37. 🌻

197 63 0
                                    


Satu minggu lebih dua hari. Berarti lima hari lagi sekolah akan dibuka. Udah satu minggu Keysa dirumah Raynald tapi ia masih belum mau bertemu dengan Gibran, Boy dan Gracia. Keysa tak mau bertemu dengan mereka kapan pun dan dimana pun.

"lagi mikirin apa sih dek?" tanya Mayreta tiba-tiba duduk di sofa tepat disamping Keysa usai memegang bahu Keysa.

Keysa tersadar akan lamunannya. Keysa menggeleng. "ga ada apa apa kok kak" balas Keysa dengan tersenyum hambar.

"kakak gua tu anak psikolog loh Key, jadi mau ga mau dia tau kalau lo ada masalah" sanggah Raynald yang juga melihat wajah Keysa murung sedari tadi.

Rendra, papanya Raynald dan Mayreta yang baru datang dua hari yang lalu dari luar negeri pun menyetujui ucapan anak lelaki satu-satunya. Selain itu, ia juga menerima Keysa dengan tangan terbuka untuk menginap disini.

Keysa tersenyum lagi, tapi kali ini lebih sedikit berasa dari yang tadi.

"yaudah kalau nak Keysa tidak mau menceritakannya, nanti saja ceritanya, beri ia waktu sebentar untuk bertengkar dengan fikirannya. Bagus sekarang kita nonton film suara hati ibu" tutur Rita, mamanya Raynald dan Mayreta ketika melihat film kesayangannya telah tayang.

"istri Sayang bukan ibu" sanggah Rendra.

"kalau aku maunya ibu gimana, Sayang?" tanya Rita dengan mata yang masih fokus pada televisi.

"itu kan bacaannya istri bukan ibu" ujar Rendra tanpa kata 'sayang' kali ini.

"sttt Mami sama Papi ga bisa diam ya!! Kan May lagi nonton juga" dumel Mayreta ditengah tengah perdebatan orang tuanya. Rendra dan Rita pun melirik ke arah Mayreta dengan tatapan ingin mencengkam.

"berdebatlah sampai puas!!"

"Key, yok kita pergi dari sini" lanjut Raynald lalu mengenggam pergelangan tangan Keysa untuk mengajaknya pergi dari ruang keluarga.

Iya tadi mereka sedang berada di ruang keluarga. Itu memang sudah ritual dari keluarga Kurniawan. Setelah selesai makan, mereka akan duduk di ruang keluarga untuk menonton televisi atau berdebat seperti tadi, katanya sih untuk mengasah otak biar encer hehe.

Saat ini, Keysa dan Raynald duduk di taman belakang dari rumah Raynald. Suasana tamannya tidak begitu gelap dan tidak begitu terang, karena ada beberapa lampu berwarna kuning yang meneranginya.

Keysa dan Raynald masih diam diaman. Mereka canggung karena beberapa hari yang lalu mereka tak pernah berduaan setelah Raynald menyatakan perasaannya.

Raynald berdehem. Keysa melirik ke arah sampingnya kanannya dan menggigit bibirnya, grogi. Raynald membalas lirikkan Keysa dengan melirik ke arah samping kirinya lalu tersenyum.

Waduh kenapa mesti senyum sih. Kan gua makin grogi bang!!!. Batin Keysa.

"masih mikirin yang kemaren ya?" tanya Raynald.

Keysa tersenyum. Yaiyalah bang!!. "hehe nggak kok bang" Keysa terkekeh.

Raynald kembali menatap kedepan, lebih tepatnya di taman yang penuh bunga matahari. "gua ga bermaksud...."

"Key juga cinta..." lirih Keysa dengan tatapan yang sama dengan Raynald, bunga matahari.

Raynald melototkan kedua matanya lalu melirik ke arah Keysa. Masih dengan keadaan terpaku.

"gua ga mimpi kan Key?" tanya Raynald memastikan.

Keysa menggeleng. "bang kita kesana yok!!" ajak Keysa dengan menunjuk ke arah bunga matahari.

"udah malam Key, ntar ada ular gimana!" ucap Raynald dengan keadaan masih tak percaya.

Keysa memanyunkan bibirnya. "bukannya disitu terawat ya bang, jadi jarang ada hewan-hewan gitu" tutur Keysa tak mau kalah saing.

"hehe emang, tapi gua takut kesana Key" cicit Raynald yang mulai tersenyum.

Keysa makin grogi dibuatnya. Apalagi mulutnya terlalu bar-bar tadi, sehingga membuat ia semakin grogi berada disamping Raynald. Ditambah lagi Raynald tersenyum ke arah saat ini. Pengen mati aja!!. Teriak Keysa dalam hati.

"yaudah deh gimana kalau kita masuk aja" alibi Keysa dengan tersenyum untuk menghilangkan groginya dihadapan Raynald.

Keysa berdiri terlebih dahulu, baru melangkah beberapa langkah, pergelangan tangannya dicekal oleh Raynald. Hal ini membuat Keysa semakin sulit bernafas dengan baik dan benar.

Raynald mengatur nafasnya. "Key ga lagi ngehindarkan?" tanya Raynald dengan lembutnya.

Keysa memejamkan matanya untuk menghilangkan groginya, lalu ia melirik ke arah Raynald dan melepaskan cengkalan tangannya. Keysa mulai duduk di tempatnya kembali.

Keysa menghembuskan nafasnya kasar. "gaa" satu kata itu yang lolos dari mulut Keysa.

"terus?" tanya Raynald dengan mata yang masih fokus pada Keysa. Keysa mengangkat kedua alisnya bertanda sedang bertanya 'yang mana?'.

"kenapa Key suka dengan..."

"Key suka sama abang sejak datang kerumah pertama kali, disitu Key lihat kalo abang punya aura tersendiri. Dari cara abang berkenalan, tersenyum, bermain dengan bang Gib. Ya meskipun bang Gilang juga memiliki aura yang berbeda, tapi Key lebih suka melihat aura bang Ray"

"dulu ada cowok yang suka dengan Key malahan ia nembak Key. Tapi karena Key sukanya sama bang Ray jadi Key tolak, lagian waktu itu dekat dengan Ujian Nasional juga" terang Keysa.

"jadi karena itu Key ga pernah pacaran" lanjut Keysa usai berhenti sejenak.

"terus yang..."

"Key sebenarnya ga suka sama Boy. Key cuma ga enakkan aja sama dia, kan Key selama ini udah numpang sama dia" tutur Keysa lalu menundukkan kepalanya. Sangat menyesal menerima Boy sebagai pacarannya.

Raynald mengangguk dengan senyum bahagia, karena orang yang ia cintai juga mencintainya.

"maaf". Raynald memudarkan senyumannya. "soal apa?" tanya Raynald.

"Key udah pacaran sama Boy" ujar Keysa masih dengan menundukkan kepalanya.

"kan sekarang udah ga pacaran" balas Raynald.

Keysa menggeleng. "kenapa?" tanya Raynald.

"dia belum bilang putus, begitu juga dengan Key"

Keysa menghela nafasnya, "tapi tenang aja semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, Key udah putusin dia secara sepihak" ucap Keysa dengan polosnya. Raynald tertawa.

Keysa bingung. "ada yang salah ya bang?" tanya Keysa. Raynald menghentikan aksinya.

"hehe ga ada kok, hmm kalo gitu kita bisa dong"

Keysa membangkitkan kepalanya lalu melihat ke arah Raynald yang menatapnya dengan wajah penuh harapan. Keysa makin bingung harus bagaimana.

"hm ga usah jawab sekarang juga ga papa Key" lanjut Raynald yang melihat Keysa tampak kebingungan. Keysa tersenyum segan. Raynald memakluminya.

"oh ya yang masalah biaya sekolah tenang aja, orang tua gua yang bakal biayai semuanya"

"hm makasih ya bang. Tapi Key masih belum mau melihat wajah mereka" balas Keysa dengan menyebutkan kata 'mereka' untuk Gibran, Boy dan Gracia.

Raynald mengangguk. "gua ngerti kok, ya meskipun gua ga pernah ngerasain apa yang lo rasain sebelumnya" tutur Raynald diiringi senyuman yang sangat manis.

Keysa tersenyum. "hm gimana kalo kapan-kapan kita kesana" ajak Keysa mengalihkan pembicaraan dengan menujuk ke arah bunga matahari yang ingin sekali ia datangi. Raynald mengangguk.

"yaudah yok masuk"

Bersambung...

Tinggalkan jejak dan beri comment ya :)

31 Mei 2020
14.49 WIB

FOLLOW INSTAGRAM & TIKTOK :
fadhilapy

KEYSA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang