30. 🌻

201 72 0
                                    


Keysa duduk di pinggir lapangan basket sendirian. Padahal di sana tidak ada seorang pun sedang bermain. Hal ini yang dia butuhkan untuk saat ini, merenung di kesepian. Ia tak tau apakah ia harus mengundurkan diri dari ekskul ciliders atau tidak. Keysa bingung. Disatu sisi, ia ga mau kehilangan jabatannya di ekskul itu. Disisi lain, Gracia selalu memintanya untuk enyah dari ekskul itu.

"hey" sapa Boy yang mulai mendudukan pantatnya di samping Keysa. Keysa melihat wajah Boy sekilas lalu beralih ke pandangannya semula, lapangan basket.

"kamu lagi galau?" tanya Boy. Semenjak Boy menembak Keysa di acara ulang tahun itu, ia selalu memanggil kata aku dan kamu. Padahal Keysa belum juga menjawab pertanyaan atas tembakannya itu. Keysa melirik ke arah Boy lalu tersenyum tipis. Sangat tipis.

"cerita aja kali"

"gua bingung" Keysa menggantungkan kalimatnya. Boy mengangkat kedua alisnya bertanda ia bertanya 'bingung kenapa?'. Keysa tersenyum sangat lebar kali ini. Kemudian bangkit dari duduknya dan meninggalkan Boy sendirian di pinggir lapangan basket.

Keysa berjalan dengan sangat cepat untuk menuju ruang ciliders. Ia berharap sampai di ruangan itu dia tak berubah pikiran.

"ini nih dia orangnya! kata ketua tapi main pergi-pergi aja" kalimat itu yang terlontar dari mulut Gracia saat ia melihat Keysa memasuki ruang ciliders.

"why? Kangen yaa!!" ujar Keysa santai yang kini sudah berada tepat di depan Gracia berada.

Gracia memutar bola matanya. "ogah". Keysa tersenyum "ini yang lo mau kan?" tanya Keysa seraya melepaskan atribut cilidersnya yakni rompi. Setelah itu, ia berikan pada Gracia dengan kasar.

"gua Keysa Putri Laksana sah mengundurkan diri dari ekskul ciliders detik ini juga. Gua minta maaf kalo ada salah sama kalian. Terima kasih" tegas Keysa lalu meninggalkan ruangan ini dengan gaya sombongnya.

"loh kok gitu?" tanya Boy yang berada di depan pintu. Sedari tadi Boy melihat kejadian yang sangat langka itu. Keysa yang baru saja sampai di depan pintu kaget dibuatnya seraya mengumpat-ngumpat Boy.

"Key jawab dong" gumam Boy yang bersusah payah mensejajarkan jalannya dengan Keysa.

"lah kok kesini?" tanya Boy ketika mereka sampai di taman belakang sekolah.

"lo mau tau kan?" Boy mengangguk dengan sangat cepat.

Flashback on

"mau ngapain lo?" sorak Gracia saat ia bertemu dengan Keysa di kamar mandi.

"kalo orang mau ketoilet tu biasanya untuk apa ya? Apa jangan-jangan lo ga pernah belajar tentang hal beginian?" balas Keysa santuy.

"berani juga lo" lirih Gracia lalu menjambak rambut Keysa tapi aksinya itu berhasil dicegah oleh Gibran yang kebetulan lewat.

Gibran menengok Keysa dengan tatapan intensnya. Dari atas kepala hingga ujung kaki Keysa. "kenapa?" ketus Keysa pada Gibran.

"pergii" balas Gibran yang tak kalah ketusnya. Keysa tak mengindahkan ucapan Boy. Keysa malah masuk ke salah satu bilik kamar mandi, karena ia udah kebelet sedari tadi.

Beberapa menit kemudian, Keysa keluar dari kamar mandi. Ia melihat Gibran seperti sedang menunggu seseorang disana. Maybe nunggui mak lampir. Keysa berlalu begitu saja dari sana.

Tiba-tiba langkah Keysa terhenti karena Gibran memegang pergelangan tangannya. "lepas" ketus Keysa. Ia kecewa atas reaksi Gibran tadi. Masak iya dia nyusir Keysa gitu aja, padahal ia tak tau siapa yang salah disini.

Gibran menghela napasnya kasar. "ga".

"abang cuma mau bilang bagus Key keluar aja dari ekskul ciliders, biar kita beri waktu Gracia untuk menjabat jadi ketua beberapa saat ini"

Hey. Bang Gib bilang apa tadi? Ngerelain jabatan ketua ciliders demi mak lampir? Oh no mana mau gua!!.

