32. Luka

196 24 3
                                    

Tak lama setelah Rowoon pergi, Jisoo berhasil mendudukkan dirinya diatas kasur dan bersandar pada sandaran kasur. Jisoo memejamkan mata, sambil merasakan pergelangan kaki dan tangannya yang kini berdenyut nyeri.

"Jinyoung, sakit" Jisoo meringis

Saat ini yang Jisoo butuhkan hanya Jinyoung. Tempat Jisoo pulang. Tempat Jisoo berkeluh kesah. Tempat Jisoo mengadu.

Sudah sepuluh menit Jisoo berada diposisi itu. Suara pintu terbuka menyadarkan lamunannya.

Siluet seorang pria yang berbeda kini muncul dibalik pintu dengan nampan ditangannya. Hanya beberapa langkah hingga pria itu sampai dihadapan Jisoo.

"Ji, makanlah" ucap pria itu lembut. Suaranya seperti suara yang belum lama Ia dengar. Beom Seok?

Pria itu meletakkan nampan yang ternyata berisi satu botol air mineral dan mangkuk di dekat Jisoo. Pria itu mengangkat mangkuk tersebut dan mengarahkan sendoknya pada Jisoo. Dari suaranya Jisoo bisa memastikan mangkuk itu terbuat dari kaca. Jisoo mengalihkan wajahnya. Ia mual. Tidak bisa makan. Rowoon brengsek.

"Kenapa kamu melakukan ini padaku" ucap Jisoo dingin

Pria itu mendengus gusar, "Makanlah, aku tidak mau kamu sakit"

Jisoo terkekeh tidak percaya dengan apa yang baru saja Ia dengar. "Sekarangpun aku sudah sakit dan kamu tidak peduli".

Pria itu meletakkan kembali mangkuknya di atas nampan, kemudian mendekatkan diri, menyentuh kening Jisoo dan menggerakkan tubuh Jisoo seakan mencari bagian yang sakit. Dengan jarak ini, Jisoo bisa memastikan pria ini adalah Beom Seok.

"Sakit? Bagian mana? Apa yang membuatmu sakit?" Ia terdengar sedikit.. panik?

"Ikatannya terlalu kencang?" lanjut Beom Seok .

Jisoo mengangguk. "Lepas. Ku mohon. Lepaskan. Begitu dilepaskan Aku akan berlari menuju pintu" batin Jisoo.

Tanpa diduga. Beom Seok benar-benar mengendurkan ikatannya. Tidak cukup longgar untuk Jisoo melepaskan diri. Tapi Jisoo yakin, Ia bisa melepaskan diri, hanya perlu usaha sedikit lagi.

Jisoo menggerakkan kakinya berusaha merenggangkan otot-otot yang kaku. Apalagi kali ini? Jisoo tidak bisa tiba-tiba lari kan? Jisoo tidak mengenal tempat ini dan Beom Seok akan dengan mudah menangkapnya. Ah. Toilet.

"Aku perlu ke toilet" ucap Jisoo

Beom Seok melingkarkan lengannya mengelilingi bahu Jisoo. Membantu Jisoo untuk bangkit. Namun, lagi-lagi sial. Bukannya mengarah ke pintu, Beom Seok malah mengarahkan dirinya ke sudut lain. Persetan. Dalam gelap Jisoo tetap berusaha mengingat setiap langkah yang Ia ambil.

Jisoo sadar mereka sampai, begitu terdengar suara pintu terbuka. Toilet ini tidak beda jauh dengan ruang sebelumnya. Gelap. Tidak ada satupun cahaya. Melihat sekeliling pun tidak bisa. Ya Tuhan.

Jisoo berpikir cepat. Tidak ada yang sia-sia. Jisoo meringis menggerakkan lengan dan pergelangan kakinya beberapa kali. Sepertinya sudah ada goresan disana. Entah berapa banyak Jisoo tidak peduli. Ia hanya ingin segera pergi dan bertemu dengan Jinyoungnya.

Setelah merasa lengan dan kakinya bebas, Jisoo berkata "Aku sudah selesai".

Tidak lama hingga Beom Seom membuka pintu. Jisoo berlari sekuat tenaga menuju pintu. Untuk sepersekian detik Jisoo menghela napas lega begitu menyentuh kenop pintu. Tapi, lagi-lagi sial. Kini pintu itu sudah terkunci. Mungkin saat Jisoo di toilet tadi, Beom Seok mengunci pintunya.

"TOLONGG!!" ucap Jisoo dengan seluruh tenaganya menendang, memukul, bahkan mendorong pintu.

"Tidak akan ada yang mendengarmu" ucap Beom Seok yang kini berdiri tepat di belakang Jisoo.

Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang