25. 🌻

215 75 0
                                    


Boy menjatuhkan makanan yang baru ia buat untuk orang yang spesial. "Key, Key,qqqq kamu dimana??" teriak Boy membuat semua pengunjung melirik ke arahnya. Semua karyawan kafe berdatangan melihat keadaan sekitar ricuh karena perbuatan Boy. Lebih tepatnya Boy yang membuat ricuh.

"hey tadi ada yang lihat wanita rambut diikat duduk disini" masih dengan teriakan Boy mengutarakannya, khusus untuk semua pengunjung. Boy memang tak tau malu disini karena ia pemilik kafenya. Semua pengunjung dan karyawan kafe menggeleng tanda mereka tak tau.

"tadi dia...."

"dia kenapa?" potong Boy membentak.

"it-tadi ada dua orang cowok pake baju hitam gitu nyamperin dia terus...."

"terus apa?" potong Boy masih dengan membentak.

"terus saya biarin aja. Saya kira dia emang datang dengan dua cowok itu" tutur pria jika dilihat umurnya sekitar 20an keatas.

Akhhhhhhhhh. Boy berteriak sekuat tenaga.

Boy menangis ia ga tau harus ngapain sekarang. Gadis yang ia tembak di pesta itu ga tau kemana. Makanan yang ia buat spesial pun tak bagus lagi jika di pandang apalagi dimakan. Begitu pilu keadaan ia sekarang.

Jarang sekali boss menangis hanya karena wanita.

Boss kenapa?

Tumben boss nangis?

Beruntung banget wanita itu?

Siapa wanita yang buat boss menangis?

Boy mengelap air matanya yang mengalir tanpa henti lalu berlari kearah pintu keluar dari kafe. Ia mengelilingi daerah sekitar luaran kafe untuk mengecek apakah Keysa masih ada disekitar sini atau tidak. Hasilnya nihil. Tak ada satu pun tanda-tanda dari Keysa.

Boy kembali berlari ke dalam kafe untuk menemui pria tadi. "permisi pak, apakah bapak melihat jelas wajah cowok itu" tanya Boy sopan pada pria yang memberitahu sedikit info tentang Keysa tadi. Pria itu menggeleng, "maaf tadi dua orang itu membelakangi saya" jujurnya.

Boy mengacak-acak rambutnya yang membuat rambutnya semakin acu kadul. Ia makin bingung sekarang harus ngapain. Iya lapor polisi. Tapi kan belum 1x24 jam. Batin Boy lalu mengacak kembali rambutnya frustasi.

Boy berlari kembali ke arah luar kafe. 'ga, gua ga boleh lemah! gua harus cari Keysa sampe ketemu' monolog Boy seraya menuju mobilnya. Pertama yang akan ia lakukan ialah menuju rumahnya. Kali aja Key nyuruh orang buat antar dia kerumah Boy. Sampai dirumah, Boy mengelilingi semua rumahnya yang dibantu oleh IRT dan satpam rumahnya. Tapi hasilnya nihil.

Boy kembali keluar rumahnya menuju rumah Gilang dan Raynald. Hasilnya juga nihil. Gilang dan Raynald membantu Boy untuk mencari Keysa. Mereka putarin sebagian kota Jakarta dengan jalur yang berbeda seraya menunjukkan foto Keysa pada beberapa orang yang lewat. Hasilnya juga nihil.

Sekitar 20 menitan Boy memutari jalur selatan. Ia baru teringat bahwa kafenya memiliki cctv. Ia kembali memutar motornya menuju kafe. Boy menukar kendaraan saat ia pulang untuk mencari Keysa tadi.

Boy mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tak peduli teriakan-teriakan orang lain. Yang ada diingatan Boy sekarang adalah gadis yang ia tembak dan belum mendapatkan jawaban dari sang gadis.

Sesampai di kafe, ia langsung keruang cctv. Ia menyuruh orang yang bertugas di ruangan ini untuk memutar rekaman ulang ketika ia mengunjungi kafe ini.

Semua kegiatan terekam oleh cctv. Mulai dari Boy meninggalkan Keysa untuk membuat makanan spesial. Datang dua pria berbaju hitam persis seperti yang dibilang oleh pria pengunjung kafe tadi. Dua pria berbaju hitam itu memberikan tisu yang membuat Keysa tak sadarkan diri. Dua pria itu memopong tubuh Keysa layaknya Keysa yang sedang berjalan sehingga para pengunjung kafe ga curiga dengan mereka. Sampai di luar kafe mereka masuk ke dalam sebuah mobil hitam dengan plat.

Stop. Boy menghentikkan rekaman itu. Ia mencatat plar mobil yang menculik Keysa. Ia juga meminta rekaman ini disalin di flashdisk yang baru untuk menjadi barang bukti. Tak lupa pula Boy menelpon Gilang dan Raynald untuk tidak mencari Keysa lagi karena bukti sudah nyata.

"jadi kek mana. Sekarang kita lapor polisi atau ga?" tanya Gilang membuka bicara saat mereka bertiga udah duduk di salah satu meja di kafe Boy. Boy menggeleng.

"kenapa?" tanya Raynald.

"pertama kita ga bisa ngelaporin gitu aja karena belum 1x24 jam. Kedua kita jangan gegabah dulu" terang Boy.

"gegabah lo bilang?" tanya Gibran yang mendengar percakapan mereka. Tadi Gilang memang sengaja menelpon Gibran agar ia mengetahui kondisi adiknya.

"jangan bikin emosi lo! baru juga datang, bagus lo ikut gabung aja" balas Boy yang membuat darah tinggi Gibran naik. Gibran menarik kerah baju Boy lalu ingin memberikan salam kenal pada Boy dengan menenju mukanya. Tapi aksi Gibran berhasil dicegat oleh Raynald.

"hey ini bukan waktunya untuk bertengkar!!!" teriak Raynald usai melerai. Semenjak Boy melihat rekaman cctv, ia menyuruh semua karyawan menutup kafe ini sehingga di kafe cuma ada Gibran, Boy, Raynald dan Gilang.

"betul tu kita fokus dulu buat cari Keysa" sambung Gilang. Akhirnya Gibran dan Boy mengerti. Gibran duduk dibangku yang kosong, begitu pun yang lainnya. Mereka berempat beremuk buat mencari jalan keluar untuk mencari Keysa tanpa bantuan polisi.

"gimana kalian setuju kan?" tanya Gibran mengatur siasat untuk mengebrek tempat orang yang menculik Keysa.

"tapi gimana dengan lomba basket lo?" tanya Boy. Gilang dan Raynald juga membenarkan pertanyaan Boy. Pasalnya mereka akan mengebrek tempat itu dua jam lagi dan takutnya akan menganggu jadwal perlombaan basket tim Gibran untuk babak semifinal. Sekarang aja udah pukul 00.15 WIB.

"gua rasa sih ga bakal ganggu jadwal buat lomba besok, tapi kalo misalnya emang menganggu, gua tinggal undurkan diri aja" jawab Gibran santai.

"gimana dengan kawan setim lo?? Mereka ga bakal kuat kalo ga ada lo Gib?" kali ini Raynald bertanya.

"iya apalagi kemaren lo yang banyak buat point" sambung Gilang sejujurnya.

"gua ga peduli. Bagi gua nyawa adik gua lebih penting" ujar Gibran ga neko-neko. So sweet punya abang kayak gitu (author).

"jadi kalo tim lo kalah?" tanya Boy hati-hati.

"gua tetap ga peduli. Yang gua pedulikan sekarang Keysa, adik gua!! Nyawa dia lebih penting dari apa pun. Nyawa adik gua ga bisa dibayar dengan apa pun sedangkan kalah dari lomba itu bisa gua bayar di tahun depan dengan mengikutinya dan jadi nomor satu disana" terang Gibran sungguh-sungguh. Jika tekad Gibran udah kuat, maka ia akan memperolehnya dengan secepat kita membalikkan telapak tangan. Sangat cepat.

"yaudah dua jam lagi kita berkumpul di tempat yang udah kita tentukan dengan perlengkapan yang membawa perlengkapan yang udah dibagi. Okee!!" lanjut Gibran lantang. Disetujukan oleh Boy, Raynald dan Gilang.

"nanti buat perlengkapan yang ga ada ntar gua yang bakal melengkapinya" lanjut Gibran dan disetujui oleh yang lainnya.

🍃🍃🍃

Tinggalkan jejak dan beri comment ya :)

18 Mei 2020
22.37 WIB

FOLLOW INSTAGRAM & TIKTOK :
fadhilapy

KEYSA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang