66: Mother

17.8K 1.9K 64
                                    

Tanggal 7. Dua hari tanggal 7, tanggal yang sudah Ha-young tunggu dan tanggal yang membuat Ha-young merasa optimis sekaligus pesimis.

Dua hari lagi semua akan terungkap. Entah bagaimana dia harus mengungkap kebenarannya dan menemukan pelakunya. Entah bagaimana caranya ia harus membebaskan suaminya dari belenggu kesalahpahaman itu.

Kini matanya menatap hampa pada gedung-gedung tinggi yang tampak melalui jendela ruang kerjanya. Di tangannya tergenggam secangkir kopi yang masih mengepulkan asap. Ha-young menyesap cairan pekat itu sedikit demi sedikit untuk membuatnya tetap terjaga. Sebab kini rasanya ia akan benar-benar tumbang.

Tiba-tiba ponselnya berdering menampilkan nama detektif Ji.

"Halo, detektif Ji?"

"..."

"Baiklah. Besok Anda hanya perlu menunggu kabar dariku."

"..."

"Emm. Terimakasih atas bantuannya!"

Panggilan diakhiri dan Ha-young pun beranjak menuju meja kerjanya. Ia mulai kembali berkutat dengan berkas-berkas yang sempat terbengkalai. Tangannya mulai bekerja tapi, pikirannya tak bisa benar-benar fokus. Gelisah bercampur takut menjadi satu. Rasanya benar-benar menyiksa.

Baru beberapa menit kesibukannya berlangsung lagi-lagi ponselnya berdering. Kali ini bukan detektif Ji tapi kepala pelayan di rumah ayahnya.

"Halo?"

"..."

"Benarkah? Kapan?"

"..."

"Baiklah. Aku akan ke sana sekarang."

Pada akhirnya hari ini pun Ha-young terpaksa menyerahkan pekerjaannya pada In-ha.

Ha-young memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu keluar dari ruang kerja seraya menenteng tas tersebut. Sebelum benar-benar pergi Ha-young menyempatkan diri untuk mampir di meja kerja In-ha. Kebetulan sekali gadis itu sedang ada di sana.

"In-ha!"

"Sunbae? Ada apa?"

Gadis itu berdiri begitu mendapati kehadiran Ha-young di depan meja kerjanya.

"Kuserahkan semuanya padamu. Nanti kalau ada hal mendesak hubungi aku. Sekarang aku harus pergi."

"Pergi? Sunbae mau pergi ke mana?"

"Menemui ... ibu."

🍁🍁🍁

Hal pertama yang dapat Ha-young lihat saat kembali menginjakkan kaki di rumah besar nan megah itu adalah ketiadaan sebuah foto keluarga yang biasanya berada di dinding ruang tamu. Sekarang posisi foto keluarga itu tergantikan oleh sebuah lukisan abstrak yang bernilai seni cukup tinggi.

Ha-young paham akan penyebab hal tersebut. Pasti semua sudah ditentukan. Ibunya sudah menetapkan pilihan.

"Young-a?"

Ha-young membalikkan tubuhnya menghadap tangga untuk melihat sang pemilik suara. Di sana, di ujung anak tangga seorang wanita usia 36 tahun tengah berdiri dan menatapnya dengan lekat. Sorot matanya seakan sedang mengungkapkan kerinduan yang amat mendalam.

"Apa kabar, bu? Bagaimana Amerika? Apakah menyenangkan?"

Wanita yang ia panggil ibu itu tak bersuara. Hanya berjalan menghampirinya lalu memeluk tubuhnya dengan lembut.

Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang