Isak tangis bayi terdengar sangat mendominasi di ruangan yang gelap gulita itu. Namun, tak hanya kedua bayi itu saja yang kini tengah menangis, ada seorang pria yang juga tengah meringkuk di sudut ruangan dengan air mata yang masih setia mengaliri pipi tirusnya. Matanya seolah tak jemu terus memandang satu sosok wajah cantik yang kini hanya bisa ia lihat lewat foto saja. Tangannya memukul-mukul dadanya yang terasa begitu sesak.
Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Namjoon bahwa ia akan ditinggalkan oleh sang belahan jiwa secepat ini. Ia pikir dirinya dapat menikmati waktu senjanya kelak bersama sosok Jisoo yang telah beruban sambil bermain dengan anak cucunya namun itu semua hanya akan menjadi sebatas anggan saja bagi Namjoon karena pada realitanya sosok itu telah lebih dulu pergi meninggalkannya dengan dua orang putri.
"Jisoo-ya, aku ingin bertemu denganmu lagi. Kenapa kau harus pergi? Bukankah sudah aku bilang untuk merelakan si bungsu?. Kenapa kau tidak menurut, hm?" lirih Namjoon pelan tangannya tak henti-hentinya mengusap wajah sang istri, "Jisoo-ya, aku tak bisa mengurus mereka seorang diri"
Racauan demi racauan terus keluar dari mulut Namjoon. Ia benar-benar sangsi dengan kewarasannya sendiri saat ini. Mungkinkah ia sudah jadi gila?. Namjoon terkekeh pelan, menertawakan dirinya sendiri yang bisa-bisanya menjadi sosok rapuh seperti ini. Ia padahal selalu ingat perkataan mendiang sang ayah yang selalu mengatakan bahwa pria harus tetap berdiri tegar apapun badai yang menghadang kehidupannya. Tangisan merupakan hal terlarang bagi pria, ayahnya selalu bilang yang boleh menangis hanyalah wanita karena mereka memang sosok rapuh yang harus pria lindungi. Tapi sungguh untuk saat ini Namjoon sama sekali tak dapat berpura-pura untuk baik-baik saja padahal hatinya tengah dilubangi dengan luka kehilangan yang begitu dalam.
Namjoon mengusap kasar wajahnya, perasaan marah mendadak merayap ke dalam hatinya. Pria itu bangkit dengan bertumpu pada dinding karena tubuhnya yang terasa begitu lemah. Pria itu berjalan perlahan menunju dua buah box bayi yang di beli Jisoo dengan semangat bahkan sebelum si kembar terlahir. Ia memandang pada sosok kecil yang masih setia menangis, tangannya terkepal erat hingga urat-urat di tangannya menonjol keluar.
"Kenapa kau harus lahir, hah!. Kau membuat Jisooku meninggal, kenapa, kenapa, kenapa!" teriak Namjoon yang malah menambah kencang tangis sosok mungil itu yang juga mengundang tangis dari sosok mungil lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
D I V E R G E N T
FanfictionTerlahir kembar bukan berarti mereka akan seiras Terlahir kembar bukan berarti afeksi yang di terima akan sama rata Terlahir kembar bukan berarti mereka akan di berkati dengan bakat yang sama Mereka memanglah terlahir kembar namun mereka benar-benar...