20. Persiapan

187 24 7
                                    

"Nak, Ayo bangun!"

Jisoo menerjapkan matanya. Sinar matahari yang mengarah tepat di kelopak matanya memaksa mereka untuk terbuka.

Jisoo menggeliat di atas kasur yang hangat. Tidak berniat sedikitpun untuk bangkit.

"Jisoo! Nanti kita terlambat"

Tunggu. Jisoo refleks bangkit dari kasurnya menoleh ke sumber suara. Ternyata So Yeon telah berdiri di depan pintu menatap Jisoo.

Jisoo membuka layar ponselnya. Hari jumat, pukul delapan pagi. Oh Tidak. Bagaimana bisa Ibunya ke apartemen Jisoo dihari dan jam kerja? Apakah Ibunya tahu Jisoo tidak lagi bekerja? Tapi tahu darimana?

"Ma.." Suara Jisoo tercekat

Ia bahkan tidak sanggup bertanya. Rasanya sakit begitu membayangkan orang tuanya kecewa karena Ia tidak lagi bekerja. Iya. Meski So Yeon dan suaminya memiliki harta lebih, tapi mereka tetap mendidik Jisoo untuk menjadi gadis yang mandiri.

"Jinyoung bilang kamu ambil cuti"
Ucap So Yeon menyadari pandangan gadis manisnya yang kebingungan.

Ah. Si tuan pengacau rupanya. Jisoo menghela napas panjang.

"Kenapa membangunkan ku pagi-pagi?" ucap Jisoo kembali berbaring di atas kasur.

"Loh, Jinyoung ngga bilang?", ucap So Yeon.

"Bilang apa?", ucap Jisoo yang kini mengerutkan keningnya.

"Hari ini kita mau ngurus pernikahan kalian"

Jisoo menggeliat diatas kasurnya, "Menentukan tanggal saja belum" batin Jisoo.

Kemudian berkata, "Kenapa buru-buru? Kan kita masih punya banyak waktu"

PLOK.

So Yeon menepuk bokong gadisnya yang masih saja bertingkah seperti anak kecil. Padahal tidak lama lagi gadis itu akan menikah.

"Banyak waktu darimana? Kita cuma punya waktu empat minggu" ucap So Yeon.

"HAH?" Jisoo menatap So Yeon lamat-lamat. Mencari kebohongan dan penjelasan di dalamnya.

Sementara So Yeon menggelengkan kepalanya sambil berdecak, "Kalian ini ya".

Kemudian pergi enggan menjelaskan. Meninggalkan Jisoo yang tertegun di atas kasurnya.

"Apa lagi ini? Keputusan siapa? Atas persetujuan siapa? Ini pernikahan ku! Mengapa Aku tidak dilibatkan? ASTAGA!" Batin Jisoo

"Apakah keberadaan ku tidak terlihat? Apakah Aku tidak punya hak suara disini? Hello. Aku manusia. Bukan benda yang bisa seenaknya diletakkan dimanapun dan dalam keadaan apapun" Batin Jisoo

Jadi begini rasanya tidak dianggap keberadaannya. Ini pernikahan Jisoo dan mungkin hanya Jisoo yang baru tahu tanggal pernikahannya hari ini.

Jisoo mengatur emosinya yang mulai meluap. Sejak perkataan Jinyoung dihari pernikaan Asya, entah mengapa Jisoo jadi lebih sensitif.

"Sepuluh menit lagi kita berangkat!", ucap So Yeon di seberang ruang.

Jisoo menghela napas gusar. Ia bangkit dari kasurnya untuk mempersiapkan diri.

Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang