29. Hujan

267 31 10
                                    

Sudah dua puluh menit Jisoo hanya menatap jendela kamarnya. Mencari jawaban dari semua pertanyaan yang belum terjawab. Ada satu cara untuk menemukan jawaban itu, bertanya pada Jinyoung. Tapi kapan? Bagaimana?

Langit di luar begitu sepi, tidak terlihat adanya benda-benda langit. Sama seperti rumah besar yang megah ini. Sepi, sunyi, dan dingin.

Jisoo menghela napas panjang. Bagaimana bisa Jinyoungnya tinggal di rumah sebesar ini sendirian. Jisoo saja sudah mulai bosan. Iya. Membosankan.

Jisoo beranjak dari kamarnya, memutuskan untuk pergi keluar mencari udara segar. Lagi-lagi pintu ruang kerja Jinyoung tidak ditutup rapat.

"Jinyoung-ssi" ucap Jisoo yang dua detik kemudian menyesali perbuatannya. Mulutnya memang tidak bisa diam untuk waktu yang lama. Ck.

"Hmm"

Mendengar jawaban Jinyoung, Jisoo membuka celah pintu lebih lebar hingga memperlihatkan tumpukan berkas-berkas Jinyoung yang rasanya tidak pernah berkurang. 

Apakah ini waktu yang tepat?
"Aku.. mau beli ice cream" ucap Jisoo

"Hah. Bodoh. Kenapa lagi-lagi ice cream? Astaga. Kamu terlalu sering melibatkan ice cream Kim Jisoo." batin Jisoo

Jisoo menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. Kemudian, buru-buru mencegah Jinyoung untuk mengambil ponselnya.

"Sendiri" lanjut Jisoo

Demi cone ice cream yang retak! Tidak lagi-lagi Jisoo pergi makan ice cream dengan Pak Jo. Rasanya seperti anak kecil yang merengek minta dibelikan ice cream hingga ayahnya menyerah dan terpaksa membelikannya. Uh. Mengingatnya saja membuat Jisoo merengut.

Terdengar Jinyoung menghela napas gusar.

"Denganmu atau Aku lebih baik pergi sendiri" lanjut Jisoo. Entah. Entah apa yang sedang merasuki Jisoo saat ini. Entah bagaimana Jisoo bisa mengungkapkan isi hatinya dengan mudah. Seorang Jisoo yang pada dasarnya tidak mau merepotkan, bahkan menganggu orang lain.

Jinyoung menatap Jisoo lamat-lamat tidak percaya dengan apa yang baru saja Jisoo katakan.

"Kamu bisa menemaniku sambil bekerja menggunakan tablet mu kan?"

"Oke. Kim Jisoo. Sekarang kamu terdengar sedikit memaksa. Eh atau lebih tepatnya sangat memaksa" batin Jisoo

Hening. Dua menit tidak ada jawaban. Baiklah. Mungkin ini terlalu berlebihan. Baru akan membuka mulut, Jinyoung berkata

"Oke. Tiga puluh menit" ucap Jinyoung yang kemudian bangkit, memakai hoodie yang digantung di samping meja kerja, dan berjalan keluar. Sementara, Jisoo mengikuti di belakang.

Rumah Jinyoung terletak di pinggir kota. Tapi, lokasinya sangat strategis. Dikelilingi banyak cafe dan resto. Di seberangnya terdapat sungai yang bening dan taman yang biasa dijadikan tempat olah raga. Lingkungannya ramah dan cocok untuk sebuah keluarga kecil.

"Eh? Apa yang kamu pikirkan Kim Jisoo!?!?" Batin Jisoo kemudian menggelengkan kepalanya menepis pikiran itu.

Jinyoung membiarkan Jisoo menjadi petunjuk jalan menuju cafe dessert. Begitu sampai, Jisoo memesan satu buah ice cream cone rasa oreo dan satu ice americano untuk Jinyoung. Baru akan menyerahkan uang kepada penjaga kasir, Jinyoung mencegahnya dan menyerahkan kartu kredit berwarna hitam kepada kasir.

Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang