Neun

5.2K 739 33
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa menatap lesu ke arah kertas ujian biologinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lisa menatap lesu ke arah kertas ujian biologinya. Berulang kali ia berharap angka dua yang tertulis sangat besar di kertas itu dapat berubah menjadi tujuh atau setidaknya enam, namun sekuat apapun ia berusaha—bahkan hingga matanya keluar dari tempatnya pun— tak akan ada yang berubah. Nilai ujiannya tetap dua.

Ia menghela napas, membenturkan kepalanya ke meja dan meringis ngilu. Ia rasanya ingin kabur dari rumah. Ayahnya pasti akan sangat marah. Ia benar-benar tak habis pikir. Padahal ia telah belajar mati-matian bahkan sampai hidungnya mimisan, ia bahkan merelakan jam tidurnya yang sangat berharga tetapi hasilnya tetap sama. Sekali bodoh tetaplah bodoh.

"Ada yang bernama Lisa!" pekikan kencang dari arah pintu membuat Lisa mengalihkan atensinya. Di depan pintu berdiri Jennie yang melambaikan tangannya dengan semangat juga Mina yang tengah bersidekap dada.

Kedua seniornya itu lantas memasuki kelas Lisa tanpa mempedulikan tatapan teman-teman sekelas Lisa. Jennie menarik tangan Lisa agar gadis itu duduk tegak. Sementara Mina menjatuhkan bokongnya di atas meja Lisa.

"Ayo ke kantin" ucap Jennie.

Memang, semenjak ketiganya menjadi dekat Mina dan Jennie kerap kali mengajak Lisa untuk pergi ke kantin. Kedua seniornya itu sudah seperti kakak sendiri bagi Lisa. Keduanya pasti akan mengomel jika Lisa menyingkirkan sayuran dari makananya. Mereka juga gemar mengusili Lisa setiap mereka bertemu. Bagian favorit Lisa adalah ketika mereka bertiga dapat menari dengan bahagia di studio tari. Hari-harinya jadi lebih berwarna ketika ada Mina dan Jennie disisinya.

Lisa mengeleng lalu tersenyum, "Aku tak akan ke kantin, Jennie eonnie dan Mina eonnie saja"

Jennie mengerutkan dahinya, lalu ia menaruh telapak tangannya di dahi Lisa, "Kenapa, kau sakit? Mau aku antar pulang atau ke UKS?" tanya Jennie khawatir.

"Aku baik-baik saja eonnie, jangan khawatir. Aku hanya tak lapar saja" alibi Lisa.

"Apa karena ini?" Lisa menoleh ke arah Mina. Matanya langsung membola kala Mina menunjukkan hasil ujian biologinya. Dengan segera ia menyambar kertas tersebut dan mendekapnya erat.

"Tidak, bukan karena itu!" entah Lisa sadar atau tidak suaranya mendadak berubah tinggi hingga menyebabkan Mina dan juga Jennie terkejut.

"Hei, kau baik-baik saja?" tanya Jennie sambil mengengam bahu Lisa.

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang