Kamu mengerucutkan bibirmu sambil menutupi wajahmu yang terkena teriknya matahari. Suara bising disekitar membuatmu merasa lebih tidak nyaman di tempat itu. Lapangan futsal di sekolahmu terasa sangat menyesakkan hari itu karena ada pertandingan futsal antar sekolah. Sebenarnya kamu tidak terlalu suka dengan olahraga lapangan seperti ini, tapi seseorang sudah memaksamu untuk menonton pertandingan futsalnya sehingga kamu berada di sini sekarang.
"Y/N!"
Kamu melotot pada laki-laki yang tersenyum cerah sambil berlari ke arahmu. Terlambat untuk mengelak, kamupun terperangkap dipelukannya yang hangat.
"Changmin! Ngapain peluk-peluk sih?"
Laki-laki itu -Changmin- melepaskan pelukannya dan menepuk puncak kepalamu tanpa melepaskan senyuman dari bibirnya. "Ternyata lo dateng juga."
Kamu menggembungkan pipi sambil membuang muka. Kesal dengan Changmin yang bertingkah seolah-olah kedatanganmu bukanlah hasil paksaan olehnya. "Kalo lo nggak maksa juga ngapain gue dateng?"
Dia menusuk pipimu dengan jari telunjuknya sambil tertawa. "Lo itu kan pembangkang. Mau gue paksa kalo lo nggak mau juga lo gak dateng. Pasti lo mau ngeliat gue main kan?"
"Terserah, Min. Terserah."
Dia melirik arloji yang menggelangi pergelangan kanannya lalu menepuk puncak kepalamu lagi. "Gue duluannya. Pokoknya lo harus sorakin gue pas gue main nanti, oke?"
Kamu mengangguk. Membiarkan laki-laki itu berjalan menjauhimu menuju tempat tujuannya. Kamu menggerutu sambil berjalan ke tribun dan memilih tempat paling depan. Bukannya apa, nanti kalau kamu tidak terlihat oleh Changmin, dia akan protes.
🌹🌹🌹
Efek samping dari memaksakan diri untuk menonton hal yang tidak menarik menurut kita adalah mengantuk, seperti yang kamu rasakan sekarang. Dan itu membuatmu semakin badmood karena rasa kantukmu.
Kamu tidak tau sudah berapa kamu duduk di tribun. Kamu juga tidak tau pertandingannya sudah berjalan seperti apa karena kamu hanya sibuk memperhatikan ponselmu.
"GOL!"
Kamu refleks mengangkat kepala dan melihat para pemain futsal terlihat berpelukan. Ada beberapa yang sujud syukur, ada juga yang hanya diam saja. Kamu tau yang berpelukan dan sujud syukur adalah para pemenang, sementara yang diam adalah tim yang terkalahkan. Tapi yang membuatmu heran kenapa Changmin hanya diam saja padahal teman setimnya heboh merayakan kemenangan.
Kamu menatapnya bingung kemudian Changmin tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. Sesaat kamu tidak menanggapi karena masih bingung dengan kelakuannya yang aneh, tapi kamu langsung tersenyum balik begitu sadar kalau dia sedang tersenyum padamu.
"Ih Changmin ganteng banget!"
"Dia senyumin siapa itu?"
"Ya gue lah! Siapa lagi?"
"Apaan sih, orang gue yang disenyumin!"
Kamu memutar bola matamu kesal. Kamu hampir melupakan fakta bahwa sahabatmu itu merupakan idaman para gadis. Lagipula, apa maksud Changmin tersenyum tadi? Apa dia berniat tebar pesona kepada gadis-gadis?
"Heh," panggil seseorang bersuara familiar dengan tidak sopannya. Kamu menatapnya datar. "Nggak ada yang namanya Heh."
"Ya ampun, badmood banget kayaknya," ujar Changmin menepuk puncak kepalamu. Kamu menepis tangannya.
Changmin duduk disebelahmu sambil tersenyum lebar. Tidak mempedulikan orang-orang yang mulai berbicara aneh-aneh melihatmu dan Changmin. Kamu juga tidak peduli dengan mereka dan Changmin yang berkeringat. Jadi kamu mengistirahatkan kepalamu di pundaknya sambil menguap.
"Gue ngantuk," katamu.
"Iya, saking ngantuknya sampe ga perhatiin gue senyumin berkali-kali."
Kamu mengangkat kepalamu dan memukulnya pelan. "Tebar pesona lo!" ujarmu sinis.
"Gak apa-apa kali tebar pesona sama calon pacar."
"Hah?"
"Nggak. Btw, nggak mau ngucapin selamat gitu?" tanya Changmin.
"Selamat, bapak tukang tebar pesona."
"Kenapa sih? Cemburu gitu apa gimana?" tanya Changmin sambil menepuk puncak kepalamu. Kamu tidak menjawab.
"Kayaknya beneran cemburu deh." Changmin tertawa.
Dia menggenggam tanganmu sambil mendekatkan wajahnya ke arahmu. "Jadi pacar gue mau nggak?"
Kamu diam, tidak berkutik. Berusaha mencerna pernyataan cinta yang sama sekali tidak ada romantisnya menurutmu. Kamu mengernyit.
"Apaan tuh? Nggak ada romantis-romantisnya," katamu tanpa ekspresi.
"Mau yang romantis?" tanya Changmin sambil tersenyum. Dia mendekatkan wajahnya lagi sehingga jarak antara kalian hanya sekitar 5 cm. Napasnya terasa hangat diwajahmu dan tatapan matanya seperti menenggelamkanmu. Dia mengelus pipimu dengan kedua tangannya, menangkup wajahmu lalu mencium bibirmu lembut.
Waktu terasa berhenti sesaat. Sekitarmu jadi hening. Dan yang paling penting jantungmu berdegup begitu cepat dan kupu-kupu seperti berterbangan diperutmu. Udara terasa semakin menipis. Bibir Changmin begitu manis melumat bibirmu lembut penuh perasaan membuat wajahmu memerah tersipu.
Beberapa saat berikutnya Changmin melepaskan ciumannya dan mengulang pertanyaannya dengan keras.
"Jadi pacar gue mau nggak?"
Sekitarmu jadi ramai lagi. Mereka berlomba-lomba bersorak "terima!" sehingga wajahmu tambah merona karena malu. Changmin masih menatapmu, menunggu jawabanmu.
"Gue gak bisa..." katamu pelan.
"Gak bisa nolak, kan?"
Kamu melotot. "Ih nggak seru!"
Changmin tertawa sambil menjawil hidungmu. "Gue lebih cerdik dari lo!"
Changmin merengkuhmu dalam pelukannya. Kamu berusaha menyembunyikan wajahmu di dadanya, malu karena semua orang mulai bersorak menyambut pasangan yang baru saja diresmikan. Tapi rasa malu itu tidaklah lebih besar dari rasa cintamu pada laki-laki yang sedang memelukmu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]
Fanfictionjust some imaginations to make your heart warm. (DISCONTINUED) Most Impressive Ranking #2 Halu 16-10-2020 #7 theboyz 01-02-2021 #3 Tbz 08-04-2023