodoh ini, jangan hukum eonnie terus menerus, eonnie menyesal"

Rosè mendadak stagnan di tempatnya, tangannya yang semula menutupi wajahnya perlahan meluruh jatuh menunjukkan matanya yang membola terkejut, "Aku juga rindu eonnie" suara ini, wangi ini, dekapan yang terasa nyata ini, apakah ini Lisa nya?.

"L-lisa?, ini benar dirimu?" ucap Rosè mencoba memastikan bahwa ini bukan hanya halusinasinya saja.

Lisa melepaskan dekapannya, hatinya terasa tercubit kala memandang wajah sang kakak yang nampak begitu kacau. Jennie ternyata benar, Rosè begitu hancr hanya karena kehilangan dirinya. Apakah seberarti itu presensi Lisa bagi sang kakak?. Tangan Lisa perlahan terulur untuk menghapus air mata sang kakak.

"Ini aku, aku pulang eonnie" sahut Lisa lembut.

Air mata Rosè makin keluar dengan deras ia langsung mendekap erat Lisa yang bahkan hampir terjungkang ke belakang apabila tangannya tak cepat menahan ke lantai, "Lisa-ya, maafkan eonniemu ini hiks aku sungguh menyesal karena tak bisa menjadi kakak yang baik untukmu maafkan aku hiks kau boleh menghukumku apa saja asalkan kau tak menghilang lagi. Aku benar-benar gila tanpamu, jangan pergi dari sisiku lagi, kumohon"

Lisa tersenyum mendengarkan penuturan sang kakak, tangannya terulur untuk mengusak rambut Rosè, "Aku tak akan kemana-mana eonnie, aku akan selalu berada di sisimu sampai dunia hancur" ucap Lisa tulus, Ah, matanya mendadak begitu perih tetapi ia tak ingin membuat suasana menjadi jauh lebih melankolis lagi.

"Rosè-ya, sudah pulang?" suara Namjoon yang mengintrupsi membuat Rosè dengan segera melepaskan dekapannya. Gadis itu pun bangkit berdiri dan berlari kearah Namjoon lalu memukul pelan dada sang ayah sampai Namjoon mengerjap beberapa kali karena bingung sementara Lisa hanya mampu terdiam terkejut melihat aksi berani sang kakak.

"Kenapa memukul ayah?" Tanya Namjoon sambil mengengam kedua tangan Rosè, meskipun pukulannya main-main tapi bukan berarti tidak sakit.

"Ayah jahat, kenapa ayah tak bilang kalau Lisa sudah ketemu?" ucap Rosè sambil mencebik kesal

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang