3. 🌻

717 149 41
                                    


"Mama, Papa, hiks hiks hiks"

Gibran yang mendengar isakkan Keysa pun bergegas keluar dari kamar mandi. Iya tadi Gibran sedang mandi.

"Key Key bangun Key" ujar Gibran seraya menepuk nepuk pipi sang adik dan pastinya masih memakai handuk. Keysa yang namanya di panggil pun tersadar dari tidurnya.

"Mama Papa bang hiks hiks hiks" tanpa aba aba Keysa memeluk Gibran.

"Key udah ya, jangan gini mulu" nada Gibran sedikit mengiba seraya melepas pelukannya.

Udah hampir tiga minggu semenjak kejadian kecelakaan itu, tapi trauma Keysa tetap aja sama tidak pernah memudar atau hilang dari ingatannya. Gibran semakin merasa bersalah.

"Key" ulang Gibran sekali lagi karena dari tadi Keysa tidak mengubris ucapannya.

"Key please jangan diamin abang" harap Gibran.

"oke. Kalo gini yang Key mau, bakal bang Gib turuti" final Gibran seraya beranjak dari samping Keysa. Gibran memakai bajunya lalu pergi ke balkon.

"KEY MAAFIN ABANGGGG, KEY MAUNYA ABANG KAN YANG PERGI! BUKAN MAMA SAMA PAPA?" tanya Gibran kepada Keysa dengan sedikit teriak agar Keysa mendengarnya.

"MAAFIN ABANG KEY" lanjut Gibran. Keysa tersadar dari lamunannya karena teriakan Gibran, segera bergegas ke sumber suara, balkon.

"bang Gib mau ngapain?" tanya Keysa ketika melihat Gibran berdiri di pinggir balkon. Hampir sedikit lagi Gibran mau jatuh.

"Keysa mau Abang kan yang pergi! bukan Mama sama Papa?" ulang Gibran seperti kata katanya tadi. Namun, kali ini tidak berteriak.

"bukan gitu maksud Keysa, Bang" ucap Keysa dengan nada memilukan.

"apanya yang bukan gitu Key? Nyatanya aja Keysa ga mau dengarin Abang, kalo Mama sama Papa itu udah tenang di sana. Kalo Key ga ikhlasin mereka nanti gimana caranya mereka bisa tenang di sana Key!!"

"Key juga sering ngigau tentang Mama sama Papa dan bang Gib selalu bangunin Key habis tu Key diamin abang. Asal Key tau!! bukan Key aja yang sedih, Abang juga Keyy. Malahan Abang lebih terpuruk dari Key, ga di kantor, ga dirumah, banyak banget masalah dan pastinya Key ga tau kan? Bukannya Abang ga mau cerita sama Key, tapi kek mana Abang mau cerita sedangkan Key aja masih kek gitu. Sikit sikit sedih, sikit sikit nangis"

"Asalkan Key tau di kantor bukan satu perusahaan yang abang handle, tapi semua perusahaan yang dimiliki sama Papa. Sebenarnya Abang ga terlalu memiliki jiwa kepimpinan seperti Papa, tapi tenang aja sekarang Abang lagi berusaha kok buat seperti Papa, bahkan melebihi Papa kelaknya" Dimas tersenyum kecut.

"kalo bukan karena Key, kali aja Abang udah ga ada di sini. Mungkin Abang udah ngikut Mama sama Papa, tapi Abang sadar kalo bang Gib masih memiliki satu kekayaan lagi. Kekayaan ini benar-benar butuh Abang untuk bangkit. Coba seandainya Abang makin terpuruk dengan situasi ini, pasti Key bisa masuk ke rumah sakit jiwa" ucap Gibran panjang lebar. Keysa menyimak dan memahami setiap kata demi kata yang diucapkan Gibran.

"Key". Keysa masih diam tak bergeming dengan air mata yang sedari tadi membasahi pipi.

"ya iya, Key tau Key salah. Key minta maaf dan janji bakal ikhlasin Mama sama Papa, tapi please, Abang jan bunuh diri ya?. Betul kata Abang, mungkin Key bisa gila kalo ga ada bang Gib. Key benar-benar butuh Abang, please turun ya bang" lirih Keysa seraya menghapus butiran bening yang mengenai pipinya.

"janji dulu" titah Gibran.

"janji bang Gibran, Abangnya Keysa yang paling ganteng, perhatian dan pastinya Keysa sayang bat sama dia" ujar Keysa dengan suara serak khas orang habis nangis.

KEYSA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang