"Ji, pak Rowoon nyariin lo" ucap Lisa
Jisoo menepuk keningnya kasar. Ia lupa. Ia belum memutuskan untuk menerima atau menolak tawaran itu.
"Lis, yakinin gua kita bisa liburan ke Italy" ucap Jisoo
"Hah?" ucap Lisa
"Please"
"Bisa, Ji. Tapi butuh waktu. Tabungan lo kan belum cukup, gua juga"
Jisoo menghela napas.
"Ok" ucap Jisoo
"Yaudah, gua balik ya" ucap Lisa
Jisoo mengangguk.
Jisoo terdiam lagi-lagi berpikir, meski waktu yang Ia miliki kini lebih singkat. Setidaknya Ia harus punya alasan yang tepat untuk pilihannya.
Benar kata Lisa, Jisoo bisa pergi ke negara impiannya tapi butuh waktu. Entah dua atau tiga tahun lagi. Lama bukan?
Tiba-tiba saja terlintas dalam ingatan Jisoo, kedudukan Jinyoung di kantornya serta status sosial Jinyoung dan keluarganya. Jisoo merasa ingin menjadi wanita yang dapat diandalkan, Ia ingin menjadi wanita yang bisa dikagumi dan dibanggakan oleh Jinyoung. Setidaknya dengan posisi atau kedudukan dalam perusahaan tempat Ia bekerja. Benar.
Lagipula rumor tersebut belum pernah sedikitpun terbukti kebenarannya.
Jisoo bangkit meraih pulpen, kemudian beranjak dari kursinya menuju ruang Rowoon.
Begitu Jisoo membuka pintu, Rowoon mengubah arah pandang yang mulanya pada kertas-kertas ditangannya sekarang menjadi ke arah Jisoo.
Jisoo sedikit membungkuk menyapa, beejalan ke arah Rowoon dan menyerahkan surat perjanjian.
Rowoon tersenyum puas setelah melihat surat tersebut. Ia menekan beberapa tombol di telfon yang terletak di ujung meja kerjanya.
"Ke ruangan saya" ucap Rowoon segera mengakhiri sambungan telfon tersebut.
Tak lama, seorang pria paruh baya muncul dibalik pintu. Mengenakan kemeja lengkap dengan jas dan dasi. Ia menghampiri Rowoon dan Jisoo.
Rowoon menyerahkan surat itu kepada pria tersebut.
Pria itu hanya melihat sekilas kemudian berkata,
"Mbak Jisoo silahkan ikut saya" ucap pria tersebut
Tanpa mengenalkan diri, ia membawa Jisoo keluar ruangan lalu memasuki ruang tepat disamping ruang Rowoon. Ruangan itu sangat besar, berisi satu meja kerja, rak besar yang sepertinya tempat menaruh dokumen, sofa diletakkan seperti huruf "U" dan meja ditengah ruang.
"Ini ruangan kamu, rincian tugas kamu besok saya serahkan dalam bentuk dokumen. Lengkap dengan profil dan kontak investor, maupun orang-orang yang pernah berhubungan dengan pak Rowoon" ucap pria tersebut menjelaskan
Jisoo mengangguk, kemudian mengucapkan terima kasih.
Setelah dirasa cukup menjelaskan semuanya, pria tersebut berpamitan dan memperbolehkan Jisoo untuk kembali ke ruangan.
Jisoo menghela napas panjang. Semoga ini pilihan yang tepat.
Begitu sampai di ruangannya, pengingat di ponsel Jisoo berbunyi tanda istirahat makan siang telah tiba.
Jisoo mengambil bekal dalam tasnya, kemudian bergegas pergi.
Tidak sampai lima belas menit Jisoo telah sampai ditempat tujuan.
Diluar dugaan gedung ini besar dan menjulang sangat tinggi. Ditengah-tengah gedung tertulis JYP.
Jisoo menyadarkan dirinya, kemudian menuju receiptionist.
"Maaf, dimana ruang direktur Park?" ucap Jisoo
"Sudah ada janji?" ucap seorang wanita penjaga receiptionist
"Sudah" jawab Jisoo
"Benar kan? Sudah ada janji dengan Ibunya. Janji mengurus anak" batin Jisoo
"Silahkan langsung saja ke lantai 17" ucap wanita tersebut
Jisoo mengucapkan terimakasih, kemudian menuju lantai 17.
Sampai di lantai tersebut, Jisoo disambut oleh seorang receptionist lagi. Kali ini penjaganya wanita paruh baya.
Wanita tersebut tersenyum manis menyapa.
"Silahkan, ada perlu apa?" ucap wanita tersebut ramah
"Saya ingin bertemu Park Jinyoung" ucap Jisoo
"Mohon maaf atas nama siapa?"
"Jisoo. Kim Jisoo"
Wanita tersebut menuliskan sesuatu di layar komputernya.
"Maaf, belum ada janji?" ucap wanita tersebut masih tersenyum manis, benar-benar ramah dan lembut.
"E..eh belum sih" ucap Jisoo
Jisoo merutuki diri.
Ah. Siapa suruh Jisoo mau repot-repot datang. Harusnya Ia antar saja seperti sebelumnya. Mengapa dirinya sepercaya diri itu untuk menghampiri Jinyoung tanpa berpikir panjang.
Memangnya Jisoo siapa, bisa menemui Jinyoung dengan mudah. Harus ada janji Jisoo. Harus. Jinyoung adalah pemimpin perusahaan ini. Tidak sembarang orang bisa bertemu dengannya.
Sebenarnya apa yang merasuki Jisoo hingga Ia bisa sampai disini?
Jisoo berdiri cukup lama, wanita tersebut masih tersenyum ramah dan mengatakan
"Ada keperluan apa? Biar nanti saya sampaikan"
"Ah.. umm.."
Pilihan terakhir. Ia harus menitipkan makan siangnya lagi.
"Ellenn" ucap seseorang yang suaranya tidak asing
"Selamat siang, Pak" ucap wanita tersebut sedikit membungkuk
"Ellen. no pak pak!"ucap pria tersebut
Wanita yang ternyata bernama Ellen tersebut sedikit terkekeh.
Jisoo menoleh, berniat untuk menyapa. Namun, ternyata pria itu tidak asing
"Loh, ada Jisoo" ucap pria tersebut
Kini Jisoo telah mengingat namanya. Jackson.
"Hai"
Jisoo tersenyum menyapa.Jackson mendekat melihat ke arah bekal yang berada di tangan Jisoo.
"Mau ketemu Jinyoung?"
"Eh, ngga, mau nganter aja"
Jisoo menunduk. Menutupi pipinya yang kemungkinan sudah memerah.
"Ellen, list orang yang bisa ketemu Jinyoung tanpa janji nambah satu ya. Jisoo. Kim Jisoo" ucap Jackson
Ellen melihat ke arah Jackson bingung. Sebelum Ellen bisa melontarkan pertanyaan, Jackson mendekat ke arah Ellen dan berbisik di telinganya.
Kini, mata Ellen membulat. Matanya bersinar, seperti sedang bahagia.
"Oke?" ucap Jackson
"Ok" ucap Ellen tersenyum
"Tipis banget negonya anjir pusing gua" ucap seseorang yang sepertinya baru saja keluar dari lift
-under the rain-
Please press the star to support^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Rain
FanfictionPertemuan pertama kita saat hujan. Kisah kita berlangsung selama musim hujan. Akankah kita bahagia berkat hujan? Tapi, orang bilang hujan menyedihkan. Katanya hujan menandakan langit yang menangis. Jadi, mungkinkah kisah kita berakhir menyakitkan...