Vierzehn

5.4K 766 68
                                        

Sinar mentari yang merangkak masuk melalui jendela yang terbuka membuat Lisa mengeliat dalam tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar mentari yang merangkak masuk melalui jendela yang terbuka membuat Lisa mengeliat dalam tidurnya. Perlahan mata itu terbuka, untuk beberapa sekon disana Lisa hanya terdiam kala merasakan kehangatan yang melingkupi dirinya. Ia mendongak, menemukan sosok Rosé yang masih terlelap, tangan sang kakak masih mendekapnya erat.

Lisa  baru menyadari bahwa ia dan sang kakak sudah berada di ranjangnya. Seingatnya semalam, ia dan kakaknya masih berada di lantai. Mungkin Rosé yang membawanya kemari, tapi Lisa yakin sang kakak tak sekuat itu untuk mengendongnya. Membuka tutup botol saja terkadang ia harus mengeluarkan tenaganya mati-matian sampai akhirnya menyerah dan meminta tolong pada Lisa. Apa mungkin sang ayah?. Ah tidak, itu lebih tak masuk akal lagi.

"Sudah bangun?" suara serak Rosé menarik kembali Lisa ke dalam realita. Lisa hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban, tenggorokannya terlalu sakit untuk mengeluarkan suara.

"Kau, istirahat saja di rumah yah?. Nanti eonnie akan memberitahu paman Seokjin" ucap Rosé sambil mengusap rambut Lisa.

Lisa mengelengkan kepalanya, "Nanti ayah marah lagi"

"Nanti eonnie yang bilang pada ayah. Mau yah istirahat di rumah?" ucap Rosé namun lagi-lagi Lisa mengelengkan kepalanya.

Rosé hendak kembali membujuk Lisa namun urung kala sang ayah tiba-tiba saja membuka kamar Lisa, wajah pria itu masih sama seperti semalam, sangat dingin, "Rosé, ayo siap-siap ke Sekolah. Kau juga Lisa" ucapnya sebelum menutup pintu kamar Lisa.

"Eonnie siap-siap sana, nanti ayah marah padamu juga" ucap Lisa.

Rosé menghela napasnya, "Kau yakin akan baik-baik saja jika pergi ke sekolah?" tanyanya khawatir.

"Aku sangat yakin" ucap Lisa memaksakan seulas senyuman.

"Baiklah kalau begitu. Tapi, kau akan ikut berangkat dengan aku dan ayah. Titik!" ucap Rosé.

Lisa jelas terkejut, ia tak pernah berada satu mobil dengan sang ayah. Ia lantas mengeleng. Jelas-jelas menolak permintaan sang kakak yang terkesan seperti sebuah paksaan mutlak. Ia tak ingin membuat sang ayah merasa tak nyaman karena kehadirannya. Kejadian semalam pasti masih sangat membekas di kepala sang ayah. Pria itu pasti masih sangat marah pada Lisa.

"Aku akan bilang pada ayah. Kau tak perlu khawatir. Baiklah, aku akan bersiap" ucap Rosé sambil mengacak rambut Lisa, gadis itu pun dengan segera turun dari ranjang Lisa dan berlari keluar dari kamar adiknya.

Lisa menghela napas pasrah. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi?. Rosé jelas sama keras kepalanya dengan sang ayah. Lisa pun memilih turun dari ranjangnya dan mengambil handuk lalu melengang ke kamar mandi.

Rosé benar-benar serius dengan perkataanya. Ia benar-benar membujuk sang ayah sampai pria dengan lesung pipit itu menyerah dan mengizinkan Lisa untuk berangkat bersamanya. Maka, disinilah Lisa sekarang, duduk termenung menatap jalanan kota Seoul. Sementara sang kakak dan juga sang ayah membahas hal-hal yang sama sekali tak Lisa mengerti.

D I V E R G E N TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang