22. Ombak

162 22 8
                                    

Jisoo kembali menekan tombol diponselnya.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif.."

Jisoo medengus gusar.

Sudah belasan kali Jisoo mencoba menghubungi Jinyoung dan tidak ada satupun yang berhasil. Usai konser tadi Ten pergi makan malam dengan teman-temannya, sedangkan Lisa bergegas pulang karena ada pekerjaan yang harus Ia selesaikan.

Kilat terlihat diujung langit diikuti suara gemuruh. Jisoo mempercepat langkahnya menuju gedung apartemen. Air mulai berjatuhan dari langit, menyentuh permukaan.

Hanya sepuluh sampai lima belas langkah untuk mencapai gedung apartemen, tapi hujan tidak mengizinkan. Hujan mendadak jadi lebih deras disertai angin. Sehingga, Jisoo memutuskan untuk berhenti disebuah kedai kopi, yang terletak di seberang gedung apartemennya.

"Satu cokelat panas" ucap Jisoo kepada pelayan

Setelah pesanannya selesai dibuat, Jisoo memutuskan untuk duduk dipojok ruang.

Jisoo menghela napas panjang. Jinyoung tidak juga hilang dari pikirannya. Kemana dia pergi? Mengapa tidak bisa Jisoo hubungi? Apakah Ia marah? Ah. Tentu saja. Itu kemungkinan terbesarnya. Jinyoung tidak suka penolakan.

Jisoo memejamkan matanya, mengenggam segelas coklat hangat ditangannya dan menajamkan pendengarannya supaya bisa mendengar suara kesukaannya. Benar. Suara hujan.

Setelah merasa sedikit lebih tenang, Jisoo teringat ada beberapa urusan yang belum Jisoo selesaikan. Salah satunya mencari pekerjaan. Jisoo membuka matanya, berniat untuk mencari lowongan pekerjaan melalui ponselnya.

"Hai" ucap Rowoon yang tanpa izin telah duduk di hadapan Jisoo.

Jisoo menegakkan tubuhnya, menjaga jarak. Demi coklat panas! Melihat wajahnya saja membuat tubuh Jisoo begidik ngeri. Bisa-bisanya pria itu mengajaknya bicara.

"Mau apa kamu disini?" ucap Jisoo

"Tentu saja untuk menemui sekretaris pribadiku" Rowoon tersenyum menyerigai.

Oh. Tidak. Bagaimana Ia bisa tahu tempat tinggal Jisoo?

Seperti menyadari pandangan Jisoo yang bertanya-tanya. Rowoon berkata, "Aku kan bosmu, semua biodatamu ada padaku. Aku bisa dengan mudah menemukanmu, Kim Jisoo"

Benar. Jisoo lupa.
Jisoo membuang pandangannya ke arah lain. Mengenggam coklat panasnya erat, berjaga-jaga jika Rowoon melakukan sesuatu Jisoo bisa menuangkan coklat panas itu padanya.

"Aku bukan lagi sekretarismu" ucap Jisoo

"Aku tau, makanya Aku ingin membawamu kembali"

Hah. Bilang apa dia barusan? Untuk apa membuat Jisoo kembali padanya padahal dia bisa dengan mudahnya menunjuk salah satu karyawan.

Lagipula, darimana dia mendapatkan rasa percaya diri setinggi ini, huh. Setelah malam itu gadis mana yang akan kembali padanya secara sukarela.

"Asal kamu tahu, kejadian malam itu bukan sepenuhnya salahku" ucap Rowoon

Astaga. Ya Tuhan. Jangan membicarakan tentang malam itu. Tolong. Jisoo mohon.

"Kamu mabuk dan terlihat lelah, Aku hanya ingin menolongmu"

Deg. Jisoo memindahkan jemarinya ke atas pahanya. Jemarinya gemetar dan Jisoo tidak ingin Rowoon menyadari itu.

"Menolong dia bilang? Mengapa tidak membawaku kembali ke hotel dan membiarkan ku sendiri" batin Jisoo

"Kamu pikir Aku bodoh?" ucap Jisoo sedikit terkekeh meremehkan

"Hahaha tentu saja tidak. Aku tidak akan memilih orang bodoh untuk jadi sekretaris pribadiku"

Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang