31: Adults Can Also Get Hurt

28.2K 3.3K 12
                                    

Hidupnya tidaklah indah. Itulah kenyataan yang harus So-hwan terima, kenyataan yang selalu tertanam dalam benaknya. Hidupnya penuh dengan skenario dan tipuan mata layaknya drama atau sulap murahan.

So-hwan sudah muak. Ia lelah harus terus berpura-pura bahagia dan memasang senyum palsu. Ia jengah dengan skenario dan tipuan mata yang dia buat hanya demi memuaskan orang-orang. Dia butuh jeda untuk merenungkan semuanya. Untuk memikirkan akhir dari segala sandiwara yang menyesakkan ini.

Aktor berbakat. Aktor dengan bayaran fantastis. Panutan generasi muda. Kebanggaan agensi.
So-hwan ingin tertawa mengingat gelar-gelar itu. Sungguh ia merasa amat bangga telah berhasil menarik simpati banyak orang dengan bakat dan visualnya. Sungguh ia merasa begitu puas telah memenuhi ambisinya dan melupakan keadaan keluarganya. Bukankah Nam So-hwan sangat hebat? Dia bisa mengorbankan apapun hanya demi memenuhi keinginannya untuk menjadi seorang aktor.

Dia terlalu hebat sampai ia sadar bahwa keputusannya untuk menjadi aktor merupakan keputusan yang salah.
Menjadi aktor hanyalah dalihnya untuk menghindari tanggung jawab sebagai pewaris bisnis keluarga dan kerasnya tekanan sang ayah. Lalu akibatnya sekarang ia harus kehilangan pelukan hangat sang ibu.
Ia kehilangan keluarga yang amat berharga untuknya. Benar, semua salahnya. Ibunya tak akan depresi jika ia menurunkan egonya dan menuruti keinginan sang ibu. Setidaknya jika ia melakukan itu maka, ibunya masih punya harapan untuk menjalani hidup yang normal.

PRAANG

So-hwan menatap nanar gelas yang kini pecah dan tercecer di lantai. Baginya gelas itu adalah dirinya dan keluarganya.
Tangannya telah menghancurkan gelas itu. Sama seperti egonya yang telah menghancurkan dirinya sendiri juga menghancurkan keluarganya.

"Kau tidak pantas hidup Nam So-hwan."

Sayup-sayup telinganya mendengar suara sang manajer yang memanggilnya juga mendobrak pintu kamarnya. Namun, So-hwan tak mau ambil pusing. Ia tak perduli apa yang akan pria itu lakukan. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah mengamuk dan meluapkan kemarahan juga rasa frustasinya.

"ARGGHHHHH!!"

So-hwan berteriak sambil menjambak rambutnya. Berharap dengan begitu sesak di dadanya akan berkurang, beban di pundaknya akan terangkat. Tapi nyatanya tidak demikian. Justru hatinya semakin remuk. Pikirannya berkecamuk mengingat bagaimana ibunya mengamuk dan mengutuk Son Hye-jin juga menyadari fakta bahwa tak seorang pun menginginkannya tinggal termasuk Ha-young.

Ia berjalan dengan langkah terseok lalu duduk di sudut ruangan. Airmatanya mulai menetes tanpa dapat  dicegah. Lalu isakan pun tak dapat terhindarkan. Ia menangis, menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan yang bertumpu di kedua lututnya. Sepertinya emosinya benar-benar sedang berada di puncak.

Cklek

"So-hwan?! Astaga, kukira..."

Samar-samar suara sang manajer menyapa pendengarannya. Namun, tak mampu menghentikan aktivitasnya dalam meratapi nasib tragisnya.

"Tinggalkan aku!!"

Hanya kalimat itu yang mampu ia rapalkan. Kalimat pengusiran yang tentu saja tertuju pada sang manajer. Kehadiran lelaki bermarga Lee itu tak akan merubah apapun juga tak akan membuatnya merasa lebih baik. Jadi, pilihan terbaik adalah mengusirnya.

Mendengar perintah tersebut Ki-tae menghela nafas dan memundurkan langkah. Ia kembali menutup pintu kamar dan membiarkan So-hwan terlarut dalam keterpurukannya.

🍁🍁🍁

Brugh

Gadis itu meringis menahan sakit dan ngilu di pergelangan kaki kirinya ketika hak sepatunya patah dan membuatnya jatuh di tangga darurat.

Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang