38. Sidang

224 20 2
                                    

"Pulang sekarang!" ucap Papanya diseberang telfon. Terdengar seperti perintah.

Aneh. Jisoo merasa sudah izin pada orang tuanya untuk menginap di rumah Neneknya selama lima hari. Mengapa tiba-tiba Papanya menyuruh Jisoo untuk pulang?

"Ada apa?" ucap Jisoo.

"Papa yang harusnya tanya begitu" jawab Papanya.

Jisoo mengerutkan keningnya. Benar. Ini lebih cepat dari dugaan mereka.

Jisoo menoleh ke arah Jinyoung yang ternyata sedang memerhatikan gerak-geriknya.

"Besok ya, Pa? Nenek bilang mau masak makan malam spesial" ucap Jisoo berusaha mengulur waktu sekaligus merasa bersalah jika tiba-tiba meninggalkan Neneknya yang sedang bersemangat.

"Biar mama yang bilang sama Nenek" kini suara So Yeon yang terdengar di seberang telfon.

Jisoo menyerah, menghela napas panjang. "Ok, Jisoo pulang sekarang".

Jisoo memutuskan sambungan telfon. Baru akan menoleh ke arah Jinyoung. Kini ponsel Jinyoung berdering. Jinyoung bangkit memberi jarak.

Untuk sepersekian detik, Jinyoung terlihat ragu. Namun, pada akhirnya Jinyoung tetap mengangkat telfon itu. Dari sofa, Jisoo memerhatikan gerak-gerik Jinyoung. Raut wajahnya berubah menjadi serius.

Tak lama Jinyoung mematikan ponsel tersebut, kemudian menghampiri Jisoo.

"Ada apa?" tanya Jisoo begitu Jinyoung duduk di sampingnya.

"Papa ke kantor" jawab Jinyoung singkat.

Jisoo menatap Jinyoung menunggu penjelasan selanjutnya. Tapi, Jinyoung malah mengangkat kedua bahunya, "Sepertinya lebih cepat dari dugaanku" lanjut Jinyoung.

"Pulang sekarang?" tambah Jinyoung.

Tidak tahu. Jisoo ragu. Perasaannya tidak tenang. Jisoo tau dirinya belum siap. Jisoo juga yakin Jinyoungnya belum siap. Jisoo takut. Takut dengan konsekuensi yang harus mereka hadapi. Takut Jinyoungnya akan disalahkan. Atau hal terburuknya pernikahan mereka dibatalkan.

Seperti membaca pikiran Jisoo, Jinyoung tersenyum. Menangkup pipi Jisoo lembut, kemudian mempertemukan mata mereka. Jinyoung menatap Jisoo lembut. Lagi-lagi tatapannya seakan meyakinkan Jisoo. Seakan berkata untuk percaya padanya. Tatapan yang berhasil membuat hati Jisoo tenang dan menghangat.

"Percaya padaku, kan?" ucap Jinyoung.

Bukannya menjawab, Jisoo malah mendekap Jinyoungnya erat. Jisoo merasakan Jinyoung mendekatkan dirinya dan mengusap punggung Jisoo lembut.

"Aku tidak pernah, tidak percaya padamu" jawab Jisoo.

Jinyoung melepaskan dekapannya, kemudian mengecup kening Jisoo lembut.

Jinyoung tersenyum, kemudian berkata "Serahkan padaku".

"Ngga. Biar Aku yang menjelaskan ke mama papa" ucap Jisoo.

Jisoo yang memulai kebohongan ini agar tidak membuat kedua orang tuanya khawatir. Jadi, Jisoo merasa harus menyelesaikannya sendiri.

Hening. Jinyoung hanya menatap Jisoo lamat-lamat sambil mengerutkan keningnya.

"Aku yang memulai, maka aku juga yang harus mengakhiri" lanjut Jisoo.

"Kamu sudah cukup menghadapi itu semua" ucap Jinyoung.

"Jinyoung, Aku ngga mau kamu terlibat dengan masalahku. Bahkan, menyelesaikannya secara sepihak seperti waktu itu. Biarkan Aku menyelesaikan masalahku sendiri" jelas Jisoo.

Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang