15. 🌻

233 99 1
                                    


"baik anak anak semua kumpul di lapangan untuk melakukan pemanasan!!" perintah Pak Budi, guru olahraga khusus untuk kelas 11. Semua siswa kelas 11 IPA 1 melakukan intruksi yang diperintahkan oleh guru mereka. Mereka berbaris untuk melakukan pemanasan. Barisan cowo didepan baru diikuti barisan cewe dibelakangnya.

"minggir lo!!" seru Gracia pada Gilang yang berdiri dibelakang Gibran.

"enak aja main usir-usir segala, emang sekolah ni punya nenek moyang lo apa?" tanya Gilang dengan nada pedasnya ala ca*e-ca*ean lagi kelahi.

"betul tu, lagian lo ga tau ya kalo barisan cewe tu ada dibelakang barisan cowo. Barisan cowo terdiri dari tiga orang satu baris. So mau ga mau lo harus berada dibarisan keempat" jelas Raynald. Gracia yang mendapatkan penjelasan malah tambah menjadi-jadi. Sementang Pak Budi sedang mengambil bola basket untuk latihan mereka nanti.

"Gib kamu tengok dua bocah ni ga mau ngalah sama aku".

Idih panggil aku kamu segala. Batin Keysa yabg mendengar perdebatan mereka.

"enak aja lo bilang kami bocah" ujar Raynald tak terima.

"pas tu yang ada lo yang bocah taek" tambah Gilang tak mau kalah.

"maju lo" titah Gibran pada Raynald yang berada dibarisan ketiga untuk ceng barisan. Sekarang Raynald berada di barisan pertama dan Gibran berada di barisan ketiga dan barisan keempatnya diisi oleh Gracia. Gracia tersenyum miring lalu mengejek Gilang dan Raynald.

Keysa yang melihat kejadian itu hanya bisa diam membisu. Benar-benar berubah bang Gibran. Hati Keysa benar benar teriris melihat kejadian itu, apakah bang Gibran juga bakal bela gua jika gua minta kek gituan? Gua rasa sih ndak ya palingan dia bilang 'jan kek gitu sama orang ga baik'. Benar-benar berubah bang Gibran, ga kek bang Gibran yang gua kenal sebelumnya.

"pasti lo mau kek gitu kan?" tanya Boy. Keysa tak meresponnya.

"yaudah pas jam olahraga ntar lo buat kek gitu biar gua jadi bang Gibrannya yang bela lo hehe" Keysa terkekeh mendengar penuturan Boy.

"cieee yang ketawa" gumam Boy lalu ia ikut tertawa.

"btw gua becanda" lanjut Boy, tapi Keysa masih tertawa karena baginya ini benar-benar lelucon.

Gibran melihat Keysa tertawa di dekat Boy. Dia bingung apakah ia harus senang atau sedih atau gimana, ia tak tau.

"ayo anak anak sekarang buat tim yang terdiri atas empat orang" perintah Pak Budi yang telah memasuki lapangan kembali.

"aku sama kamu ya" pinta Gracia pada Gibran dengan memegangkan lengannya. Ihh mau muntah gua woyyy. Batin Keysa.

"iya sayang" ujar Gibran lalu mengelus tangan Gracia yang memegang tangannya. Sayang? Mereka benar pacaran? Kok bang Gibran ga bilang ke gua sih? Apa gua ga terlalu penting untuk dia saat ini? Itu lagi tangannya pake dielus-elus segala. Bangsul lah. Astagfirullah.

"udah anak-anak?"

"udah" sorak murid kelas 11 IPA 1 serentak.

"baiklah kalian latihan dulu, minggu depan bapak akan ambil nilai perkelompok" lanjut Pak Budi setelah mendapatkan jawaban dari muridnya. Setelah itu, pak Budi pergi meninggalkan murid-muridnya di lapangan begitu saja. Emang enak ya jadi guru olahraga, tinggal perintah habis tu pergi ke alam ntah berantah hehe.

"ayokkk" Gibran menyuruh Gracia, Raynald dan Gilang untuk menuju ke tempat yang tak jauh dari Keysa berada, karena emang disana yang tak dipake oleh murid yang lainnya. Sesampai disana, mereka memulai untuk latihan. Gracia sengaja melempar bola basket menuju kearah Keysa hingga mengenai tulang kering Keysa.

"sttt sakitt" raung Keysa. Boy yang berada disampingnya refleks menghentikkan kegiatan hormat grakny lalu memegang tulang kering Keysa yang terkena bola tadi.

"biru Key, kita ke UKS aja ya" ujar Boy. Keysa menggeleng seraya berkata "ga usah disini aja lagian cuma biru doang" tutur Keysa menutupi kesakitannya.

"mana bolanya?" tanya Gracia yang datang menghampiri Keysa dan Boy. Gibran, Gilang dan Raynald mengikutinya dari belakang.

"minta maaf dulu napa" tegas Raynald.

"itulah emangnya lo ga pernah diajarin sopan santun apa sama nyokap bokap lo" tambah Gilang.

"jan main bokap nyokap lah" sahut Gibran yang tampaknya tak berniat untuk membela sang adik.

"lagian dia yang salah udah tau nampak bola masih diam aja disana" lanjut Gibran.

"apa sii lo! ingat bray dia itu adik lo! seharusnya lo bela bukan malah lo jatuhkan dia kek gini" pungkas Gilang.

"kalo mau jadi pengecut jangan sama adik lo, adik lo tu ga salah malah ia ga tau apa-apa sob" papar Raynald lalu meninggalkan mereka di tkp. Gilang pun mengikuti Raynald.

"maaf kak" ucap Keysa lalu mengambil bola yang tak jauh dari belakangnya kemudian memberikannya pada Gracia.

"kek gitu dari tadi napa!!" bentak Gracia. Keysa tersenyum palsu.

"yok sayang" titah Gracia seraya memegang lengan kiri Gibran.

"gua ga kuat" gumam Keysa setelah kepergian Gibran dan Gracia.

Satu. Dua. Tiga.

Keysa pingsan. Dengan garcep Boy menggendong Keysa untuk menuju ke UKS. Raynald dan Gilang melihat Keysa pingsan langsung berlari menuju UKS karena mereka melihat Boy telah menggendongnya. Mereka meninggalkan latihan begitu saja. Sesampai di UKS, Boy tak melihat satu pun petugas di sana lalu ia keluar dari ruangan itu dan bertabrakkan dengan Raynald dan Gilang.

"eh maaf, oh ya kalian bawa mobil ga?" tanya Boy to the point. Ia khawatir dengan keadaan Keysa.

"gua bawa" kata Raynald.

"pinjam bentar, gua mau antar Keysa ke rumah sakit soalnya..."

"yaudah yok" potong Raynald lalu mereka menuju parkiran. Gibran melihat badan Keysa ditopang oleh Boy menuju parkiran tak bisa apa-apa, karena statusnya udah jadi pacar orang dan pastinya pacarnya ga izinin dia buat izin di jam selanjutnya.

Gilang meminta izin pada guru piket, Raynald mengambil mobilnya di parkiran sedangkan Boy dan Keysa menuju pos satpam untuk menunggu kedatangan Gilang dan Raynald.

"yokk" titah Raynald yang menyetir dan udah ada Gilang di sampingnya. Tanpa niat membalasnya, Boy langsung memasukki mobil bagian belakang kemudian meniduri Keysa diatas pahanya. Raynald yang udah peka dengan keadaan langsung tancap gas setelah Gilang memberikan surat dari guru piket pada satpam.

"pake macet segala lagi" dumel Raynald.

"gua telpon Gibran aja kali ya!" lirih Gilang lalu mengeluarkan ponsel yang ada di sakunya.

Berdering.....

"halo" ujar Gibran dari sebrang telpon.

"Gi-Gibran lo bisa ga jemput kami...."

"untuk?" potong Gibran.

"si Key dia pingsan. Pas kami ke UKS penjaganya ga ada, jadi kami ke..."

"to the point" masih dengan memotong pembicaraan Gilang.

"kami terjebak macet" kali ini Raynald yang berbicara, Gilang sengaja menloudspeakersnya.

"gua ga bisa gua sibuk"

Sayang kantin yok.

"itu yang lo namakan dengan sibuk?" Boy membuka suaranya dengan bertanya pada Boy. Gibran malah mematikan sambungan telponnya secara sepihak.

Bersambung...

Tinggalkan jejak dan beri comment ya :)

15 Mei 2020
14.52 WIB

FOLLOW INSTAGRAM & TIKTOK :
fadhilapy0

KEYSA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang