Satu Minggu kemudian...
"Pagi!"
Pria itu tersenyum lalu mencium pipi sang istri yang baru saja memasuki ruang dapur.
"Pagi, sayang! Pagi anak, ayah!"
Oh, ayolah! Pagi-pagi sekali Ha-young sudah harus mendengar sapaan itu. Memang bukan hanya pagi ini tapi, pagi-pagi sebelumnya Jaehyun juga sudah bertingkah seperti itu. Namun, anehnya Ha-young masih juga belum terbiasa dengan sikap dan tingkah laku Jaehyun yang seperti itu. Jaehyun yang lembut, Jaehyun yang selalu tersenyum dan Jaehyun yang mulai protektif dengannya.
"Jae, kan aku sudah bilang biar aku yang masak."
"Kita sudah bicara tentang ini Ha-young. Dan kau sudah sepakat untuk membiarkanku menggantikan tugasmu."
Ha-young mencebikkan bibirnya lalu duduk di kursi bar. Ia duduk menghadap Jaehyun yang tengah sibuk memasak.
"Lantas aku harus berbuat apa kalau memasak saja tidak boleh?"
"Duduk manis, tuan putri."
Tak berselang lama Jaehyun pun selesai dengan aktivitasnya. Pria itu menuangkan semua jenis makanan yang ia masak ke dalam mangkuk lalu menatanya di atas meja.
"Sarapan sudah siap, tuan putri."
"Tuan putri dengkulmu!"
Bukannya marah Jaehyun malah tertawa sembari mengusak rambut Ha-young dengan gemas.
Ha-young duduk berhadapan dengan Jaehyun lalu mereka pun mulai sarapan bersama. Dan seperti hari-hari sebelumnya lagi-lagi pagi ini Jaehyun tak menghabiskan makanannya. Bahkan sekarang pria itu sudah memuntahkan seluruh isi perutnya di wastafel kamar mandi.
"Astaga! Kenapa jadi terbalik seperti ini, sih? Harusnya aku yang mengalami hal ini."
"Huweeek...."
Wanita itu memejamkan mata prihatin sementara tangannya terus memijat tengkuk Jaehyun.
Tak berselang lama akhirnya Jaehyun pun selesai dengan rutinitas paginya yang luar biasa memprihatinkan.
Jaehyun duduk di sofa ruang santai diikuti oleh Ha-young yang telah membuatkannya teh madu."Masih mual?"
Jaehyun menggeleng pelan. Ia meminum teh madu yang diberikan Ha-young dengan pelan.
"Maaf, ya. Seharusnya aku yang merasakan semua ini."
"Tidak apa-apa. Justru aku senang ... bisa berbagi hal seperti ini denganmu. Lagipula kalau begini kan lebih adil."
Ah, di mana lagi Ha-young akan menemukan sosok lelaki seperti Jaehyun? Apakah di luar sana masih ada Jaehyun-Jaehyun yang lain? Jaehyun yang semanis ini? Jaehyun yang selembut dan seperhatian ini. Semoga tidak ada. Karena Ha-young tak akan pernah rela melihat wanita lain merasakan apa yang sekarang ia rasakan.
"Kemarilah."
Ha-young duduk di ujung sofa dan mengisyaratkan agar Jaehyun tidur di pahanya. Jaehyun pun langsung menurut. Pria itu tidur dengan berbantalkan paha sang istri.
"Besok aku saja yang membuat sarapan."
"Tidak perlu."
"Tapi kan..."
"Ssst!! Jangan keras-keras bicaranya. Aku ingin mendengar suara anak kita."
Dan setelah mengatakan hal itu Jaehyun pun langsung mendekatkan telinganya ke perut rata Ha-young yang tertutupi sweater pink soft favoritnya.
"Bagaimana? Kau dengar suaranya?"
Jaehyun menyunggingkan senyumnya sembari menatap Ha-young.
"Tentu saja ... tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by Pinterest: Ashadow Terlahir dari keluarga kaya bukanlah suatu keberuntungan, bukan juga suatu hal yang patut dibanggakan. Sebab pada akhirnya kenyataan itulah yang membawamu pada luka batin yang tak dapat dilup...