Lisa & Rosè Childhood (2)

2.3K 306 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk pertama kalinya dalam hidup Rosè, gadis itu tak dapat mengerjakan tugasnya dengan benar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk pertama kalinya dalam hidup Rosè, gadis itu tak dapat mengerjakan tugasnya dengan benar. Ia menatap kesekeliling dimana anak-anak lainnya tengah sibuk membuat tugas mereka dengan seukir senyum yang seolah tak jemu untuk melekat di bibir mereka. Ia lalu memandang pada kertasnya yang masih kosong melompong, ia sama sekali belum menuliskan kata apapun di kertas putih itu sementara temannya yang lain ada yang sudah mengumpulkan tugas mereka dengan semangat kepada guru. Anak itu masih mengingat dengan jelas tugas yang baru saja di berikan oleh gurunya beberapa saat yang lalu.

"Karena sekarang hari ibu, ibu minta anak-anak untuk membuat surat khusus ibu yah"

Tugas itu pasti terdengar mudah bagi anak-anak lainnya tetapi tidak untuk Rosè. Apa yang harus ia tulis mengenani sang mama? Sementara semenjak bayi ia tak pernah bertemu sosok wanita cantik itu. Gadis itu menundukkan kepalanya dalam tak mempedulikan hiruk pikuk sekitarnya, dadanya mendadak terasa sesak bukan main. Rasa rindu itu mendadak meringsek masuk tanpa bisa ia cegah. Sungguh saat ini Rosè hanya ingin menangis tetapi dia tak ingin menjadi pusat perhatian dari teman-temannya, lagipula ayah selalu bilang untuk selalu bisa tegar karena Rosè adalah anak sulung.

"Rosè-ya, kenapa?" sebuah tepukan lembut di bahunya juga suara sang guru yang mengintrupsi gendang telinganya membuat Rosè kembali mendongak.

Gadis itu megelengkan kepalanya pelan dan mengusap kasar wajahnya, "Tidak apa-apa kok, ssaem" ucapnya memaksa seulas senyuman

"Loh, kenapa tugasnya belum selesai?. Biasanya Rosè akan selalu menyelesaikan tugas pertama dibandingkan kawan-kawannya yang lain"

"Ssaem, boleh tidak suratnya dijadikan pekerjaan rumah Ochi saja?"

Sang guru mengernyitkan dahinya tak paham, "Kenapa memangnya?"

"Kata ayah Mama Ochi sudah menjadi malaikat Tuhan, jadi Ochi bingung ingin mengirimkan surat seperti apa untuk mama" ucap Rosè jujur yang membuat perasaan tak enak hinggap di hati sang guru.

"Ya ampun, maafkan ssaem yah Rosè-ya. Ssaem tidak tahu kalau mamah Rosè sudah," sang guru menghentikan ucapannya begitu menatap manik mata Rosè yang berkaca-kaca, ia pun membawa tangannya untuk mengusap lembut rambut sebahu milik Rosè, "Ya sudah tidak apa-apa untuk Rosè suratnya dikerjakan di Rumah saja yah"

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang