Siebzehn

5.2K 739 68
                                        

Lisa memandang jam rolex yang bertenger manis di lengan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa memandang jam rolex yang bertenger manis di lengan kirinya. Ia terus memandang ke arah jarum jam sambil mengigit lidah seolah-olah tengah menunggu nomor lotre yang akan keluar. 3, 2, 1. Bunyi bel pertanda pulang berdering, Lisa menahan pekikannya. Ia lantas dengan semangat memasukan alat-alat tulis serta bukunya ke dalam tasnya. Namun, kebahagiaanya terpaksa berhenti kala tiba-tiba Park ssaem mengelurkan setumpuk kertas.

"Siapa yang menyuruh kalian pulang?" ucapnya galak, seketika kelas hening, bahkan Lisa langsung berubah menjadi patung terlalu kaku untuk bergerak.

Guru yang terkenal sangat killer dan juga mulut setajam pisau itu menyisir ke seluruh penjuru kelas. Lisa bahkan tak akan heran mengapa guru yang sudah menginjak usia 38 itu belum juga menikah. Well, siapa juga yang mau menikahi wanita yang bahkan lebih seram daripada Sadako?. Lisa pasti akan memberikan applause yang meriah untuk pria bermental baja itu.

"Saya akan membagikan hasil ujian kemarin" ucapnya, ia lalu mulai membacakan satu per satu nama siswa di selingi beberapa omelan yang sangat pedas.

Jantung Lisa berdebar, namanya sedari tadi belum tersebut. Kakinya sudah menghentak-hentak ke lantai dengan tak sabaran. Dalam hati ia berdoa agar tak terkena omelan Park ssaem.

"Kim Lisa?" ucap Park ssaem, wanita itu lantas melihat ke arah Lisa dan mengelengkan kepalanya, ia lalu bersidekap dada dan kembali melihat hasil ujian Lisa.

"Aku dengar kau saudara kembar Kim Rosé kelas X-A, benar?" tanya Park ssaem.

"I-iya ssaem"

"Apakah kalian benar saudara kembar?. Kim Rosé mampu mendapatkan skors nyaris sempurna dalam ujian saya tetapi kau bahkan nilai sepuluh pun tak bisa" sinis Park ssaem yang mendapatkan cekikikan dari teman sekelas Lisa.

"Sepertinya aku harus mempertanyakan pada Kim Seokjin-ssi apakah benar kau adalah keponakannya?. Mengapa kau tak bisa menjawab satu soal pun?, saya tak pernah menemui siswi dengan nilai seburuk dirimu Lisa-ssi"

Lisa menunduk, memainkan jari jemarinya, "Saya minta maaf ssaem"

"Jangan minta maaf pada saya. Minta maaflah pada tuan Kim yang sudah susah-susah menyekolahkan dirimu tetapi kau hanya dapat memberikan nilai nol padanya. Ini bahkan masih sangat dasar, saya tak yakin kau dapat masuk ke universitas terkenal"

Lisa total bungkam, perkataan Park ssaem mampu membuat hatinya berdenyut nyeri. Telinganya bahkan sudah berdenging nyaring mendengar kekehan teman-temannya yang seolah merendahkan dirinya, beberapa bahkan ada yang mencemooh dirinya terang-terangan. Ia pikir dengan ketidak hadiran Eunha dan teman-temannya ejekan-ejekan itu akan berhenti tetapi ia salah. Benar-benar salah.

"Aku harap otakmu masih berfungsi untuk mencerna nasihat saya, jangan sampai masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Ini, ambil hasil ujianmu yang tak berarti"

Lisa bangkit berdiri, mengambil kertas ujiannya lalu membungkuk hormat pada Park ssaem yang menatap sinis dirinya, "Terima kasih ssaem" gumamnya sebelum kembali ke tempat duduknya.

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang