43. END

835 37 2
                                    

"Key" lirih Gibran yang ada di belakang Gracia.

"ga usah ikut campur lo!"

"Key, bukannya itu abang kamu?" tanya Rita melihat Keysa berdiri dari duduknya dan menunjuk ke arah Gibran. Bu Eni malah memilih untuk bungkam.

"dia bukan abang Key, Mi"

"dia itu cuma kakak kelas Key, ga lebihh" lanjut Keysa dengan penuh penekanan di kalimat 'ga lebihh'. Gibran menarik tangan kanan Keysa untuk mengikutinya keluar dari ruang bk. Keysa mengaduh kesakitan karena Gibran menggenggam pergelangan tangan ia dengan sangat kuat. Keysa tak berani melawannya.

Gibran berjalan menelusuri lorong demi lorong dengan Keysa di sampingnya. Mereka berhenti di parkiran.

"duduk dan telpon Raynald" titah Gibran yang menyuruh Keysa duduk di bangku penumpang. Keysa yang ketakutan, akhirnya menurutinya. Ia menelpon Raynald untuk memberitahu kalau ia diajak Gibran pergi, tak tau kemana. Keysa benar-benar ketakutan.

Gibran menyalakan mesin mobilnya lalu menjalankannya. "buka pintunya" pinta Gibran pada Satpam.

"maaf, tidak bisa nak"

"buka pak" Gibran mengungkapkannya lebih sopan.

"harus ada surat izin dari piket dulu nak" jawab Satpam.

"SAYA BILANG BUKA YA BUKA! GA USAH CARI GARA-GARA SAMA SAYA" bentak Gibran pada Satpam. Keysa yang mendengarnya, antara takut dan iba pada pak Satpam. Di satu sisi, Keysa ga bisa membantu Satpam. Di sisi lain, Keysa baru pertama melihat reaksi Gibran seperti ini, membentak orang yang lebih tua darinya.

Biasanya kalau Gibran kenak marah sama kedua orang tuanya, palingan pergi keluar rumah atau gak langsung ke kamar, pura-pura izin tidur, ada tugas sekolah dan semacamnya.

Satpam yang dibentak, akhirnya membukakan gerbang untuk Gibran dan Keysa yang berada di kursi sebelah pengemudi. Gibran membawa mobil dengan sangat laju. Mungkin karena tersulut emosi sama pak Satpam tadi kali ya. Batin Keysa.

Beberapa menit kemudian, Gibran memberhentikan mobilnya di sebuah gedung yang sangat besar. Gibran keluar dari mobil lalu mengitari mobilnya untuk membuka pintu mobil tempat duduk Keysa.

"turun" ketus Gibran.

Ngeri juga ya kalo bang Gib marah. Lebih ngeri dari bang Gilang pula. Batin Keysa seraya turun dari mobil dengan keadaan canggung.

Keysa berjalan di belakang Gibran. "kantor Polisi" gumam Keysa.

Gibran membalikkan badannya, ke arah Keysa. "iya, ini kantor polisi . Duduk di sana dan pinjam hp lo" Keysa memberikan ponselnya lalu duduk di kursi yang di tunjuk Gibran.

Apa! Dia manggil gua dengan sebutan lo! Ah, biarin. Gpdl aja.

Di sisi lain...

Usai mendapatkan panggilan dari Keysa, Raynald langsung bergegas ke parkiran. Ia melihat mobil Gibran baru saja keluar dari perkarangan sekolah. Raynald menyusuli Gibran. Ia menerobosi gerbang yang masih terbuka lebar.

"Key" sapa Raynald pada Keysa yang duduk di kursi tunggu.

Keysa langsung berdiri dari duduknya, "bang Ray". Raynald tersenyum sebagai balasannya.

"kok ada...." Keysa tak melanjutkan kalimatnya.

"nih hp lo" Gibran menyorongkan ponsel Keysa pada pemiliknya. Keysa mengambilnya tanpa ada ucapan terima kasih dari Gibran.

"kek mana?" tanya Gilang.

"ntar lagi mereka di tangkap" jawab Gibran. Keysa bingung. 'Mereka' siapa yang mereka maksud? Kenapa bang Gilang dekat dengan bang Gib? kan mereka udah lama ga temanan!. Pikir Keysa.

KEYSA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang