"CUT!!"
Suara sang sutradara menggelegar dan menginstruksi seluruh aktor-aktris juga para kru bahwa kegiatan syuting untuk hari ini telah selesai.
Lambat laun para kru mulai memberesi peralatan sedangkan aktor-aktris mulai meninggalkan lokasi syuting untuk istirahat atau melakukan jadwal selanjutnya yang tak kalah melelahkan.
"Kita pulang sekarang?"
Di dalam mobil van aktor muda bermarga Nam itu terlihat sangat lesu. Wajahnya tampak tirus dan pucat. Terdapat lingkaran hitam di bawah matanya yang sebelumnya tertutupi oleh BB Cream.
"Ke sungai Han."
Dan jawaban singkat itu pun diangguki oleh sang manajer.
Mobil van pun melaju meninggalkan lokasi syuting menuju sungai Han.
Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai di destinasi wisata andalan kota Seoul itu.Sudah empat hari berturut-turut So-hwan datang ke sungai Han entah dengan tujuan apa. Meski biasanya ia juga sering bertandang ke sungai Han namun, selama empat hari ini ia datang dengan alasan dan tujuan yang sama sekali tak ia ketahui. Melepas stress. Biasanya alasan itulah yang So-hwan gunakan untuk datang ke sungai Han. Tapi sekarang alasan itu tak berlaku sebab saat matanya menyapukan pandangan pada genangan air sungai Han justru stress yang ia rasakan semakin bertambah. Beban di pundaknya terasa kian berat dan dadanya seperti dilanda sesak tak tertahankan.
"Hyung, tinggalkan aku sendiri."
Manajer Lee mengangguk lalu membuka pintu mobil dan menutupnya kembali.
Kini hanya tinggal So-hwan seorang.Ia kembali menyapukan pandangan pada genangan sungai Han yang tampak begitu tenang, tak beriak seperti malam-malam sebelumnya.
Lalu tiba-tiba rasa sesak itu kembali menghampirinya. Matanya pun mulai memanas seolah ikut bereaksi atas sesak yang mendera dadanya.So-hwan menundukkan wajahnya sambil tangannya sibuk memukul pelan dadanya. Berharap gerakan itu bisa mengurangi rasa sesak yang selalu menyiksanya.
Ia menarik nafas pelan berusaha mengosongkan beban dan pikiran yang kemelut.
Empat hari. Empat hari sejak ia memutuskan untuk benar-benar menjauh dari Ha-young. Empat hari sejak ia berpikir bahwa hidupnya akan baik-baik saja tanpa gadis itu. Tapi ternyata ia salah besar.
Semua kembali seperti semula. Hidupnya jadi kelam seperti saat ia belum bertemu dengan Ha-young. Tidak ada senyum, tidak ada rasa bahagia, tidak ada rasa lega, tenang atau bahkan damai.
Yang ada hanya rasa cemas, takut, dan tersiksa.Bertemu dengan Ha-young adalah keberuntungan tersendiri bagi So-hwan. Sebab kehadiran gadis itu mampu membuat So-hwan bahagia, benar-benar bahagia bukan memakai topeng bahagia seperti saat di depan kamera atau di depan para wartawan dan penggemarnya.
Lalu sekarang ia harus menerima kenyataan bahwa gadis itu tak membutuhkannya. Gadis itu tak mau menerima kehadirannya.Senyum miris terbit dibibirnya bersama rasa sesak yang semakin menyiksa.
"Kenapa? Kenapa tidak ada seorang pun yang mau menerimaku? Kenapa semua menyuruhku pergi?"
So-hwan memejamkan matanya lalu ingatan-ingatan pahit itu kembali mendatanginya.
"Kau pikir kau bisa hidup dengan cara seperti ini?"
"Nam So-hwan! Selangkah lagi kau maju...aku benar-benar akan mencoret namamu dari daftar keluarga."
"Pergi! Ibu tidak butuh anak pembangkang sepertimu!"
"Apa hebatnya jadi aktor? Itu impian paling konyol yang pernah ibu dengar."
"So-hwan, pulanglah. Ibu sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Husband
Fanfiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Cover by Pinterest: Ashadow Terlahir dari keluarga kaya bukanlah suatu keberuntungan, bukan juga suatu hal yang patut dibanggakan. Sebab pada akhirnya kenyataan itulah yang membawamu pada luka batin yang tak dapat dilup...