Keysa tersenyum. "dunia ini emang penuh dengan panggung sandiwara ya ternyata!! Di panggung itu terdapat Gracia sebagai pemeran utamanya, Keysa sebagai pemeran yang tersakiti dan Bang Gibran sebagai pembantu dari pemeran utama yang pastinya sering diperbodohi oleh pemeran utamanya, Gracia" terang Keysa dengan nada layaknya seorang moderator yang sedang membacakan narasinya. Keysa pergi dari hadapan Gibran.

Flasback off

"terus kenapa tadi kata kak Gracia kamu main pergi-pergi aja?" tanya Boy usai Keysa menceritakan semuanya.

"sebenarnya gua tadi izin ke toilet terus rupanya Gracia juga ngikutin gua ke toilet"

"habis dari toilet gua ga balik-balik lagi ke ruang ciliders. Mungkin dia bilang ke orang yang ada di ruangan itu kalo gua kabur gitu aja ga bertanggung jawab sebagai ketua" ujar Keysa seadanya.

"ga boleh loh suudzon gitu" ingat Boy.

Keysa mengangguk pelan."tapi gua harus kek mana? Berpikir positif mulu? Yang ada dia malah keenakan" sanggah Keysa.

"ya maybe" Boy mengangkat kedua tangannya tanda ia tak mengetahui secara pasti.

"ah ga jelas lo" cicit Keysa. Boy tertawa. Keysa melirik ke arah Boy dengan tatapan sinisnya lalu meninggalkan Boy sendirian di taman belakang sekolah.

Yah masa gua ditinggal lagi sih Key. Apa ga kasihan lo sama gua!! Pertanyaan di pesta belum dijawab sekarang pun main tinggal tinggal aja!! Yalah cewek selalu bener titik ga pake koma. Gerutu Boy kemudian mengejar Keysa yang udah jauh dari pandangannya.

Boy tak melihat keberadaan Keysa hingga saat ini. Padahal usai dari taman belakang sekolah tadi, Boy berlari untuk mengejar Keysa. Tapi ia malah ketinggalan jejak seorang Keysa.

Apakah ia jelmaan seorang limbad?!?

Boy menyipitkan kedua kelopak matanya. "itu kenapa rame-rame?" tanya Boy pada dirinya sendiri. Tanpa basa-basi Boy menuju ke arah keramain itu, padahal tak ada konser apa pun saat ini.

"maaf kak..." Boy dapat mendengar suara Keysa samar samar. Hah!! Apa itu Keysa? Tapi kenapa dia minta maaf? Sama siapa dia minta maaf? Boy membatin. Pasalnya sekarang ia lagi terjebak di kerumunan. Mau mundur kenak orang, mau maju ga bisa karena kepenuhan.

"si Keysa kenapa tu?" tanya murid lelaki yang berada dua langkah dari hadapan Boy. Boy masih dapat mendengarnya dengan jelas bahwa murid lelaki yang tak ia ketahui namanya itu menyebut nama Keysa.

"heh ada apa itu?" sorak Bu Ria yang refleks membuat semua murid beralih ke arahnya.

Rata-rata murid yang disana langsung pergi setelah mendengar sorakkan itu. Maybe mereka ga mau kenak masalah dengan guru yang mulutnya pedas banget itu kali ya.

Boy masih setia di tempatnya. Malahan ia berjalan maju untuk menuju ke titik yang menjadi sorotan tadi, sebelum teriakkan Bu Ria. Key? Benar kata tu orang kalo yang di jadi sorotan tadi Key. Tapi kenapa?? Boy membatin.

Bu Ria mendekat ke arah Boy, Keysa dan seorang yang Boy tak tau dia siapa yang pastinya ia bukan murid disini, karena ia ga memakai baju seragam SMA Permata. Dari segi wajah ia kelihatan lebih tua beberapa tahun dari Keysa.

"ini kenapa Chika?" tanya Bu Ria to the point pada orang yang tak Boy kenali itu.

"masalah ekskul buk" jawab Keysa. Bu Ria beroh ria kemudian izin pamit dari hadapan mereka. Begitu juga dengan Chika, ia pergi usai Keysa meminta maaf sekali lagi padanya.

"mau kepo-kepoin lagi?" ketus Keysa. Boy menggeleng karena ia sudah paham semuanya. Bahwa orang yang tak ia kenali itu adalah Chika, pelatih ciliders Keysa. Tadi Keysa ditegur sama pelatihnya karena ia mengundurkan diri begitu saja. Dasar pelatih ga tau adab, masa mau menegur orang harus di depan umum gini!!!

🍃🍃🍃

Tinggalkan jejak dan beri comment ya :)

22 Mei 2020
01.24 WIB

FOLLOW INSTAGRAM & TIKTOK :
fadhilapy

KEYSA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang