16. 🌻

226 93 1
                                        


Dengan langkah lebar, Boy mondar-mandir di depan ruangan Keysa di periksa. Ia tampak begitu panik akan semua yang terjadi.

"duduk dulu Boy" ujar Raynald yang tak kalah paniknya.

"iya tenangkan diri lo dulu" imbuh Gilang. Boy tidak mengubris ucapan mereka.

"kami tau kok lo sedih banget tapi bagus sekarang lo tenangin diri dulu" lanjut Gilang.

"iya sekalian doain Keysa semoga ga terjadi apa apa sama dia" tambah Raynald. Akhirnya Boy luluh juga dan duduk di samping Raynald untuk mengisi bangku yang kosong.

"bagaimana Dok keadaan pasien?" tanya Boy to the point ketika melihat Dokter keluar dari ruangan Keysa.

"keadaan pasien baik-baik saja, hanya saja penyakit maagnya kambuh. Sepertinya tadi pagi pasien belum sarapan" jawab Dokter.

"oh ya satu lagi dia selalu menyebut nama Gibran, apakah orang yang pasien sebut itu ada disini?" lanjut Dokter dengan bertanya.

"tidak ada Dok, nanti kami hubungi Gibran, teman kami Dok" jawab Raynald cepat.

"baiklah saya izin dulu untuk memeriksa pasien saya yang lainnya. Jika kalian mau melihat keadaan pasien tinggal masuk aja, tapi saya harap kalian tidak membuat pasien merasa terganggu, permisi" final Dokter kemudian berlalu begitu saja.

Tanpa perintah dari yang lain, Boy langsung menelpon Gibran. "ga diangkatnya coba kalian aja yang nelpon" tutur Boy.

"apa lagi?" kalimat itu yang dilontarkan Gibran dari sebrang telpon ketika Raynald menelponnya.

"ehhh bangke adik lo tu lagi sakit dari tadi dia ngigo nama lo terus bagus lo kesini, rumah sakit yang dekat sekolah" emosi Boy tak karuan.

"kalian pekak ato gimana si?" tanya Gibran dengan nada yang sulit untuk diartikan.

"Gib coba lo ga usah egois untuk kali ini aja, adik lo butuh lo" kali ini Gilang yang berbicara.

"gua ga bisa" ketus Gibran.

"yaudah gini aja kalo lo masih sayang dengan adik lo silahkan kemari, jika sayang lo udah kemakan sama kuntilanak tu yaudah ga usah kesini, tapi jangan harap lo bisa ketemu dengan adik lo untuk selamanya" tutur Raynald lalu mematikan sambungan telponnya dan meletakkan ponsel ke dalam saku celananya.

"terus kek mana?" tanya Gilang.

"lo yakin?" tanya Boy.

Raynald menghiraukan pertanyaan mereka kemudian masuk ke dalam ruangan Keysa. Gilang dan Boy pun mau tak mau wajib mengikutinya. Sesampai didalam ruangan, mereka mendengar dengan jelas bahwa Keysa benar-benar menyebut nama Gibran dalam tidurnya.

Sayang banget lo ya sama dia. Batin Boy.

🍃🍃🍃

"haha bagi gua teman sekali, teman untuk seumur hidup" Keysa mengernyitkan dahinya, bertanda kurang mengerti maksud dari perkataan Boy barusan.

"Prinsip hidup gua itu kalo tu orang baik dengan gua, maka gua harus lebih baik dari dia. Sebaliknya kalo tu orang jahat dengan gua maka, gua harus lebih jahat dari dia bahkan bisa dendam sama tu orang."

"sekali teman tetaplah teman dan sekali musuh tetaplah musuh....."

"gua masuk yang mana?" tanya Keysa dengan pandangan yang tak menunduk lagi.

"lo itu masuk ke prinsip gua yang kedua yakni kalo tu orang jahat dengan gua, maka gua harus lebih jahat dari dia bahkan bisa dendam sama tu orang". Keysa mengernyitkan dahinya bertanda sedang kebingungan.

KEYSA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang