TOK TOK TOK
Gadis berambut panjang itu menghela nafasnya ketika lagi-lagi jendela kamarnya di ketuk dari luar. Ia lantas berdiri lalu membuka jendela tersebut dengan pelan agar tak seorang pun ada yang mendengar mengingat waktu sudah cukup larut.
"Noona!"
Ketika jendela benar-benar terbuka Ha-young pun langsung melihat sang pelaku yang tak lain adalah Nam So-hwan tetangga sekaligus sahabatnya.
"Apa yang kau lakukan? Ini sudah malam."
Gadis itu bertanya dengan nada pelan takut kalau-kalau pembantu atau satpam rumahnya mendengar.
"Noona, lihat ini!"
So-hwan mengacungkan selembar kertas di udara seolah ingin memberitahu Ha-young juga seluruh dunia akan apa yang hari ini telah berhasil ia capai.
Ha-young yang melihat pun memicingkan matanya untuk melihat kertas apa yang tengah dipegang oleh So-hwan.Tiba-tiba So-hwan mendekat lalu masuk ke dalam kamar Ha-young dan menutup jendelanya dalam sekali sentak.
"Kau sudah gila?! Bagaimana kalau ibumu tahu?"
So-hwan tak perduli. Remaja berparas tampan itu hanya menampilkan cengiran lebarnya lalu naik ke atas kasur dan merebahkan diri di sana. Namun, sebelum itu ia menyerahkan kertas tadi pada Ha-young.
"Nam So-hwan, kau tidak berbuat hal yang aneh-aneh, kan?"
"Ck! Noona pikir aku tipe murid yang seperti itu? Aku ini Nam So-hwan juara umum di SMA Sekang, pemenang olimpiade Matematika."
Ha-young mendengus keras saat lagi-lagi harus melihat So-hwan yang menyombongkan diri.
"Daripada noona terus-menerus mencurigaiku lebih baik noona lihat kertas itu!"
Meski diiringi helaan nafas akhirnya Ha-young pun menuruti permintaan So-hwan. Gadis itu membaca deretan kalimat yang tertera di atas kertas. Lalu tak berselang lama wajahnya pun berubah berseri-seri.
Atensinya berpindah pada So-hwan yang masih asyik berbaring di atas kasurnya sembari bersenandung pelan.
Tiba-tiba kedua tangannya terentang dan bibirnya kembali mengulas senyum lebar."Selamat! Kau pasti sudah berusaha keras."
"Noona apa menurutmu aku bisa memulai semuanya dari sini? Aku baru saja memenangkan audisi pemeran utama untuk teater sekolah. Apa nanti aku juga bisa memenangkan audisi dan menandatangani kontrak sebagai aktor?"
So-hwan bangkit lalu berdiri dan memeluk Ha-young. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Ha-young sembari menahan desakan air mata yang tiba-tiba saja memaksa keluar.
Ya, untuk malam ini saja ia boleh menangis, kan? Setelah berbulan-bulan belajar keras dan mempersiapkan diri untuk audisi. Setelah berbulan-bulan berlatih secara sembunyi-sembunyi sampai harus mengganggu aktivitas belajar sang noona.
"Kau pasti bisa, Hwan. Aku yakin mimpimu akan tercapai karena kau terlahir untuk meraih mimpi itu."
"Noona, terimakasih! Aku benar-benar beruntung memilikimu. Aku janji sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkan noona. Aku tidak akan pernah berpaling noona."
Ha-young terkekeh pelan mendengar janji yang So-hwan ucapkan.
"Eyy, aku tidak yakin. Kau tidak akan meninggalkanku? Memangnya nanti kau tidak akan menikah? Kau tidak akan berkeluarga? Tidak akan punya anak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by Pinterest: Ashadow Terlahir dari keluarga kaya bukanlah suatu keberuntungan, bukan juga suatu hal yang patut dibanggakan. Sebab pada akhirnya kenyataan itulah yang membawamu pada luka batin yang tak dapat dilup...