Terlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras
Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata
Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama
Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lisa menyeret tasnya memasuki kediamannya. Wajahnya terlihat begitu kuyu, rona lelah terlihat jelas di wajahnya. Padahal ini baru hari pertama sekolah tetapi Lisa sudah benar-benar merindukan hari libur. Sekolah memang benar-benar bukan style untuk orang bodoh seperti Kim Lisa.
"Sudah pulang?" sahut Rosè yang sudah menganti seragamnya dengan kaus putih dengan lambang merek gucci juga hotpants berwarna hitam. Tangan kirinya tengah membawa buku kimia sementara tangan kanannya membawa sebungkus pocky.
"Sudah" jawab Lisa singkat.
"Pergi mandi dan berganti baju sana" ucap Rosè.
"Malas," sahut Lisa lantas ia memeluk sang kakak erat, "Mau bersama eonnie saja" lanjutnya manja.
Rosè terkekeh pelan, "Ya sudah, ayo" ucapnya dan mulai berjalan meski sedikit kerepotan karena Lisa yang masih memeluknya erat.
Keduanya lalu menjatuhkan diri di sofa yang berada di ruang keluarga. Rosè mulai sibuk membaca bukunya sambil sesekali memasukkan pocky ke dalam mulutnya. Sementara Lisa yang merasa di acuhkan pun mendengus lalu melepaskan pelukannya dari Rosè. Gadis itu lalu mengambil remote tv dan menyalakan benda persegi panjang itu.
Ia lalu mengambil kue kering yang berada di atas meja. Menaikkan kedua kakinya ke atas sofa sambil mecari tayangan yang sekiranya bagus untuk di tonton. Lalu, pilihannya jatuh pada channelcartoon network yang tengah menayangkan sosok kucing berwarna biru dan ikan lucu berawarna oranye. Kepalanya lantas jatuh di pundak Rosè yang langsung mendapatkan elusan lembut dari sang kakak.
Sejenak disana tak ada percakapan berarti diantara kedua saudara kembar itu. Hanya suara tv dan juga mulut yang sibuk mengunyah yang mengisi keheningan diantara keduanya. Namun, meski begitu Lisa sudah sangat senang karena dapat sedekat ini dengan Rosè. Apabila sang ayah sudah pulang, beliau biasanya akan menyuruh Rosè dan Lisa untuk belajar di kamar masing-masing lalu mereka akan bertemu kembali ketika jam makan malam dan kembali belajar.
Berbicara tentang sang ayah, seharusnya beliau sudah pulang ke rumah. Lisa melirik ke arah jam, memastikan bahwa sekarang memanglah waktu sang ayah untuk pulang.
"Eonnie, Ayah dimana?" tanya Lisa pada akhirnya.
"Ayah?" ucap Rosè mengalihkan sejenak atensi dari buku pada Lisa, "Oh, katanya ada rapat penting. Nanti juga pulang" balas Rosè dan kembali fokus ke bukunya setelah melihat sang adik yang menganggukan kepalanya samar.
"Ehm, ngomong-ngomong" Rosè kembali membuka suara, kali ini ia sepenuhnya menutup buku Kimianya dan menatap Lisa.
"Soal yang tadi, aku minta maaf yah" ucapnya terdengar menyesal.
"Minta maaf untuk?" Lisa mengernyit tak paham.
"Tadi, ketika kau menyenggol bahuku. Aku kembali berpura-pura tak mengenalmu. Kau tahu bukan aku-"