39: Meeting

26.5K 3.3K 184
                                    

"Buka mulutmu."

Gadis itu tetap diam tak bereaksi meski sosok di sampingnya sudah berkali-kali mencoba membujuknya.

"Ha-young, kau harus makan agar punya energi untuk membenciku."

"Jaehyun..."

Akhirnya Ha-young berucap setelah mendengar bagaimana frustasinya sang suami.
Matanya mematut atensi pada raga Jaehyun yang duduk di samping kanannya sambil memegang mangkuk berisi bubur hangat yang belum tersentuh sedikit pun.

"Katakan."

"Aku lelah. Bisa lepaskan aku sekarang?"

"Apa maksudmu?"

"Berapa banyak uang yang sudah kau keluarkan untuk ayahku sejak kita menikah? Aku akan berusaha membayarnya jadi, tolong lepaskan aku. Aku...sudah tidak sanggup."

Apa ini? Suasana macam apa ini? Perasaan macam apa ini? Rasanya sungguh tidak nyaman.
Hatinya seperti ditusuk jarum, sakit dan sesak begitu kalimat itu menyapa rungunya.
Matanya pun memanas menahan gejolak yang tak ia pahami.

"Kenapa...kau bicara seperti itu?"

Jaehyun berucap sambil susah payah mengendalikan diri agar suaranya tak terdengar bergetar.

"Karena kita tidak seharusnya bersama. Kau mencintai Nancy..."

"Yang kau butuhkan adalah Nancy bukan aku."

"Kau bilang kau mencintaiku. Apa hanya sebatas ini?"

"Cinta? Bukankah kau tidak mempercayai cintaku? Kenapa sekarang kau membual tentang itu? Kau sendiri yang bilang kalau aku ini...jalang."

Oh, astaga.
Ingatkan Jaehyun agar mulai sekarang lebih teliti dalam berucap agar tak membuatnya terlihat begitu buruk.
Kata-kata yang malam itu ia ucapkan sungguh di luar nalar. Terlalu kejam dan menyakiti hati. Tapi, Jaehyun bisa apa? Semua itu keluar dari mulutnya sendiri. Dan ia tak mungkin mengelak atau membela diri. Ia hanya sedang terbakar api kemarahan jadi, kata-kata sekasar apapun bisa keluar dari mulutnya.

Jaehyun meletakkan mangkuk yang ia pegang.
Matanya kembali bersitatap dengan iris cokelat yang kini menampilkan sorot penuh kesedihan itu.

"Aku...tidak akan mengatakan hal yang tak berdasar. Aku tidak akan mengatakan hal itu jika kau tidak..."

"Kau memata-mataiku?"

"Apa?"

"Benar, kan? Kau melakukannya. Jika tidak... bagaimana mungkin kau bisa tahu?"

"Aku tidak pernah memata-mataimu. Tapi kau sendiri yang bertindak terlalu sembrono sampai akhirnya aku tahu bahwa kau sering bertemu pria itu."

Oh, bagus. Sekarang Jaehyun kembali dilingkupi amarah hanya karena membahas pria misterius itu. Jika saja pria itu ada di hadapannya mungkin Jaehyun sudah melayangkan tinjunya sejak tadi.

"Kau cemburu?"

Kesadarannya ditarik paksa kala rungunya menangkap pertanyaan yang serasa menyentak batinnya.

"Kau bercanda?"

"Benar. Aku tahu itu tidak mungkin. Lalu kenapa kau marah?"

"Aku...aku hanya tidak suka dengan orang yang tidak bisa memegang ucapannya sendiri. Kau tahu? Maksudku, kau bilang mencintaiku tapi kau malah bertemu pria lain. Tidakkah itu hal yang memuakkan?"

"Aku tidak mencintainya."

"Apa?!"

"Kami hanya berteman. Dia adalah teman masa kecilku."

Bad HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang