"Ada apa dengan wajahnya?""Pakaikan yang benar!!"
Ha-young mengerjapkan matanya saat Jaehyun menegurnya sebab sadar akan arah pandangnya. Ia kembali memasangkan dasi di leher Jaehyun meski dengan fokus yang terpecah.
Sejak tadi mata Ha-young memang tak lepas dari wajah Jaehyun. Kedua matanya seolah ingin terus melihat wajah itu. Bukan karena tampan tapi, karena motif yang ada di sana.
Ha-young tidak tahu siapa yang Jaehyun temui, siapa orang yang Jaehyun prioritaskan melebihi dirinya dan siapa orang yang telah mencetak motif itu di wajah Jaehyun. Tapi Ha-young yakin orang itu pasti sangat dekat dengan Jaehyun hingga berani menampar Jaehyun."Sudah."
"Oke."
Jaehyun menatap cermin sekedar meneliti hasil kerja Ha-young. Ia menaikkan sudut bibirnya lalu berbalik menatap Ha-young yang masih berdiri di belakangnya.
"Kau ingin tahu siapa yang melakukan ini?" tanya Jaehyun sembari menunjuk pipi kanannya yang terlihat memerah.
"Ha? Tidak kok."
"Oh, ya? Song Ha-young, kau itu tidak pandai berbohong."
Ha-young mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk menghindari tatapan Jaehyun yang seolah mengejeknya karena tidak pandai berbohong.
"Ckckck! Masih tidak mau mengaku? Terserah kau saja. Tapi...karena aku orang yang baik...akan kukatakan semuanya agar kau tidak penasaran lagi."
Jaehyun menghampiri Ha-young dan berbisik di telinga Ha-young.
"Anggap saja...ini hukuman untukku karena pergi di hari ulang tahunmu."
Setelah melakukan hal itu Jaehyun langsung melenggang pergi. Pria itu berangkat ke kantor tanpa berpamitan pada Ha-young. Ah, bukankah biasanya juga begitu? Jung Jaehyun tak butuh izin dari Ha-young. Seharusnya Ha-young belajar untuk terbiasa dengan kenyataan itu.
"Setidaknya hari ini kau tidak memakiku. Itu sudah cukup, Jae." gumam Ha-young.
Gadis itu berdiri mematung di depan cermin di kamar Jaehyun. Benaknya sedang mengingat bagaimana pagi ini Jaehyun membuat keributan dan menyuruh Ha-young menyiapkan keperluannya. Biasanya Jaehyun selalu melakukan segalanya sendirian dan bertingkah seolah tidak butuh bantuan Ha-young. Tapi pagi ini untuk pertama kalinya Jaehyun meminta bantuan Ha-young meski sebenarnya terlihat seperti memerintah bukan meminta bantuan.
Ha-young juga bersyukur karena pagi ini sikap Jaehyun lebih santai. Hal itu membuat Ha-young merasa bisa bernafas lega.
"Presdir?"
"Kang In-ha? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ha-young saat melihat sekretarisnya berdiri di ambang pintu kamar Jaehyun.
Mendengar pertanyaan bosnya In-ha tersenyum lebar.
"Aku sengaja menjemput presdir. Oh, iya...selamat ulang tahun!"
"In-ha!" panggil Ha-young.
Kang In-ha mengangguk menanggapi panggilan Ha-young. Gadis itu masih tersenyum menunggu Ha-young yang menghampirinya.
"Bisakah kau memanggilku seperti biasanya?" tanya Ha-young.
"Hei, bukankah itu tidak sopan? Bagaimanapun juga kau kan atasanku?!" jelas In-ha.
"Tapi aku lebih nyaman jika kau..."
"Baiklah. Akan kulakukan jika itu membuatmu nyaman, sunbae."
Begitu lebih baik. Ha-young dan In-ha memang sudah saling kenal sejak bangku SMA. Hubungan mereka terlampau baik sebagai senior dan junior. Bahkan Ha-young sudah menganggap In-ha sebagai adiknya bukan junior atau sekretaris semata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by Pinterest: Ashadow Terlahir dari keluarga kaya bukanlah suatu keberuntungan, bukan juga suatu hal yang patut dibanggakan. Sebab pada akhirnya kenyataan itulah yang membawamu pada luka batin yang tak dapat dilup...