34. Usai

162 19 1
                                    

Jackson's

Jackson merebahkan dirinya setelah selesai membersihkan diri dan bersiap-siap untuk tidur.

Baru akan memejamkan mata, dering ponsel menggema diseluruh penjuru ruang.

"Yailah, baru mau tidur" keluh Jackson.

Jackson meraih ponselnya di nakas, kemudian melihat nama Jaebeom tertera dilayar. Mau tidak mau, Jackson mengangkat telfon tersebut.

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Silahkan hubungi beberapa saat lagi" ucap Jackson mengikuti suara provider.

"Ke rumah gua sekarang!" ucap Jaebeom.

Jackson melihat jam dinding di pojok kamarnya yang kini menunjukkan pukul sebelas malam.

"Iya, besok" jawab Jackson sambil merenggangkan tubuhnya di kasur.

"Sekarang atau lo gua pecat!" ucap Jaebeom kembali memerintah.

Jackson mendengus kesal, "Sorry not sorry sir, you are not my boss".

"Seun, liat sendiri kondisi temen lo" ucap Jaebeom suaranya terdengar lebih pelan.

Jackson memutar bola matanya malas. Sudah Ia duga, pasti ini tentang Jinyoung. Jackson tahu sahabatnya sedang hancur. Tapi, yang Jinyoung lakukan pada Jisoo di depan matanya tidak bisa Ia tolerir. Wanita tidak seharusnya diperlakukan seperti itu. Jackson anti dengan pria yang memperlakukan wanitanya dengan kasar.

"Bantu gua, Seun" lanjut Jaebeom.

Jackson menghela napas panjang, Jaebeom bahkan minta bantuan. Ia pasti sudah sampai ditingkat yang sama dengannya. Lelah. Sebenarnya, Jacksonpun tidak tahu sampai kapan Ia bisa menghindari sahabatnya.

"On my way" ucap Jackson kemudian mengakhiri sambungan telfon.

Jackson mengganti pakaiannya dengan sweater, celana training, dan topi. Kemudian, menekan pedal gas menuju rumah Jaebeom.

Hanya perlu satu kali menekan tombol pintu hingga Jaebeom membuka pintunya. Begitu pintu terbuka, bau alkohol menusuk hidung. Sementara, Jaebeom melipat kedua lengannya di depan dada dan mengarahkan matanya pada sofa.

Jinyoung di sana. Duduk di atas karpet bersandar pada kaki sofa dan di depannya botol alkohol berserakan. Sebagian besar sudah kosong, hanya tersisa satu sampai dua botol yang masih penuh dan satu lagi sisa setengahnya. Jinyoung menyandarkan kepalanya di atas lutut dan mengarahkan pandangannya pada jendela besar yang memperlihatkan hujan.

Jackson meringis. Baru kali ini, Ia melihat sahabatnya sekacau itu. Jinyoung bukan tipe orang yang suka minum alkohol. Jadi, ini yang dia lakukan selama tiga hari tinggal di rumah Jaebeom?

"Sekarang lo tau kondisinya sekacau apa" ucap Jaebeom menepuk bahu Jackson dan berjalan menghampiri Jinyoung. Jackson mengikuti.

Semakin dekat, bau alkohol itu semakin menusuk hidung. Jackson mendengus, berusaha menjernihkan pernapasannya.

"Nyoung-a" ucap Jaebeom setelah duduk di atas sofa.

Tidak ada jawaban. Jaebeom beralih pada Jackson memberi isyarat seakan mengatakan 'dia bahkan ngga mau ngomong'. 

Sial.
Jackson membuang pandangannya jauh-jauh dan melangkahkan kaki menghindari Jinyoung dan Jaebeom. Dadanya menyerngit perih. Kenapa rasanya sakit sekali melihat kondisi Jinyoung yang seperti itu? Kalau saja Jackson tahu kondisinya dari awal. Kalau saja Jackson tidak menolak perintah Jaebeom untuk datang ke rumahnya sejak tiga hari yang lalu. Jackson akan lebih memperhatikan sahabatnya ini.

Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang