Dengan seluruh sisa tenaganya, Jisoo menopang Jinyoung menuju unit apartemennya.
"Tunggu. Jangan salah paham. Bukan berarti Aku sudah memaafkan Jinyoung. Aku hanya tidak ingin tunanganku mati dihari pertunangan. Tidak lucu kan. Baru tunangan siang tadi, lalu malamnya ditemukan meninggal. Aku bisa-bisa dijadikan tersangka." Batin Jisoo
Mengelak saja terus Kim Jisoo.
Jisoo kewalahan tidak sanggup menopang Jinyoung. Baru sampai depan lift rasanya badan telah remuk.
"Noonaa" terdengar seseorang memanggil dari kejauhan.
Jisoo menoleh ke sumber suara.
"Kemana sajaa, Aku kesepian" ucap pria itu begitu sampai dihadapan Jisoo
"Ah eh Ten, kamu ngga berniat membantu? Lihatlah beban hidupku yang berat ini" Jisoo mengarahkan matanya kepada Jinyoung.
Ten mengambil alih Jinyoung dari tangan Jisoo. Jinyoung meringis,
"Ini bukan gedung apartemen ku" ucap Jinyoung setengah sadar.
"Memang bukan" jawab Jisoo acuh
"Aku sibuk mengurus makhluk ini" ucap Jisoo berusaha menjawab pertanyaan Ten yang telah menguap.
Ten terkekeh mendengar kata 'makhluk'
"Calon suami maksudnya?"
Jisoo membelalakkan matanya. Bagaimana Ten bisa tahu?
"Kemarin Aku bertemu Lisa dan dia menceritakannya"
Jisoo mengangguk. Si Rambut pirang ternyata.
"Ngomong-ngomong, kenapa dia dibawa ke apartemen mu? Ngga ke rumah sakit? Badannya panas sekali"
"Kalau dibawa ke rumah sakit, bisa-bisa dia gila dikatai bodoh habis-habisan" jawab Jisoo
Bodoh karena sempat keluar kota untuk pekerjaan. Bodoh karena mengacaukan acara pertunangan. Selanjutnya, bodoh karena menantang badai sampai jatuh sakit.
Sebenarnya kalau dibawa kerumah sakit, kemungkinan besar kedua orang tua Jinyoung tahu dan akan bergegas ke rumah sakit. Lalu, dia akan dimaki-maki lagi karena kebodohannya sendiri. Sedangkan, apartemen Jinyoung, Jisoo tidak tahu dimana.
Ten hanya mengangguk mengiyakan.
-under the rain-
Jinyoung's
Cahaya matahari masuk melalui celah jendela. Jinyoung menerjapkan matanya dan perhalan menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya ruang.
Kepalanya berdenyit nyeri ketika Ia membuka mata.
Asing.
Kata itu lah yang pertama kali muncul dalam benaknya.Sebuah kamar. Tapi, kamar siapa?
Kini matanya menyelusuri setiap sudut ruang. Banyak barang-barang wanita.
Eh. Tunggu. Pakaian. Kaus dan celana pendek berwarna hitam. Baju siapa yang Ia kenakan? Siapa yang menggantinya? Astaga.
Jinyoung kembali menggali ingatan terakhirnya. Berusaha mencari jawaban bagaimana Ia bisa sampai di ruangan ini.
Sial.
Kepalanya berdenyut nyeri. Ingatannya berhenti ketika Ia masih duduk disebuah sofa di rumah Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Rain
FanfictionPertemuan pertama kita saat hujan. Kisah kita berlangsung selama musim hujan. Akankah kita bahagia berkat hujan? Tapi, orang bilang hujan menyedihkan. Katanya hujan menandakan langit yang menangis. Jadi, mungkinkah kisah kita berakhir menyakitkan...