Terlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras
Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata
Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama
Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kepala Lisa rasanya sudah siap untuk di belah dua dan di jadikan santapan kucing-kucing di jalanan. Sudah hampir lima jam lamanya otak malangnya di jejali dengan pelajaran-pelajaran yang sama sekali tak dapat ia pahami. Dua jam Sejarah, Dua jam Biologi dan sekarang pelajaran yang paling ia benci Matematika.
Sungguh gadis itu benar-benar ingin lari dari kelas dan memuntahkan semua isi perutnya. Angka-angka yang memenuhi hampir seluruh papan tulis itu membuat matanya perih bukan main. Belum lagi ocehan sosok guru yang kira-kira berusia kepala tiga dengan rambut berwarna coklat sebahu yang terus mengocehkan hal yang sama sekali tak dapat Lisa pahami membuat telingan terasa berdenging ngilu.
Bel pertanda istirahat yang berbunyi nyaring bagaikan lagu yang di mainkan oleh para malaikat dari surga di telinga Lisa. Gadis itu akhirnya dapat menghela napasnya lega pun teman-teman sekelasnya yang sepertinya mengalami penderitaan yang sama seperti dirinya. Berbeda dengan guru di depan kelas yang mendengus sebal karena penjelasannya harus terpotong.
Guru itu lantas membereskan buku-bukunya yang berserakan di meja guru. Ia menatap kesekeliling kelas yang sudah kembali berisik lalu berdehem keras, "Ingatlah sehabis istirahat, Saya masih memiliki waktu satu jam pelajaran lagi. Jadi, pastikan kalian tidak terlambat atau akan saya alphakan. Silahkan istirahat" tutupnya sambil melangkah keluar kelas.
Lisa memijit pelan kepalanya yang berdenyut pusing. Selalusepertiini. Jika ia memaksakan diri untuk belajar kepalanya pasti akan menjadi sangat pening. Sejak dulu belajar memanglah bukan keahliannya, Ia bahkan baru bisa mengerti perkalian ketika duduk di bangku kelas tujuh dengan bantuan saudara kembarnya itupun setelahnya ia harus izin dari Sekolah karena demam selama tiga hari. Mungkin itulah yang menyebabkan sang Ayah membenci dirinya. Tak ada yang dapatbeliaubanggakandari Lisa.
Semua keluarga besar sang Ayah memiliki otak yang jenius. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai seorang professor ataupun dosen di universitas bergengsi baik di dalam Korea maupun di luar negeri beberapa bahkan ada yang menempati posisi strategis di pemerintahan.
Mungkin hanya ayahnya saja yang berbeda, sang ayah lebih memilih membuka yayasan pendidikan dan salah satu sekolah yang dinaungi yayasannya adalah sekolah Lisa saat ini. Singkatnya sang Ayah merupakan kepala yayasan. Rosè juga sudah menunjukkan tanda-tanda kejeniusannya, saudara kembarnya itu kerap kali menjadi juara kelas dan juara umum sekolah. Ia juga kerap mengikuti lomba-lomba sains yang selalu dapat ia menangkan.