Rumah.
Apa yang terbesit dalam benakmu saat mendengar kata itu? Tempat berlindung? Tempat penuh kenangan? Tempat untuk pulang? Ya, mungkin itulah yang dapat orang awam pikirkan saat mendengar kata 'rumah'.
Tapi, berbeda dengan Jung Jaehyun. Bagi Jaehyun rumah bukanlah tempatnya berlindung. Rumah bukan tempat penuh kenangan dan rumah bukan tempatnya untuk pulang. Di mata Jaehyun rumah itu hanyalah penjara yang selalu membuatnya merasa terkurung dan tersiksa secara lahir dan batin.
Belasan tahun Jaehyun menghabiskan waktu di dalam rumah megah itu. Tak sekalipun jiwanya merasa nyaman atau tenang. Dan tak sekalipun ia merasa rindu meski kini sudah lama tak bertandang. Justru ia senang bisa keluar dari rumah itu.
"Ha-young..."
"Ya?"
Pria itu berdiri mematung di depan mobilnya sambil menggenggam tangan sang istri dan menatap bangunan megah yang menjadi tempat tinggal kedua orang tuanya juga tempat tinggalnya sebelum ia menikah dengan Ha-young.
"Jaehyun? Jangan takut. Ada aku disini."
"Terimakasih sudah membawaku keluar dari rumah ini."
Ya, itulah yang ingin Jaehyun katakan pada Ha-young. Ucapan terimakasih yang sangat terlambat. Ucapan terimakasih pada Ha-young karena telah menyetujui pernikahan mereka dan membuatnya keluar dari neraka berkedok rumah itu.
Seandainya dahulu Ha-young menolak pernikahan mereka maka, sekarang Jaehyun masih tersiksa di dalam rumah itu.
Jung Jaehyun tersenyum dan menatap mata Ha-young. Ia mengangguk memberitahu Ha-young bahwa ia siap menghadapi apapun termasuk menghadapi kemarahan ayahnya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu." ucap Ha-young.
Mereka masuk ke dalam rumah dan langsung di sambut oleh ibu Jaehyun yang sudah menunggu di ruang tamu bersama suaminya.
"Jaehyun!"
Wanita itu menghambur memeluk Jaehyun untuk menumpahkan rasa rindunya pada Jaehyun.
"Ibu sangat merindukanmu."
"Emm. Jaehyun juga...merindukan ibu."
Tidak. Jaehyun tidak rindu ibunya. Jaehyun hanya berusaha untuk bersikap baik pada wanita yang telah melahirkannya. Sejak kecil Jaehyun selalu diasuh oleh pelayan. Jaehyun tidak benar-benar dekat dengan ibunya. Karena itu sampai sekarang Jaehyun masih merasa asing dengan wanita yang kerap ia panggil ibu itu.
Ahn So-rim melepas pelukannya lalu mengusap bekas airmata di sekitar wajahnya dan beralih menatap Ha-young yang sejak tadi berdiri di samping Jaehyun.
"Kenapa baru berkunjung sekarang? Kau tahu kan ibu sangat senang melihatmu." ucap So-rim sambil mengelus tangan Ha-young.
"Maaf, bu. Aku benar-benar sibuk." jawab Ha-young.
"Ekhm!"
Suasana mendadak hening saat tuan Jung berdehem dan menyela acara istrinya dalam melepas rindu dengan putra dan menantunya.
Lelaki paruh baya itu menatap sang putra dengan pandangan yang sulit diartikan. Tak berselang lama ia menggerakkan kursi rodanya menuju ruang kerjanya.
Tanpa diperintah Jaehyun pun langsung mengikuti sang ayah menuju ruang kerja.
"Jaehyun..."
"Tidak apa-apa. Kau tunggu disini. Aku akan menyelesaikan semuanya dengan ayah."
Kemudian Jaehyun melanjutkan langkahnya menuju ruang kerja sang ayah.
Raut wajah Jaehyun terlihat tenang namun, tidak dengan hatinya.
Hatinya benar-benar diliputi rasa gelisah apalagi saat ia telah berdiri di hadapan sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by Pinterest: Ashadow Terlahir dari keluarga kaya bukanlah suatu keberuntungan, bukan juga suatu hal yang patut dibanggakan. Sebab pada akhirnya kenyataan itulah yang membawamu pada luka batin yang tak dapat dilup...