Hari ini, hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Keysa dan hari yang paling membuat jantung Gibran berdetak tiga kali lebih cepat. Apalagi kalau bukan karena lomba basket antarsekolah dan SMA Permata menjadi tuan rumahnya. Mau ga mau salah satu tim dari SMA Permata harus menang dalam perlombaan ini, minimal satu tim dari sekolah ini menang dan maksimal semua tim dari sekolah ini harus menang.Dari arah Keysa duduk, ia melihat Gracia duduk di barisan paling depan di belakang bangku pemain dengan botol minum di tangan kanannya, keknya bakal ia kasih nantinya pada bang Gibran.
"udah ga usah diperhatiin" ujar Boy yang duduk disamping Keysa, di bangku penonton.
"iya Key" sambung Gilang dan diiyakan oleh Raynald. Keysa tersenyum.
"gua cuma pengen tukar posisi doang" lirih Keysa lalu tersenyum kecut. Itu mustahil Key.
"haha mimpi gua ketinggian ya??" lanjut Keysa dengan bertanya. Boy, Raynald dan Gilang bingung harus menjawab apa.
"yaudah gak usah dijawab pun ga papa" Keysa tersenyum miris lalu pergi begitu saja dari barisan penonton.
Keysa berjalan cepat dari tempat yang sangat rame tapi baginya begitu sunyi, untuk menuju tempat yang sangat sepi dan bisa membuat hatinya lega untuk mengungkap semua isi hatinya. Taman belakang sekolah.
Belum juga 1 tahun gua disini! tapi kenapa malah tersiksa gua disini. Bokap nyokap gua pergi ninggalin gua untuk selama-lamanya. Bang Gibran harus nuntasin masalah yang sampai saat ini gua ga tau masalah yang ia hadapi itu apa. Keysa menangis dalam diam.
Seseorang berdehem dari arah belakang Keysa berada, secepatnya Keysa menghapus airmata yang mengalir ke pipinya. Pria itu duduk disamping Keysa berada.
"kenapa ga gabung ke sana?" Keysa tersenyum pada pria yang menganggu waktunya untuk menyendiri.
"hm gua ganggu ya?" tanya pria itu dengan pertanyaan yang berbeda. Keysa menggeleng.
"terus kenapa pertanyaan gua ga lo jawab?" Keysa malah menangis. Lemah. Keysa menghujat dirinya sendiri, dengan membatin.
"yaudah gua pergi aja deh biar lo lebih tenang" lirih pria itu. Baru saja ia ingin bangkit dari duduknya, pergelangan tangannya malah digenggam sama Keysa lalu Keysa menggelengkan kepalanya bertanda 'jangan tinggalin gua sendirian disini'.
Keysa mengelap airmatanya. "gua males gabung kesana kak-eh Rex-eh kak Rexy". Iya pria itu adalah Rexy, alumni ketua basket beberapa tahun lalu. Rexy terkekeh saat Keysa bingung harus memanggil kak, Rexy atau kak Rexy.
"gua harus manggil apa?" tanya Keysa hati-hati karena ia tau jika Rexy ketawain dirinya yang kebingungan.
"Rexy aja" Keysa mengangguk.
"nama lo?" lanjut Rexy dengan bertanya seraya menyodorkan tangannya untuk bersaliman.
"Keysa putri laksana" balas Keysa seraya membalas sodoran tangan Rexy lalu tersenyum.
Hening.
"oh ya lo kok tau kalo gua ada disini?" tanya Keysa memecahkan keheningan.
"Gibran, iya tadi dia yang nyuruh gua buat nyamperin lo" Keysa tercengang dibuatnya. Makasih bang Gibran.
"dia tadi ngelihat lo pergi dari bangku penonton terus dia nguruh gua buat ngejar lo, ya meskipun gua ga tau bener hubungan lo dengan dia" lanjut Boy menjelaskan. Keysa tersenyum mendengarnya, "gua adiknya".
"jadi orang yang dibilang Gibran, orang yang ia sayang itu lo" Keysa mengangkat kedua bahunya.
"gua bukan bertanya tapi gua kasih tau lo" Keysa mengernyit. "kok gitu?" tanya Keysa.

KAMU SEDANG MEMBACA
KEYSA (TAMAT)
Fiksi RemajaKISAH KEHIDUPAN Keysa yang selalu terombang-ambing oleh permasalahan yang ada. Kejadian demi kejadian yang tak terduga selalu datang silih berganti. 𝗜𝗻𝘀𝘁𝗮𝗴𝗿𝗮𝗺 : fadhilanggraini Copyright©2020 by FadhilaAnggraini (#CeritaPertama)