Rosé sedari tadi terus mondar mandir di depan kelas Lisa. Gadis itu mengigiti kukunya, ragu antara harus masuk ke dalam atau tetap diam. Tetapi ketika kembali mengingat wajah datar milik Lisa ketika sarapan tadi pagi rasa bersalah itu kembali menghampirinya.
Semalam ia berusaha untuk berbicara dengan sang adik setelah tanpa sengaja ketahuan menguping. Namun, Lisa sama sekali tak mengubris panggilannya sama sekali. Lalu, tadi pagi Lisa sama sekali tak menyapa sang Ayah pun sang ayah yang hanya terdiam terlihat sama sekali tak terganggu dengan perbedaan Lisa. Rosé lebih terkejut lagi kala Lisa berangkat menuju ke Sekolah duluan, meninggalkan dirinya juga sang ayah tanpa pamitan.
Jadi, Rosé lebih memilih melunturkan egonya sendiri dan melangkah mendekati kelas Lisa. Ia benar-benar tak tahan jika Lisa terus bersikap dingin padanya. Ia takut Lisa akan jauh dari jangkauannya. Tidak. Hal itu tak boleh sampai terjadi padanya. Baginya Lisa adalah segalanya, Lisa adalah dunianya.
"Maaf," ucapnya ketika seorang gadis hendak keluar dari kelas, "Apakah ada Kim Lisa di kelas?"
"Lisa?, oh, si anak bodoh itu" ucap gadis itu yang membuat sepercik rasa tak suka hinggap di hati Rosé, "Sepertinya dia ada di studio tari, tadi Jennie sunbae dan Mina sunbae menghampirinya"
"Studio tari?" ucap Rose terkejut, "Baiklah terima kasih banyak" lanjutnya lantas melengang pergi.
Berbagai pertanyaan berputar dalam benak Rosé. Mengapa Lisa bisa berada di studio tari dan mengapa adiknya berteman dengan sosok ketua dan wakil ketua club dance. Bukankah sang ayah sudah melarang Lisa untuk bergabung dengan eskul tersebut?. Adiknya tak mungkin membangkang pada perintah sang ayah bukan?.
Rosé semakin memacu langkahnya kala lift yang ia naiki telah mencapai lantai empat. Ia lalu mengintip ke dalam studio tari melalui celah pintu yang terbuka sedikit. Disana, ia dapat menemukan sang adik yang tengah duduk sambil bercanda tawa dengan dua orang gadis yang ia yakini sebagai Jennie dan Mina.
Tawa Lisa terlihat begitu lepas juga bahagia. Tetapi, hal tersebut malah membuat Rosé merasa sedih. Lisa tak pernah sebahagia itu di dekatnya, memang sang adik selalu menunjukkan senyumannya tetapi Rosé dapat melihat getir serta kepahitan disana. Namun, Lisa disana yang tengah tertawa dengan orang lain terlihat apa adanya tanpa rasa sakit yang coba ia tutup-tutupi.
"Eonnie, kalian adalah eonnie terbaik yang aku miliki" pekik Lisa sambil menerjang Mina dan Jennie, memeluk kedua orang itu dengan sangat erat.
Rosé yang menyaksikan itu perlahan mundur. Melangkah menjauhi studio tari. Hatinya terasa teremat, harusnya ia yang ada disana. Harusnya ia yang dapat membuat Lisa bahagia. Harusnya ia yang mendapatkan pengakuan sebagai sosok kakak yang baik dari Lisa. Seharusnya dirinya yang ada disana dan bukan orang lain.
Lalu, sebuah pertanyaan terlintas dalam benaknya, apakah ia memang sosok kakak yang baik bagi Lisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
D I V E R G E N T
FanfictionTerlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...