Jinyoung's
Jinyoung memijat keningnya yang berdenyut nyeri. Kemudian meneguk segelas kopi yang sudah dingin selagi melihat jam dinding di ruang kerjanya. Pukul dua pagi. Sudah tiga jam sejak Ia pulang dari kantor dan menatap berkas-berkas dihadapannya.
Kebakaran besar itu membuat sebagian besar strategi perusahaannya berantakan. Beberapa investor bahkan mengundurkan diri karena menganggap Jinyoung tidak becus menjaga karyawan dan asetnya.
Jinyoung beralih teringat amplop coklat yang mampu menganggu pikirannya sejak siang tadi.
-flashback
"Tuan, ada anak muda yang bersikeras menemuimu dan mengaku akrab denganmu" ucap Ellen"Dia tidak membuat janji temu sebelumnya, jadi ku tolak" lanjut Ellen
"Tapi, dia tetap bersikeras tidak mau pergi"Jinyoung mengerutkan keningnya, menekan beberapa tombol di layar monitornya dan membuka aplikasi yang menunjukkan meja receiptionist dari kamera cctv. Ah, si bocah kriminal. Dari kamera cctv terlihat Ten menyilangkan lengannya di depan dada.
Ten terlihat sedang menggoda receiptionist dan dikelilingi oleh karyawan wanita lainnya. Mengapa karyawannya tidak bekerja dan malah tertarik dengan seorang Ten? Apakah penggemar dia begitu banyak? Huh, memangnya apa yang bisa dibanggakan dari si bocah kriminal?
Semakin lama semakin banyak karyawan wanita yang mengelilingi Ten. Mereka terlihat tersipu malu.
Enggan melihat Ten menganggu kinerja karyawannya lebih lama, Jinyoung berkata
"Biarkan dia masuk"Ellen mengangguk, kemudian menghilang di balik pintu.
"Hyung! Kenapa lama sekali?" Ten berjalan tepat menuju Jinyoung yang sedang duduk di meja kerjanya.
"Langsung saja" ucap Jinyoung tidak sabar.
Pasti ada hal penting yang akan disampaikan si bocah, kan? Tidak mungkin dia mau repot-repot menemui Jinyoung tanpa sebab, kan?
"Well, baiklah."
Ten melempar amplop coklat hingga sebagian isinya keluar. Ada beberapa gambar ruang dengan kondisi ruangan yang berantakan, sidik jari dan sebuah identitas orang asing, ditambah lima amplop merah muda.
"Itu yang kudapat selama lima hari" ucap Ten
"Aku tidak tahu hubungan pelaku dengan Noonaku. Yang ku tahu, Noona tidak seharusnya mendapatkan semua itu"
Noona? Wajah Jisoo muncul dibenak Jinyoung begitu gadisnya disebut. Ini yang dialami Jisoo selama ini? Teror ini semakin parah. Tapi, Jisoo tidak mengatakan apapun padanya. Jinyoung sudah memerintah Jisoo untuk mengatakan padanya jika terjadi sesuatu. Tapi, lagi-lagi gadisnya hanya diam. Lagi-lagi mengabaikan perintahnya. Lagi-lagi bersandiwara. atau Jisoo belum bisa membuka diri padanya? Tidak percaya padanya? Entah.
"Hyung, hanya ini yang bisa kulakukan, Aku tidak bisa terlibat lebih jauh karena Aku seorang public figure. Ribuan mata tertuju padaku. Agency ku menganjurkan untuk tidak berurusan dengan hal kriminal"
Tidak ada jawaban. Jinyoung sibuk dengan pikirannya sendiri. Bagaimanapun gadisnya kini dalam bahaya. Jinyoung harus segera memikirkan langkah dan strategi yang tepat, sebelum keadaan semakin membahayakan gadisnya.
"Aku percaya hyung punya banyak koneksi dan bisa menyelesaikannya lebih baik dariku"
Jinyoung menatap Ten lamat-lamat begitu menyadari langkah pertama yang harus Ia lakukan adalah Jisoo tidak boleh tinggal di apartemennya lagi. Seakan mengerti tatapan Jinyoung, Ten berkata dengan santai
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Rain
FanfictionPertemuan pertama kita saat hujan. Kisah kita berlangsung selama musim hujan. Akankah kita bahagia berkat hujan? Tapi, orang bilang hujan menyedihkan. Katanya hujan menandakan langit yang menangis. Jadi, mungkinkah kisah kita berakhir menyakitkan...