10. 🌻

310 102 2
                                        


"Mama?" gumam Keysa dari lantai atas. Pasalnya ia baru bangun tidur lalu ingin memasak sarapan buat ia dan Gibran, tapi belum sempurna ia melangkahkan kakinya di tangga pertama di posisinya saat ini, ia melihat sang ibu yang selalu dirindukan. Keysa mempercepat langkahnya untuk menuju tempat Alfirah berada.

"Ma" sapa Keysa saat ia berada di meja makan, karena di sini Alfirah berada. Keysa memegang pundak Alfirah agar berbalik badan menghadap Keysa.

"Mama kok nangis?" tanya Keysa yang melihat airmata sang ibunda keluar tanpa henti. Keysa menghapus airmata itu dengan tangan kanan dan tangan kiri dengan sangat lembut selembutnya.

"Mama kenapa? Siapa yang sakiti Mama?" Keysa mulai iba melihat tampilan sang ibu yang sangat kacau balau.

"Maa" lirih Keysa sekali lagi. Alfirah masih diam seribu bahasa.

Hening.

Kekmana caranya ya agar Mama mau buka mulut ya??

Ya bang Gibran, pasti dia lagi di atas.

Keysa berjalan menuju kamar Gibran dan pastinya meninggalkan Alfirah sendirian di meja makan. "bang, bang" panggil Keysa sedari tadi tapi hasilnya tetap nihil, pintu tak terbuka sama sekali. Akhirnya Keysa membuka pintu secara diam-diam, udah tau ia orangnya mudah bosan. Tapi hasilnya tetap nihil. Di dalam kamar tidak ada orang sama sekali.

Oh ya kalo ada Mama pasti ada Papa, tapi Papa lagi tadi ga ada gua lihat. Keysa makin bingung dibuatnya. Ada apa ini?!? Dengan langkah gontai Keysa menuju tempat Alfirah berada, Alfirah masih menangis.

"Maa" sapa Keysa penuh hati hati. Alfirah masih tak mau mengubris panggilan Keysa, tapi kali ini airmatanya lebih sedikit mereda dari yang tadi.

"Papa mana, Ma?" tanya Keysa yang membuat airmata Alfirah semakin menjadi-jadi.

Caelah salah Key dimana Ma?? Kan Key cuma nanya Papa doang. Key kangen loh sama Papa!!

Bang Gibran dimana pulak lagi. Apa dia lagi pergi main sama bang Raynald dan bang Gilang ya?? Tapi apa dia tau kalo Mama lagi ke rumah dengan keadaan menangis!! Ah aulah gelap.

Btw gua harus kek mana. Mama diajak bicara malah ga ngejawab. Kalo gua mau pergi malah dibilang anak durhaka karena dah ga ngawani Mama lagi nangis. Makin puyeng nih kepala.

Mau hubungin siapa pun tak tau. Mana gua ga punya teman lagi di SMA, sahabat-sahabat gua pada keluar negeri segala. Pasti Gisel dan Gladis lagi asik-asik disana. Boy? Iya Boy, cuma Boy yang bisa gua andalin saat ini. Gua telpon aja kali ya. Untung beberapa hari yang lalu ia minta nomor gua.

Keysa mengambil ponselnya yang berada di meja dekat samping kasurnya. Lagi lagi ia meninggalkan Alfirah sendirian di meja makan.

Berdering...

Huftt untung berdering. Yah tapi kok ga diangkat. Caelah tinggal angkat doang kok susah amat sih.

Sudah tiga kali Keysa menelpon Boy tapi masih ga diangkat telponnya dari sebrang sana. Tepat yang kelima kali Keysa menelpon, akhirnya dianggat oleh Boy.

"halo" sapa Boy dari sebrang sana.

"haa iy-iyaa" sahut Keysa. Ga tau kenapa Keysa grogi saat ini.

"kalo ngomong yang jelas Key"

"hee it-anu-gua berdua di rumah dengan Mama, terus Mama nangis mulu, pas ditanya Mama ga mau ngejawab" ujar Keysa dengan memejamkan matanya untuk menghilangkan grogi yang tiba tiba datang ntah dari mana.

"Gibran mana?"

Dia manggil Gibran doang? Emang biasanya gitu ya atau gua aja yang baru dengar kalo dia sering ngucapin itu?

"Key" sahut Boy.

"eh y-ya-it-bang Gibran lagi ga di rumah, kek nya dia lagi pergi sama bang Raynald dan bang Gilang deh" argument Keysa.

"yaudah tunggu gua disana, oke" sambungan telpon dimatikan oleh Boy secara sepihak. Keysa benar-benar bingung dibuatnya. Kenapa jadi rumit kek gini? Oh ya gua kan belum nelpon bang Gibran.

Keysa mencoba untuk menelpon Gibran tapi ponselnya malah ga aktif. Keysa juga menelpon Gilang, hasilnya pun sama, ponselnya juga ga aktif. Keysa menelpon Raynald, alhamdulillah berdering akhirnya.

"halo" sapa Keysa duluan saat sambungan telpon telah tersambung.

"iya kenapa Key?" tanya Raynald to the point.

"itu bang, Key mau nanya ada bang Gibran ga disana?"

"tadi si ada, kenapa?"

"tadi?" dibalas dehemen oleh Raynald dari sebrang telpon.

"sekarang dia kemana bang?"

"katanya dia pergi sebentar, mau pulang"

"sekitar beberapa menit yang lalu bang?"

"udah hampir 1 jam-an Key" Keysa makin gila dibuatnya. Kenapa bang Gibran belum sampe-sampe.

"halo" sapa Raynald yang dikacangi oleh Keysa.

"eh iy-iya bang, makasih ya bang infonya" Keysa mematikan sambungannya secara sepihak setelah Raynald membalas 'sama sama'.

Beberapa menit kemudian, bel rumah berbunyi. Keysa berjalan menuju pintu utama dan membuka pintunya. Ia melihat Boy dengan membawa bingkisan berupa buah lalu Keysa mengizinkan Boy untuk masuk ke dalam rumah.

"mana Mama lo?" tanya Boy saat ia duduk di kursi ruang tamu.

"di meja makan, gua takut ntar malah ganggu Mama jadi untuk sementara waktu di sini aja dulu ya" pinta Keysa pada Boy lalu meminta izin untuk membuatkan dia minuman.

"nih minum dulu" lirih Keysa yang membawa segelas teh hangat untuk Boy. Boy mengangguk seraya mengucapkan terima kasih.

Gua harus mulai dari mana? Masa gua harus minta tolong sama Boy, cowok yang baru gua kenal untuk menghibur Mama nangis. Mama pun, kenapa malah tambah nangis pas gua nanya soal Papa. Bang Gibran pun ntah pergi kemana, tadi kata Raynald udah pulang sekitar satu jam yang lalu tapi sampe sekarang batang hidungnya ga nongol-nongol.

"maaf" gumam Keysa seraya menundukkan pandangannya.

"buat?" tanya Boy yang masih fokus untuk nonton tv yang ada di ruang tamu rumah Keysa.

"semuanya" masih dengan menundukkan kepalanya.

"haha bagi gua teman sekali, teman untuk seumur hidup" Keysa mengernyitkan dahinya, bertanda kurang mengerti maksud dari perkataan Boy barusan.

"prinsip hidup gua itu kalo tu orang baik dengan gua, maka gua harus lebih baik dari dia. Sebaliknya kalo tu orang jahat dengan gua maka, gua harus lebih jahat dari dia bahkan bisa dendam sama tu orang"

"sekali teman tetaplah teman dan sekali musuh tetaplah musuk...."

"gua masuk yang mana?" tanya Keysa dengan pandangan yang tak menunduk lagi.

"lo itu masuk ke prinsip gua yang kedua yakni kalo tu orang jahat dengan gua, maka gua harus lebih jahat dari dia bahkan bisa dendam sama tu orang". Keysa mengernyitkan dahinya bertanda sedang kebingungan.

"NYOKAP LO ITU...."

Byarr... Byarr... Byarr... hujan telah turun khusus untuk kamar Keysa saja.

Yah cuma mimpi, kepotong pula lagi. Keysa menggerutui orang yang berbuat sewenang-wenangnya terhadap dirinya.

"bangun oy bangun udah jam 6 lewat 15" teriak Gibran tepat di telinga kiri Keysa. Keysa yang mendengar namanya dipanggil langsung bangun dari tidurnya seraya mengumpat ngumpat Gibran. Baru pagi woi ga usah cari perkara. Keysa mengelap wajahnya yang telah basah kuyup.

Bersambung...

Tinggalkan jejak dan beri comment :)

11 Mei 2020
19.52 WIB

FOLLOW INSTAGRAM & TIKTOK :
fadhilapy

KEYSA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang