12. Pergi

200 20 2
                                        

"Sampai kapan kau akan mengabaikan ku, Kim Jisoo?"

"Kau tidak akan bahagia menikah dengannya"

Pesan dari orang asing itu semakin sering muncul setelah hari pertunangan.

Jisoo menghela napas panjang. Siapa orang ini? Mau apa dia? Haruskah Jisoo menanyakan identitasnya?

Ah. Tidak. Jisoo terlalu malas menanggapi orang seperti itu. Jisoo lagi-lagi menekan tombol blokir pada ponselnya.

"Ji"

Jisoo menoleh ke sumber suara. Rowoon telah berdiri di depan pintu ruangannya. Dengan sigap Jisoo bangkit dari duduknya.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Rowoon mendengus kesal selagi menghampiri Jisoo.

"sudah sebulan lebih, Jisoo. Harus berapa kali lagi Aku ingatkan?"

"hehe maaf" ucap Jisoo sambil menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal

"Apa yang kamu pikirkan?"

Hah. Apa? Memangnya apa?

Jisoo mengerutkan keningnya.

Ah Iya. Mungkin pesan itu.

Eh, Tunggu. Memangnya sejak kapan Rowoon berdiri di depan pintu, sampai-sampai Ia tahu Jisoo tengah memikirkan sesuatu. Entahlah, yang pasti Jisoo tidak perlu menceritakan pada bossnya tentang pesan itu kan?

"Tidak ada" jawab Jisoo

"Jika ada yang mengganggumu di kantor ini, katakan padaku! Aku tidak suka melihat karyawanku tidak fokus bekerja. Apalagi sekretaris pribadi ku" ucap Rowoon menyunggingkan senyumnya

"Ah, maaf. Mulai sekarang Aku akan lebih fokus"

Jisoo menunjukkan wajah menyesalnya.

Tak lama, terdengar suara Rowoon terkekeh geli.

"Aku bercanda, tidak perlu seserius itu" ucap Rowoon sambil menepuk bahu Jisoo

Jisoo menghela napas lega. Yang benar saja, belum sampai dua bulan Ia sudah membuat bosnya kecewa dengan kinerjanya sebanyak dua kali. Bisa-bisa Ia dipecat. Lalu, impiannya berpergian mau tidak mau harus direlakan.

"Ji, tiga hari ke depan temani saya bertemu klien di luar kota ya?"

"Eh? Tiga hari?" tanya Jisoo

"Iya, bagaimana?"

Tiga hari? Terdengar menarik. Jisoo dapat menenangkan dirinya dari semua perubahan yang terjadi di hidupnya. Dimulai dari Jinyoung, kenaikan jabatan yang tiba-tiba, juga pesan misterius itu. Menenangkan diri supaya bisa menerima semuanya dengan lapang dada.

Namun, rasanya ini tidak benar. Masalah Ia, Jinyoung dan kedua keluarga belum usai. Eh, tidak tahu lebih tepatnya. Jisoo tidak tahu mereka sudah memaafkan Jinyoung atau belum.

Tapi, apakah Jisoo bisa menolak perintah bosnya? Tentu saja tidak. Jadi untuk apa dia berpikir huh.

"Baik, Pak"

"Jiiiiiiiiii" ucap Rowoon memutar bola matanya malas

"Ehehehe maaf lupa" lagi-lagi menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

Rowoon menatap Jisoo lamat-lamat. Melihat Jisoo yang salah tingkah ini membuatnya gemas.

"sudah makan siang?" tanya Rowoon

Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang