"Ha-young? Mau kemana?"
Ha-young diam mematung di depan pintu. Matanya menatap Jaehyun bingung apa lagi saat tahu bahwa pria itu datang dengan nampan berisi makanan.
"Aku ... aku harus ke kantor."
Jaehyun masuk ke dalam kamar dan meletakkan nampannya di atas nakas.
"Ke kantor? Mendadak sekali?"
"Iya, Jae. Ada hal yang harus kuurus."
"Penting?"
Ha-young mengangguk mantap.
"Penting sekali."
Maaf lagi-lagi Ha-young harus berbohong. Ia tak bisa memberitahu Jaehyun perihal tempat tujuan dan urusan yang sebenarnya. Ha-young tidak ingin membuat Jaehyun berpikir bahwa hidupnya masih bertahan di satu tempat dan satu waktu.
"Setidaknya kau harus makan dulu."
Wanita itu mengangguk lalu duduk di tepi ranjang dan meraih mangkuk berisi bubur yang telah Jaehyun siapkan. Layaknya sedang dikejar waktu Ha-young menyuapkan bubur itu dengan cepat. Bahkan sampai lidahnya terasa sedikit kebas karena buburnya memang masih panas. Jaehyun yang melihat pun hanya bisa mengggeleng pelan.
"Pelan-pelan saja."
"Aku sudah ditunggu, Jae."
"Bertemu klien?"
"Iya."
Tak berselang lama Ha-young pun selesai dengan buburnya. Ia meraih segelas teh hangat lalu meneguknya hingga habis. Setelah itu ia berdiri sembari menenteng tas mahalnya.
"Aku pergi, Jae."
"Emm. Hati-hati."
Ha-young mengangguk dan mengecup pipi Jaehyun sekilas. Lalu kakinya mulai melangkah meninggalkan Jaehyun.
🍁🍁🍁
Kaki jenjangnya menapaki lantai berwarna cokelat di sebuah bangunan restoran bergaya tradisional. Kedua tangannya mengepal seiring langkahnya yang kian cepat. Debaran jantungnya pun semakin terasa menyesakkan.
"Silakan, nona!"
Pelayan restoran membukakan pintu dan Ha-young pun melangkah masuk. Di dalam ruangan sudah ada seorang lelaki usia 40-an dengan tubuh kekar. Lelaki itu berdiri dan menyambutnya.
"Perkenalkan saya Ji Sung-joon dari distrik kepolisian Seoul!"
"Senang bertemu Anda, detektif Ji. Saya Song Ha-young!"
Ha-young dan detektif Ji pun duduk berhadapan.
"Apa benar nona akan membuka kasus itu lagi?"
Tanpa basa-basi detektif Ji langsung melontarkan pertanyaan itu. Sepertinya pria itu sudah tak sabar untuk kembali mengangkat kasus yang dahulu menjadi tanggung jawabnya itu. Kasus kematian seorang mahasiswa yang katanya tewas tertabrak mobil. Kasus yang kemudian ditutup tanpa adanya penyelidikan lebih lanjut.
"Nona tahu? Karena kasus itu akhirnya saya sampai di lempar ke Daegu. Untungnya hal itu tidak berlangsung lama."
"Apa Anda bisa berjanji untuk menuntaskan kasus ini dan menemukan pelakunya terlepas dari resiko yang menghadang?"
Detektif Ji mengulurkan tangan kanannya hendak menjabat tangan Ha-young. Dan Ha-young pun menerimanya.
"Saya akan melakukan yang terbaik, nona. Sejak hari itu saya berjanji pada diri saya sendiri untuk mencari pelaku sebenarnya dan menghukum mereka seberat-beratnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by Pinterest: Ashadow Terlahir dari keluarga kaya bukanlah suatu keberuntungan, bukan juga suatu hal yang patut dibanggakan. Sebab pada akhirnya kenyataan itulah yang membawamu pada luka batin yang tak dapat dilup...