Seharusnya Ha-young tak boleh terlalu bahagia. Seharusnya Ha-young tidak lupa bahwa hidupnya selalu jauh dari kata bahagia.
Bahagia tak akan mau mendekapnya secara cuma-cuma. Kecuali bergandengan dengan sang luka yang senantiasa menjadi pemanis hari-harinya.Ha-young terlalu larut dengan perlakuan dan perhatian So-hwan hingga lupa bahwa ia tak lebih dari seorang anak yang dijual pada keluarga Jung.
Ia lupa bahwa Song Ha-young hanyalah alat dan jaminan bagi impian Song Ji-ho."Dari mana saja kau?"
Kini ia harus kembali berhadapan dengan sang ayah. Ia harus kembali menyiapkan hati untuk menerima hal apapun yang dikatakan sang ayah. Meskipun hal itu kebanyakan bertentangan dengan nuraninya.
Ia menunduk dan berujar pelan, "Aku..."
"Jaehyun tidak datang ke kantor. Kau tahu dia pergi kemana?"
Gadis itu meremat kedua tangannya yang saling bertaut seusai mendapat pertanyaan dari sang ayah mengenai ketidakhadiran Jaehyun. Jaehyun, Jaehyun, dan Jaehyun. Selalu Jung Jaehyun. Mungkin alasan sang ayah tetap mengakuinya sebagai anak juga karena Jung Jaehyun.
Jaehyun begitu menjadi fokus utama bagi sang ayah karena pria yang berstatus sebagai suaminya itu memiliki segalanya terutama uang yang menjadi jaminan tercapainya ambisi sang ayah untuk menjadi pemimpin negeri.
"Jaehyun ada urusan bisnis." jawabnya setelah diam beberapa detik.
Tuan Song mengangguk pelan diiringi senyum miring begitu menyadari putrinya tengah berbohong. Namun itu tidak penting. Laki-laki yang akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden itu memanggil putrinya bukan untuk menghakimi atau menceramahi putrinya melainkan untuk memberikan perintah.
Tuan Song menoleh ke arah putra angkatnya yang berdiri di sampingnya, "Taehyung, ambilkan berkasnya!"
Taehyung mengangguk lalu mengambil sebuah flashdisk berwarna hitam dari dalam laci meja kerja sang ayah.
Diletakkannya flashdisk tersebut di meja depan sang ayah.Tuan Song kembali menatap putrinya, "Ambilah! Berikan berkasnya pada Jaehyun!"
Seperti biasa Ha-young selalu tunduk dan patuh pada titah ayahnya. Ia mengambil flashdisk tersebut dan memasukkannya ke dalam tas.
"Pulanglah!" lanjut Tuan Song.
Hanya itu.
Tak ada kata-kata lain. Ayahnya benar-benar orang yang tidak suka basa-basi. Bahkan setelah berbulan-bulan tak bertemu pria paruh baya itu tak tampak memendam kerinduan pada putri semata wayangnya.
Benar-benar menakjubkan. Ya, jika diingat-ingat lagi ayahnya memang tidak seperti sosok ayah pada umumnya. Yang ada dalam pikiran ayahnya hanya ambisi untuk menang.Ha-young menunduk sekilas lalu keluar dari ruang kerja ayahnya diikuti oleh Taehyung.
"Ha-young, tunggu!"
Pemuda itu mencekal tangan Ha-young hingga membuat Ha-young terpaksa berhenti dan berbalik menghadapnya.
"Apa lagi?" tanya Ha-young dengan nada tak bersahabat.
"Biar kuantar pulang." jawab Taehyung.
Gadis itu menyunggingkan senyum remehnya kala menerima perlakuan tak biasa dari saudara angkatnya itu. Ia ingin tertawa sekencang-kencangnya saat melihat bagaimana Taehyung yang pura-pura perduli dengannya. Padahal nyatanya pria itu hanya menganggapnya sebagai saingan dan pengatur kecepatan.
Taehyung adalah batu sandungan dalam hidup Ha-young. Pria itu selalu membuatnya berada di posisi sulit dalam keluarga. Karena dari dulu baik ayah maupun ibunya selalu saja menjadikan Taehyung sebagai ukuran keberhasilan dalam keluarga. Taehyung selalu dibandingkan dengannya dan berakhir dirinya jadi bahan omelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by Pinterest: Ashadow Terlahir dari keluarga kaya bukanlah suatu keberuntungan, bukan juga suatu hal yang patut dibanggakan. Sebab pada akhirnya kenyataan itulah yang membawamu pada luka batin yang tak dapat dilup...