Sudah pukul 7 pagi namun tak ada tanda-tanda akan kehadiran gadis yang semalam meninggalkannya itu.
Ia menghela nafas lalu mengusak kasar rambutnya. Kakinya berjalan menuju jendela ruang tamu untuk memeriksa kalau-kalau mobil BMW milik gadis itu sudah terparkir di halaman rumah.
Namun, sayangnya matanya masih belum juga melihat mobil itu.Rasa kesal dan marah kini mendominasinya. Ia kesal karena ditinggalkan begitu saja. Ia juga marah karena gadis itu tak memberinya kabar.
"Menyebalkan! Pergi kemana dia? Apa urusannya lebih penting dibandingkan aku?"
"Tunggu! Lagipula sejak kapan dia menganggapku penting?"
"Tapi dia menyukaiku. Iyakan?"
"Ah, tidak. Dia tidak menyukaiku. Dia hanya menganggapku teman. Dia bilang menyukaiku karena dia salah paham pada perhatianku. Iya."
Lelaki bermarga Jung itu terus bermonolog hingga tak sadar jika mobil yang ia tunggu kini telah terparkir apik di halaman rumah. Ia baru menyadarinya setelah melihat sang pemilik keluar dari mobil dengan tangan kanan yang menempelkan ponsel di telinga serta langkah kaki yang pincang. Ah, jangan lupa! Gadis itu juga tak memakai sepatu hak seperti semalam melainkan memakai sepatu sneakers putih yang agak kebesaran. Jelas sekali dari model dan ukurannya, sepatu itu bukan sepatu perempuan.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan matanya langsung menangkap kehadiran Ha-young. Masih dengan langkah pincangnya gadis itu berjalan memasuki dapur tanpa menyadari kehadiran Jaehyun yang berdiri di depan jendela ruang tamu.
Jaehyun pun langsung mengayunkan langkahnya untuk menyusul Ha-young yang rupanya sedang meminum segelas air mineral.
"Pergi secara tiba-tiba dan pulang dalam keadaan seperti ini. Tidakkah kau perlu mengatakan sesuatu?" ucap Jaehyun.
Pria itu menyandarkan tubuhnya pada pintu kulkas sementara dua tangannya dimasukkan ke dalam saku. Netranya tak absen meneliti penampilan Ha-young.
"Ada sedikit insiden di kantor." jawab Ha-young seusai menandaskan acara minumnya.
Gadis itu juga menyudahi acaranya dalam menelepon dan memusatkan atensi pada lelaki yang tengah menanyainya.
"Oh, ya? Lalu, kenapa dengan kakimu? Dan sepatu siapa yang kau pakai?" lanjut Jaehyun.
"Aku terjatuh di parkiran. Ini sepatu Kim Jo-ha." jawab Ha-young.
Selama sepersekian detik Jaehyun diam mencoba mencerna jawaban Ha-young. Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk mengiyakan meski nyatanya ia tak percaya.
Jaehyun tahu gadis itu sedang berbohong. Tapi ia tak bisa marah atau meminta gadis itu untuk jujur. Bagaimanapun dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menghargai privasi Ha-young karena selama ini Ha-young juga menghargai privasinya. Terlebih saat ia menemui Nancy, gadis itu tidak protes atau mencoba mengorek informasinya.
"Kau tidak kerja?" tanya Ha-young.
"Emm. Sebentar lagi, kalau begitu aku akan siap-siap." jawab Jaehyun.
"Mau kubuatkan sarapan?" tanya Ha-young.
"Tidak usah. Aku sudah terlambat." jawab Jaehyun.
Sebenarnya Jaehyun tidak terlambat. Ia menolak tawaran Ha-young karena tak tega melihat kondisi Ha-young yang terlihat lelah terutama kakinya yang pincang. Bukankah Jaehyun akan terlihat kejam jika membiarkan Ha-young membuatkannya sarapan sementara kaki gadis itu tidak dalam kondisi yang baik?
Jaehyun memutuskan untuk meninggalkan dapur dan beranjak ke kamarnya. Setelah sampai di dalam kamar pria itu langsung membuka lemari dan mengambil kemeja berwarna putih lengkap dengan celana bahan berwarna hitam juga tuksedo dengan warna yang sama. Jaehyun mengenakan pakaian tersebut lalu beralih membuka laci tempat koleksi dasi-dasi mahalnya.
Pilihannya jatuh pada dasi berwarna navy dengan motif garis diagonal. Jaehyun mengenakan dasi tersebut dengan cekatan setelah itu tangannya menyambar kunci mobil dan bergegas keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by Pinterest: Ashadow Terlahir dari keluarga kaya bukanlah suatu keberuntungan, bukan juga suatu hal yang patut dibanggakan. Sebab pada akhirnya kenyataan itulah yang membawamu pada luka batin yang tak dapat dilup...