Suara nyaring membangunkan Jisoo dari tidurnya. Tidak butuh waktu lama untuk Jisoo mengenali ruangan ini. Kamar yang biasa Jisoo dan Lisa gunakan jika sedang menginap di unit Ten. Semalam Ten pasti memindahkannya ke kamar.
Jisoo merenggangkan tubuhnya dan memaksa diri untuk bangkit. Dering bel yang berbunyi terus-menerus menyatakan bahwa pemilik rumah sudah pergi dan Jisoo harus menggantikan sang pemilik rumah. Sekilas Jisoo melihat ke arah jam dinding di ruang tamu, pukul sembilan pagi.
"Selamat pagi" ucap seorang pria paruh baya begitu Jisoo membuka pintu
"Pagi" jawab Jisoo tersenyum ramah.
"Ini beberapa barang berharga dari unit sebelah" ucap pria tersebut mengangkat sekotak plastik berukuran sedang. Kotak itu berisi ponsel, dompet, passport, laptop, charger, kamera, dan perhiasan pemberian orang tua Jisoo yang tidak pernah Ia pakai.
Jisoo menerima kotak tersebut dan pria itu kembali ke unit Jisoo. Terdengar suara bising alat pembersih dari dalam sana. Jisoo ingin sekali melihat keadaan unitnya, tapi Ia mengurungkan niat tidak ingin menganggu pekerjaan orang.
Pelakunya tidak mengambil benda berharga. Jadi, apa yang dia incar? Jisoo?
Tubuh Jisoo begidik ngeri. Buru-buru Jisoo menghilangkan semua pikiran buruk dari otaknya. Lebih baik Jisoo membersihkan unit Ten dan membersihkan diri.
Begitu selesai membersihkan seluruh ruang, sarapan, dan membersihkan diri. Jisoo memutuskan untuk membuka laptopnya mencari pekerjaan.
Sinar matahari mulai redup setelah Jisoo mengirim email ketiganya.
"Ahh, susah sekali menemukan pekerjaan yang cocok" Jisoo memijat tengkuk lehernya yang pegal. "Pasti Si tuan pengacau tidak pernah merasakan susahnya mencari pekerjaan" lanjut Jisoo kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa, membiarkan otot-otot nya rileks.
Jisoo tinggal menunggu jawaban dari ketiga perusahaan itu besok. Jika, ditolak Jisoo akan mencari pekerjaan lain. Kali ini tidak akan memilih. Pekerjaan apapun selama itu bisa Ia kerjakan.
"Noonaaa" ucap Ten dari arah pintu sambil tersenyum ke arah Jisoo, tangannya mengenggam dua buah plastik berwarna putih dan kotak berwarna hitam.
"Oh. Aku tidak dengar suara pintu" ucap Jisoo mendekat ke tempat Ten berada dan mengambil alih plastik dan kotak tersebut membiarkan Ten melepas sepatunya.
"sibuk memikirkanku?" Ten menyerigai
"Sayangnya tidak. Aku baru saja mencari pekerjaan"
Begitu melihat kedua plastik tersebut berisi makanan, Jisoo membawanya ke dapur."Ya yaa" jawab Ten
"Ten, ini apa?" ucap Jisoo mengangkat kotak hitam
"Tadi ku temukan di depan pintu unit Noona. Sepertinya untuk mu"
Ten menghampiri Jisoo di meja dapur setelah meletakkan jaketnya di sofa.
"Ibuku tidak pernah mengirim paket, belakangan ini aku juga tidak beli barang online" ucap Jisoo
"Mungkin Lisa atau Jinyoung?"
Jisoo mengangguk. Mungkin. Meski kedengarannya tetap tidak masuk akal. Jisoo membuka kotak hitam tersebut.
Deg.
Ikan busuk yang telah dibelah menjadi dua, membuat organ-organ tubuh dan darahnya terlihat jelas. Ikan tersebut dikelilingi oleh bunga mawar putih dan dibawahnya terdapat amplop berwarna merah muda.
Ten melangkah mundur begitu bau amis menyeruak. Dengan sigap Ten menjauhkan makanan yang baru saja Ia beli, mengambil kotak hitam tersebut dari tangan Jisoo, mengambil amplop merah muda dan keluar membuang kotak tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Rain
Fiksi PenggemarPertemuan pertama kita saat hujan. Kisah kita berlangsung selama musim hujan. Akankah kita bahagia berkat hujan? Tapi, orang bilang hujan menyedihkan. Katanya hujan menandakan langit yang menangis. Jadi, mungkinkah kisah kita berakhir menyakitkan...