"Instead of saying "I miss you",
I looked at you and you were busy,
So I stayed silent"
Like a Flowing Wind - Day6Jisoo menggeliat malas di atas kasur, berusaha mengendurkan otot-ototnya yang kaku dengan mata terpejam.
Setelah merasa otot-ototnya mulai rileks Jisoo berniat untuk kembali ke alam mimpinya. Namun, aroma ruangan yang asing membuat tubuhnya kembali terjaga. Jisoo membuka matanya perlahan. Begitu matanya bisa menyesuaikan cahaya ruang, matanya menyelusuri setiap sudut ruang. Sebuah kamar yang cukup besar dengan design minimalis, serta interior berwarna hitam. Bukan. Ini bukan rumah Jisoo, bukan apartemen Jisoo, bukan pula apartemen Ten, Lisa bahkan Seulgi. Asing.
Jisoo berusaha mengingat kembali kejadian semalam. Namun, ingatannya berakhir di toilet, tepatnya setelah Jisoo menelfon Jinyoung. Eh. Yang benar saja? Tidak mungkin kan Jinyoung benar-benar datang dan membawa Jisoo ke rumahnya? Membayangkan Jinyoung yang rela meninggalkan pekerjaannya demi Jisoo, rasanya mustahil.
Jisoo menajamkan telinganya. Hening. Seperti tidak ada kehidupan. Jisoo bangkit dari kasur, kemudian menyadari tubuhnya yang kini dibalut kaus berwarna putih yang kebesaran. Hingga menutupi setengah pahanya.
Deg.
Siapa yang mengganti pakaiannya? Persetan. Jisoo harus segera pergi dari tempat ini. Bagaimana jika ini adalah rumah si pengirim kotak misterius? Atau si penghancur apartemen? Tubuh Jisoo begidik ngeri.
Jisoo kembali melangkah menuju pintu kamar. Begitu melangkah keluar Jisoo terpana dengan ruangan yang sangat luas, design minimalis, interior serba hitam yang membuatnya terlihat semakin megah, juga kaca besar yang memperlihatkan sebagian kota. Jisoo menyandarkan dirinya di balkon lantai dua yang menghadap ke ruang bawah juga kaca besar. Entah berapa lama Jisoo mengagumi penthouse ini. Tiba-tiba saja terdengar suara pintu terbuka. Jisoo menyadarkan dirinya dan bergegas bersembunyi dibalik tembok terdekat.
"Tolong diletakkan di depan ruangan itu" ucap seorang wanita yang suaranya tidak asing. Kemudian, terdengar beberapa langkah mulai bergerak naik.
Jisoo memberanikan diri untuk melihat keadaan. Ternyata ada beberapa pria yang sedang membawa kardus-kardus berukuran besar dan meletakkannya di depan kamar yang sebelumnya Jisoo tempati. Di belakangnya diikuti oleh seorang wanita.. oh!!
"Ellen?" ucap Jisoo tidak mampu menahan diri untuk memastikan penglihatannya
Untuk beberapa saat Ellen mengerutkan keningnya menatap Jisoo bingung.
"Selamat pagi, nona" jawab Ellen tersenyum manisJisoo menghela napas lega
"Ini rumahmu?"Ellen terkekeh begitu melihat ekspresi Jisoo "Maunya sih begitu, tapi sayangnya bukan"
Jisoo mengerutkan keningnya, menunggu pernyataan selanjutnya. Ellen yang seakan mengerti ekspresi Jisoo berkata
"Ini rumah Tuan Park""Tuan dan nyonya park?"
Ellen lagi-lagi terkekeh sebelum menjawab "Bukan. Tuan muda Park. Park Jinyoung. Calon suami nona" jawab Ellen dengan penekanan.
Ah. Jadi benar rumah Park Jinyoung si pengacau. Tunggu. Lalu, yang mengganti pakaian Jisoo? Pemilik kaus ini? Tanpa perintah tangan Jisoo mengeratkan baju tersebut ditubuhnya.
"Tenang nona, Saya yang mengganti baju nona" ucap Ellen kali ini tidak terkekeh
Jisoo kembali menghela napas panjang. Setelah merasa Jisoo mulai tenang, Ellen melanjutkan "Itu semua barang-barang nona, katakan saja kalau ada yang kurang" sambil menunjuk kardus-kardus besar yang telah tersusun rapih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Rain
FanficPertemuan pertama kita saat hujan. Kisah kita berlangsung selama musim hujan. Akankah kita bahagia berkat hujan? Tapi, orang bilang hujan menyedihkan. Katanya hujan menandakan langit yang menangis. Jadi, mungkinkah kisah kita berakhir menyakitkan...