4. Kaku

186 28 2
                                    

Jisoo ingat betul Ia menaiki lift bersama empat orang lainnya. Dan tombol yang mereka pilih kebanyakan angka tinggi seperti 12, 15 dan .. entahlah Ia tidak ingat persis. Lalu, mengapa sisa Ia sendiri di dalam lift ini?

"Khem" suara orang berdeham

Secepat kilat Jisoo menoleh ke arah suara.

Ternyata Rowoon telah berada tepat disamping Jisoo setengah duduk dan menatap ke arahnya.

Jisoo melangkah mundur, lega sekaligus takut. Lega karena Ia masih berada di dunia yang sama, namun takut dengan sikap Rowoon saat ini.

"Selamat siang, Pak" ucap Jisoo mencoba profesional dan sopan

Rowoon bangkit dari duduknya.

"Ngga perlu panggil saya pak" ucap Rowoon

Hah. Lho.

Dengan jiwa yang masih setengah terguncang dan otak yang masih berusaha mencerna ucapan Rowoon. Jisoo tidak sempat menjawab begitu Rowoon melanjutkan

"Kamu lama banget" ucap Rowoon

Jisoo meringis menyesal karena telah membuat atasannya kecewa dengan kinerjanya.

"Maaf, ada yang perlu saya bantu pak?" ucap Jisoo

"Ada" jawab Rowoon singkat

Setelah Rowoon menjawab, pintu lift terbuka. Ia melangkah ke ruangannya, sementara Jisoo mengikuti.

Rowoon berjalan menuju meja kerjanya, mengeluarkan selembar kertas, dan meletakkannya di meja.

"Saya mau kamu jadi sekertaris saya" ucap Rowoon dengan mata yang mengarah pada kertas di atas meja.

Wajahnya tegas, sorot matanya tajam, tidak ada senyum sedikitpun diwajahnya. Menunjukkan bahwa Ia tidak main-main.

Jisoo mengambil kertas tersebut. Kertas berisi namanya dan perjanjian. Dikertas itu tertulis bahwa Jisoo dilarang untuk mengatakan kepada siapapun tentang dokumen penting perusahaan, apa yang Ia pikirkan, dan apa yang dilakukan oleh Kim Seok Woo selama bekerja di dalam maupun di luar perusahaan demi menjaga kredibilitas dan nama baik perusahaan. Tidak lupa kolom dengan nama Jisoo dan materai diatasnya.

"Soal gaji kamu ngga perlu ragu" ucap Rowoon

"Lima kali lipat dari gaji kamu sekarang" lanjut Rowoon

Jisoo membaca kembali surat perjanjian ditangannya. Jadi, inilah penyebab sekertaris sebelumnya tidak pernah mengatakan apapun. Ragu? Pasti. Takut? Pasti.

Rowoon menyerahkan pulpen kepada Jisoo untuk menandatangani surat tersebut.

"Pak, boleh saya pikir-pikir dulu?" ucap Jisoo

"Ngga perlu panggil saya pak" jawab Rowoon

Rowoon menepuk pundak Jisoo lembut.

"Besok" ucap Rowoon

"Kembalikan surat itu ke saya" lanjut Rowoon

"Baik, pak"

Rowoon mendengus kesal.

"Baik" ucap Jisoo lagi

"Kalau begitu, saya permisi" ucap Jisoo sedikit membungkuk kemudian meninggalkan ruangan.

Jisoo menghela napas lega begitu sampai di ruangannya. Rasanya Jisoo hanya karyawan biasa, kinerjanya juga standar bagaimana bisa Rowoon memilihnya sebagai sekertaris?

Namun, bila diingat kembali gaji yang ditawarkan rasanya Jisoo tidak perlu lagi berpikir panjang. Tabungannya akan melesat naik dan dia dapat berpergian ke negeri impiannya.

Under The RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang